Terwujudnya impian menjadi seorang chef merupakan sebuah pencapaian yang sangat membanggakan bagi Budi Kurniawan. Meski cita-citanya semula tak disetujui oleh kedua orang tuanya, namun ia tak patah semangat. Lalu sejauh mana kiprahnya di dunia kuliner?
Hobi omanya memasak rupanya diikuti oleh Budi Kurniawan. Pria kelahiran Pekalongan, 11 Maret 1987 ini pun ingin mendalami pendidikan di bidang kuliner selepas SMA. Namun niatnya tersebut ditentang oleh kedua orangtuanya. Sampai akhirnya setelah lulus SMA, Budi melanjutkan pendidikan ke China untuk sekolah bahasa selama 1,5 tahun.
Pada Januari 2006 Budi lulus dan kembali ke Indonesia. Saat itu kedua orangtuanya menginginkan Budi untuk kuliah di bidang kedokteran, namun Budi tetap tidak mau. Ia pun bersikeras melanjutkan pendidikan di bidang kuliner. Sampai akhirnya Budi diterima di At-Sunrice Global Chef Academy di Singapura.
Setelah lulus, Budi bekerja di Brussels Sprouts, Singapore kurang lebih selama 2 – 3 bulan. Lalu ia kembali ke Indonesia dan melanjutkan kerja di Mosaic Restaurant, Bali selama satu tahun. Budi selalu bekerja di restoran, karena menurutnya suatu saat ilmu yang diperoleh saat bekerja di restaurant bisa diterapkannya.
Dan impiannya memiliki usaha di bidang kuliner terwujud, ketika di bulan Desember 2010, ia bersama partner usaha yang dikenal ketika bekerja di Mosaic Restaurant, mendirikan Munchies Dine & Bar dan Munchies Bistro di Gandaria, Jakarta.
Budi pernah menjabat sebagai President Young Chef Club Indonesia (YCCI) tahun 2011-2013. Pada tahun 2012, Budi bersama World Association of Chef Societies (WACS) juga mengikuti World Chef Congress di Daejeon, Korea Selatan. Saat mengikuti kongres tersebut,
Budi yang semula concern pada menu European, Italian dan French menyadari sebagai orang Indonesia justru ia tidak memiliki keahlian masakan Indonesia. Sejak itulah, setelah kembali ke Indonesia, Budi mulai belajar masakan Indonesia dari pakar masakan Indonesia, yaitu William Wongso.
Perkenalan Budi dengan masakan Indonesia ketika ia datang ke satu event perlombaan di Jakarta yang juga dihadiri William Wongso. Di tahun 2013 William Wongso mengajak Budi membuka kelas memasak untuk chef-chef muda dengan perantara Pantry Magic.
Beberapa saat kemudian Pantry Magic mengadakan acara perlombaan dalam rangka ulang tahun, dan ada lima orang chef yang ikut dalam perlombaan tersebut. Salah satu chef yang ikut adalah Budi dan Chef Arnold Poernomo dengan juri William Wongso.
Dalam perlombaan tersebut sistem perlombaan adalah taste bud (mata ditutup, ada 15 macam bahan masakan yang disediakan kemudian boleh cium boleh coba bahan, baru menyebut nama bahan itu apa), knife skill, meniru masakan Indonesia (peserta membuat masakan persis dengan rasa seperti masakan yang dibuat William Wongso tanpa mengetahui apa saja bahan yang digunakan), dan kreasi masakan selama 15 menit dengan bahan yang disediakan sangat minim. Pada perlombaan itu, Budi menjadi juara dua, dan juara satu adalah Chef Arnold Poernomo.
Setelah acara tersebut, Budi pun diajak William Wongso untuk mengikuti program William Wongso dalam promosi kuliner Indonesia di Belanda. Budi juga diajak ikut serta dalam acara masak Modishfication di First Media. Sebelumnya, Budi juga sempat menjadi chef host di sebuah acara masak di televisi tahun 2011.
Tak lama kemudian ada satu televisi swasta menawarkan Budi sebagai host sekitar 6 bulan. Kemudian Budi berhenti karena cara kerja di acara TV tersebut tidak sesuai dengan passion di bidang kuliner. Acara TV tersebut hanya menginginkan hasil akhir makanannya bagus, sementara Budi ingin proses memasak layaknya di dapur biasanya.
Pada pertengahan 2013 Budi diajak untuk menjadi host acara memasak oleh First Media, yaitu Modishfication. Namun Budi tidak mau ada kejadian yang sama terulang. Budi pu mengajukan persyaratan untuk menerima tawaran tersebut, yaitu tidak mau ada iklan berbarengan dengan proses memasak atau kata lain mempromosikan suatu produk.
Budi juga tidak mau masakan yang dibuatnya hanya bagus untuk konsumsi kamera, namun tidak benar untuk proses memasak. Setelah syarat itu disetujui, Budi lalu bekerja sama dengan Herman, anak buah William Wongso. Herman bertugas untuk memasak masakan tradisional dan Budi memasak modifikasinya.
Ke depan Budi memiliki obsesi untuk menjadi role model dan trend setter di dunia kuliner, membawa makanan Indonesia, rasa dan bumbu khas Indonesia agar dikenal dunia, membuktikan pada dunia bahwa Chef bukan sebuah pekerjaan, namun sebuah jalan hidup. Budi juga ingin menceritakan pengalaman pada orang lain dalam dunia kuliner dan kebanggaannya menjadi seorang Chef.
“Saya juga ingin menceritakan kepada orang lain kenapa saya bangga dan kenapa harus bangga menjadi seorang Chef,” tandasnya.
Budi juga ingin memiliki tempat makan dengan menu masakan Indonesia yang rapi, bersih, bagus, dengan kualitas makanan yang baik dan penyajian seperti restoran, tetapi dengan skala warung makan.
“Selain itu saya ingin makanan Indonesia dikenal di seluruh dunia, setidaknya menjadi nomor satu di Asia Tenggara,” tandas pria yang juga bercita-cita punya sekolah masak gratis dengan anak didik dari golongan tidak mampu