Berempat.com – Indonesia merupakan sebuah negara besar yang sudah memiliki segalanya, namun masih minim tenaga kerja terampil yang memadai. Itulah yang coba disampaikan oleh Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan Bambang Satrio Lelono. Menurutnya, saat ini jumlah tenaga kerja yang terampil di Indonesia masih minim.
Bambang menjelaskan, menurut data statistik saat ini terdapat 133 juta tenaga kerja di Indonesia. Dari jumlah tersebut mayoritas diisi oleh pendidikan SMP ke bawah atau sebanyak 40%. Sementara yang berpendidikan tinggi hanya 12%.
“Padahal ke depan, dunia akan diwarnai dengan otomatisasi dan digitalisasi yang tidak bisa didukung atau dilaksanakan oleh tenaga kerja yang hanya berpendidikan SMP ke bawah,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Berempat.com, Jumat (5/10).
Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka yang tertinggi berasal dari lulusan SMK dan Poteknik. Problematika ini juga disoroti oleh Bambang sebab pendidikan vokasi dan formal nyatanya belum benar-benar bisa mengantar lulusannya masuk ke dunia kerja.
“Inilah PR kita semua, angkatan kerja kita harus ditingkatkan kualitasnya dan daya saingnya, sehingga kita mampu benar-benar bersaing dengan negara lain,” tekan Bambang.
Untuk itu, Bambang mendorong berbagai lini dari sektor industri, termasuk asosiasi pengusaha seperti Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) untuk ikut berperan dalam meningkatkan kualitas SDM di Indonesia.
Bambang mencontohkan, Jerman menjadi negara yang memiliki tata kelola sistem peningkatan kualitas SDM dengan baik karena didukung peran dari pelaku industrinya. Boleh dibilang, 85% peningkatan kualitas SDM difasilitasi oleh industri, sedangkan pemerintahan hanya menyumbang 15%.
“Artinya industri menentukan standar pendidikan dan ketrampilan dan industri menyusun grand design peningkatan kualitas SDM,” imbuh Bambang.
Bambang pun menjelaskan, saat ini terjadi transformasi sumber daya ekonomi dari yang semula berlandaskan SDA menjadi ke SDM. Hal tersebut dibuktikan dengan banyak terdapat negara-negara yang bisa besar padahal memiliki SDA yang terbatas atau bahkan sama sekali tak memilikinya. Namun negara-negara tersebut memiliki SDM yang mumpuni.
“Seperti Singapura, Korea, Jepang, Jerman dan Belanda. Mereka maju bukan karena SDA, bukan karena mampu bayar tenaga kerja murah, tetapi karena memiliki SDM yang sangat terampil, ” terang Bambang.