Top Mortar Gak Takut Hujan
Home Profil Pilihan Legitnya Laba  Usaha Brownies Singkong

Legitnya Laba  Usaha Brownies Singkong

0
Brownies singkong (dok esep-kreatif88.blogspot.com)

 

Sebuah produk yang “tidak biasa”, biasanya mampu menarik perhatian, hal itu disadari benar oleh Sigit Susilo dan kawan-kawan ketika merintis usaha Brownies. Mereka sengaja mencari bahan baku alternatif yang tidak biasa, untuk membuat diferensiasi dengan produk yang sudah ada sebelumnya. Sigit pun mencoba membuat  Brownies  berbahan talas dan ubi. Namun karena sulit mendapatkan bahan baku talas dan ubi, maka mereka pun beralih menggunakan tepung singkong yang harganya lebih murah.

Lain lagi dengan Ike Dahlia Cambey. Ike yang hobi membuat kue, tertarik membuat Brownies Singkong karena prihatin melihat Getuk, makanan dari singkong yang semakin ditinggalkan generasi muda. “Padahal singkong adalah bahan makanan yang banyak dihasilkan di Indonesia, tidak seperti gandum yang tidak bisa tumbuh di sini,” ungkap Ike. Hal itulah yang mendorongnya untuk berkreasi membuat Brownis dari bahan singkong.

Modal Awal dan Proyeksi Keuntungan. Kini dua pelaku usaha tersebut telah berhasil mendapatkan hasil dari apa yang dirintisnya. Sigit dengan berbagai macam variasi produk Brownies Singkong-nya mampu meraih omset hingga Rp 50 juta per bulan, sedangkan Ike bisa memperoleh omset Rp 18 juta per bulan dari tiga varian Brownies Singkong buatannya. Keuntungan bersih dari usaha ini berkisar antara 27-30% dari omset yang diperoleh.

Sementara untuk memulai usaha tidak membutuhkan modal yang besar, karena bisa dilakukan dengan peralatan membuat kue standar seperti, timbangan untuk menakar bahan, kukusan, loyang, mixer, kompor gas, baskom untuk wadah mengocok adonan, spatula untuk mengoles, dan parutan keju, ditambah oven jika ingin membuat Brownies Panggang. Ike Dahlia Cambey misalnya, mengaku saat memulai usaha hanya mengeluarkan modal antara Rp 500-600 ribu untuk membeli bahan baku dan kemasan, karena banyak peralatan yang sudah dimiliki sebelumnya. Sementara Sigit, yang memulai semuanya tanpa punya alat apapun, mengaku mengeluarkan Rp 5 juta untuk modal awal, sudah berikut etalase untuk menjual produk dan beberapa alat promosi seperti spanduk.

Bahan Baku. Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat Brownies Singkong adalah tepung singkong. Tepung singkong berbeda dengan tepung tapioka yang juga terbuat dari singkong. Menurut Cucu Cahyana, dosen dari jurusan Tata Boga dari Universitas Negeri Jakarta, tepung singkong adalah tepung yang terbuat dari singkong yang sudah dikeringkan sedangkan tepung tapioka terbuat dari pati singkong. Tepung ini bersifat hidroskopis atau menyerap air, bila dipanaskan dengan air tepung ini akan mengental dan lengket. Mski terbuat dari singkong yang telah dikeringkan, tepung singkong juga berbeda dengan tepung gaplek, atau singkong yang dikeringkan beberapa hari dengan sinar matahari. Tepung gaplek warnanya kekuningan karena proses pengeringan yang lama, sementara tepung singkong jauh lebih putih.

Menurut Cucu, dari ketiga jenis tepung di atas, yang baik digunakan sebagai bahan baku Brownies adalah tepung singkong. Selain warnanya yang putih, tepung singkong tidak beraroma kuat seperti tepung tapioka dan tepung gaplek.

Bila dibandingkan dengan tepung terigu sebagai bahan baku Brownies, tepung singkong memiliki kelebihan tersendiri. Kelebihannya antara lain, lebih ekonomis, karena tepung singkong harganya Rp 5.000/kg sedangkan tepung terigu Rp 7000/kg; Tepung singkong berwarna putih sehingga menghasilkan warna Brownies yang lebih cerah; Tepung singkong bersifat padat, yang berarti jumlah pemakainya lebih sedikit berbanding tepung terigu; Secara alami  tepung singkong memiliki rasa yang lebih manis sehingga mengurangi penggunaan gula; Dan, dengan kandungan pati dalam tepung singkong juga menyebabkan proses pengolahan menjadi lebih cepat matang.

