Berempat.com – Fajar Mosta boleh dibilang sosok yang patut dijadikan panutan bagi para remaja yang ingin menjadi seorang pengusaha. Karena pemuda kelahiran ’86 ini mampu mendirikan perusahaannya sendiri, PT Mosta Kreatifindo Perkasa pada 2007 silam. Atau saat usianya menginjak 21 tahun.
Perusahaan yang membawahi Daun Laundry sebagai salah satu unit usahanya itu saat ini memproduksi sabun cuci, pembersih lantai, sampai dengan detergen dan pewangi yang dikhususkan untuk laundry. Cakupan pasarnya sudah seluruh Indonesia. Bahkan, perusahaannya pernah ditunjuk untuk memproduksi sabun cuci hingga pembersih lantai oleh supermarket-supermarket ternama secara maklon.
Langkah Fajar untuk menjadi seorang pengusaha tak semulus sirkuit Mugello di Italia maupun sirkuit Losail di Qatar, tentu saja. Ia diharuskan menyambut kegagalan layaknya sebuah anugerah. Mulai dari uang yang dibawa kabur oleh karyawan sendiri sampai tempat usaha yang dua kali dirampok hingga mengalami kebangkrutan.
Sempat juga menjadi dosen meski dalam hitungan bulan, pria yang sangat mengagumi Bill Gates dan Donald Trump ini pun telah memberikan ilmu kewirausahaan dan ideologinya dalam berbisnis kepada mahasiswanya.
Menurutnya, pada prinsipnya dalam hidup itu tidak ada kepastian. Pun dengan menjadi seorang pengusaha yang belum tentu akan sukses secara pasti. Karena itulah, ia selalu mengatakan jika seseorang harus memiliki mimpi yang sangat besar. Sebab, dengan memiliki mimpi yang besar maka orang itu sudah siap untuk menyambut kesuksesan.
“Besarkan mimpi sampai melebihi batasan kita. Karena intinya di bisnis cuma ada 2 hal; gagal atau berhasil,” ujarnya.
Menurut Fajar, bisnis adalah learning by doing. Bisnis bukan hanya soal analisa dan tetek-bengeknya yang terlalu banyak pertimbangan. Seperti pelajaran yang pernah diambilnya dari buku Belajar Goblok dari Bob Sadino. Dari buku itu, ia menyimpulkan kalau almarhum Bob Sadino ingin menyampaikan jika berbisnis itu tidak perlu terlalu banyak berpikir. Dan, ia menyetujui hal itu.
Lagi pula, menurut Fajar hidup memang harus dijalani. Apabila jatuh, bangkit lagi. Ia menganalogikan seperti halnya anak kecil yang melakukan itu ketika akan belajar berjalan. Namun, kata Fajar, lucunya manusia dewasa saat ini hanya bisa menyemangati anak kecil yang terjatuh sewaktu belajar berjalan. Tetapi, ketika mereka sendiri yang terjatuh, justru merekalah yang pusing sendiri.
“Apa yang harus dipusingkan di hidup ini? Kehidupan hanya permainan. Tidak perlu takut. Duit hilang tidak masalah. Toh, Tuhan tidak akan pernah hilang,” pungkasnya.