Menurut pakar kuliner Etty Sumaryati, jika membandingkan tepung singkong dengan terigu untuk membuat Brownies, dari sisi rasa produk yang dihasilkan, tidak berbeda jauh. “Asal benar mengolahnya, hasil dari tepung singkong tidak kalah dengan terigu,” ungkapnya.  Namun mengenai lebih ekonomis, Etty justru menyayangkan tepung singkong yang tidak bisa dengan mudah dibeli di pasaran. Jadi meskipun harga dasarnya mungking lebih murah tepung singkong, namun di pasar karena sulit diperoleh bisa jadi lebih mahal.

Karena itu, salah satu yang penting untuk dilakukan pelaku usaha Brownies Singkong adalah bagaimana mendapatkan bahan baku utamanya secara stabil. Sigit telah mengatisipasi hal tersebut. Untuk mendapat pasokan tepung singkong, Sigit bekerja sama dengan Balai Besar Pasca Panen Bogor yang berlokasi di Jalan Tentara Pelajar, Bogor. Selain itu, ia juga mendapat suplai dari UKM yang bergerak dalam bidang pembuatan tepung singkong yang ada di Cibinong. Menurut Sigit, ia perlu memiliki dua supplier agar dapat memenuhi kebutuhan produksinya. Sementara Ike, juga berhubungan langsung dengan produsen tepung singkong bahkan menjadi salah satu distributornya.

Ada satu jenis tepung lagi yang terbuat dari singkong, yaitu mocal atau mocaf, singkatan dari  Modified Cassava Flour yang berarti tepung singkong yang dimodifikasi menggunakan prinsip memodifikasi sel singkong secara fermentasi. Tepung ini memiliki karakter yang berbeda dengan tepung ubi kayu biasa dan tapioka, terutama dalam hal derajat viskositas (kekentalan), kemampuan gelasi (pembentukan gel), daya rehidrasi dan kemudahan melarut yang lebih baik. Tepung ini digadang-gadang menjadi tepung singkong alternatif pengganti terigu, karena cocok digunakan untuk beragam jenis makanan.

Selain menggunakan tepung singkong, membuat Brownies Singkong bisa juga menggunakan singkong yang dikukus kemudian diparut.  Brownies yang dihasilkan pun tidak jauh berbeda antara tepung singkong dengan parutan singkong kukus. Yang perlu diperhatikan, singkong kukus yang diparut kandungan airnya masih lebih tinggi berbanding tepung singkong. Jadi jumlah penggunaannya akan lebih banyak berbanding tepung singkong. Hal ini juga akan berdampak pada masa simpan Brownies yang lebih pendek. Pelaku usaha, yang kapasitas produksinya sudah lumayan besar rata-rata memilih menggunakan tepung terigu, karena jauh lebih praktis.

Ada dua cara pembuatan Brownies yang biasa digunakan yaitu dipanggang dan dikukus, kedua cara ini memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Menurut Cucu Cahyana berdasarkan sifat bahan, teknik kukus yang lebih tepat digunakan. Karena tepung singkong memiliki kandungan pati, sifatnya hidroskopis atau menyerap air. Bila menggunakan teknik panggang akan menyebabkan tekstur Brownies menjadi kering sedangkan bila menggunakan teknik kukus kandungan air dalam Brownies tidak banyak yang hilang sehingga teksturnya tetap lembut. Namun menurut Etty Sumaryati, jika ingin lebih awet Brownies yang dipanggang di oven akan lebih awet karena tidak banyak kandungan air.

Promosi dan Pemasaran. Dengan membuat produk yang tidak biasa, sudah jadi daya tarik tersendiri bagi Brownies Singkong. Namun sebagai produk yang tidak biasa, tentu pasar juga belum banyak yang tahu. Karena itu butuh cara-cara promosi yang efektif. Bazar dan pameran adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk memperkenalkan produk baru.

Selain itu menurut Harry Wahyudi, pengamat sekaligus praktisi bisnis kuliner, Brownies Singkong membutuhkan kompetitor. Karena dengan adanya persaingan dan banyak yang menjalani usaha ini, maka perkembangan Brownies Singkong ini akan lebih dikenal oleh masyarakat. Jadi munculnya kompetitor ada sisi positif dan negatifnya. Untuk lebih dikenal masyarakat publikasi melalui media massa dengan segmen yang tepat bisa sangat membantu. Selain itu pemanfaatan teknologi informasi yang murah dan makin meluas penggunanya juga patut dilakukan.

Menurut Harry, kunci kesuksesan bisnis kuliner ialah rasa makanan harus diterima oleh seluruh kalangan masyarakat. Seunik apapun makanan yang dijual, sebagus apapun kemasannya dan sehebat apapun cara promosinya, bila produk tidak sesuai dengan selera pasar, itu bisa dipastikan gagal,  hanya akan heboh sesaat kemudian akan surut. Karena itu kekuatan produk dari segi rasa adalah yang utama, meski tentu harus juga didukung yang lain.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version