Presiden Prabowo Subianto mengundang sejumlah pengusaha dan konglomerat Indonesia dalam sebuah pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, pada Jumat (7/3/2025). Dalam pertemuan ini, mereka membahas perkembangan ekonomi terbaru dan diperkenalkan kepada investor kawakan asal Amerika Serikat, Ray Dalio.
Para konglomerat yang hadir antara lain Anthoni Salim (Salim Group), Sugianto Kusuma alias Aguan (Agung Sedayu Group), Prajogo Pangestu (Barito Pacific), Garibaldi ‘Boy’ Thohir (Alamtri Resources Indonesia), Franky Widjaja (Sinar Mas Group), Dato Sri Tahir (Mayapada Group), James Riady (Lippo Group), Tomy Winata (Artha Graha Network), Syamsuddin Andi Arsyad alias Haji Isam (Jhonlin Group), dan Chairul Tanjung (CT Group). Mereka merupakan para pebisnis ternama yang masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Daftar Konglomerat Indonesia dan Perkiraan Kekayaannya
- Garibaldi Thohir
Garibaldi ‘Boy’ Thohir, Direktur Utama Alamtri Resources Indonesia atau Adaro Energy, juga merupakan saudara Menteri BUMN Erick Thohir. Berdasarkan data Forbes per 11 Desember 2024, kekayaannya mencapai US$3,8 miliar atau sekitar Rp61,79 triliun. Ia menempati peringkat ke-17 dalam daftar 50 Orang Terkaya Indonesia 2024. - Anthoni Salim
Pemilik Salim Group ini bersama keluarganya memiliki kekayaan sekitar US$12,8 miliar atau setara dengan Rp208,24 triliun (data Forbes per 11 Desember 2024). Dalam daftar 50 Orang Terkaya Indonesia 2024, ia berada di posisi kelima. - Dato Sri Tahir
Sebagai pendiri Mayapada Group, Dato Sri Tahir memiliki kekayaan sekitar US$5 miliar per 7 Maret 2025. Dalam rupiah, jumlah tersebut mencapai Rp81,27 triliun. - Sugianto Kusuma (Aguan)
Pemilik Agung Sedayu Group dan Presiden Direktur PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) ini memiliki kekayaan yang diperkirakan mencapai Rp88 triliun. Kenaikan harga saham PANI dan kepemilikan mayoritas di perusahaan ini turut mendongkrak hartanya. - Franky Widjaja
Bos Sinar Mas Group ini merupakan anak dari pendiri konglomerasi tersebut, Eka Tjipta Widjaja. Data Forbes per 11 Desember 2024 memperkirakan kekayaan keluarganya mencapai US$18,9 miliar atau sekitar Rp307,34 triliun. Keluarga Widjaja juga menempati peringkat keempat dalam daftar 50 Orang Terkaya Indonesia 2024. - Chairul Tanjung
Pemilik CT Corp ini memiliki kekayaan senilai US$4,3 miliar atau sekitar Rp70 triliun (Forbes per 7 Maret 2025). - James Riady
Pengelola Lippo Group ini merupakan putra dari Mochtar Riady. Kekayaan keluarga Riady diperkirakan mencapai US$2,6 miliar atau sekitar Rp42,25 triliun per 7 Maret 2025. - Prajogo Pangestu
Komisaris Utama Barito Pacific ini menjadi orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai US$32,9 miliar atau sekitar Rp535 triliun per 7 Maret 2025. Salah satu sahamnya, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), sempat menjadi saham paling bernilai di Bursa Efek Indonesia. - Syamsuddin Andi Arsyad (Haji Isam)
Pendiri Jhonlin Group ini dikenal sebagai salah satu pengusaha terkaya di Kalimantan Selatan. Pada tahun 2022, ia menyalurkan zakat senilai Rp250 miliar. Berdasarkan perhitungan zakat maal 2,5%, total kekayaannya diperkirakan sangat besar. - Tomy Winata
Pemilik Artha Graha Group ini memiliki kekayaan yang tidak tercatat dalam daftar terbaru Forbes. Namun, pada tahun 2016, Globe Asia memperkirakan kekayaannya mencapai US$900 juta, yang kemungkinan telah meningkat sejak saat itu.
Ray Dalio Hadir di Istana, Apa Istimewanya?
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Prabowo memperkenalkan Ray Dalio kepada para konglomerat Indonesia. Dalio telah ditunjuk sebagai Dewan Pengawas Danantara, Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia yang baru dibentuk.
Prabowo sendiri sudah lama mengenal Ray Dalio, bahkan sempat mengundangnya sebagai pembicara dalam pembekalan para menteri pada Oktober 2024 lalu. Keberadaannya di lingkaran ekonomi Indonesia tidak lepas dari pengaruh besar yang dimilikinya dalam dunia keuangan global.
Dalio merupakan pendiri dan pemilik perusahaan hedge fund terbesar di dunia, Bridgewater Associates. Ia dikenal sebagai investor yang sangat memahami dinamika pasar global, termasuk mata uang dan suku bunga. Salah satu keberhasilannya adalah saat gejolak pasar saham tahun 1987, di mana ia mampu membuat perusahaannya meraup keuntungan besar melalui strategi diversifikasi dan manajemen risiko yang cermat.
Pada tahun 2005, Bridgewater Associates dinobatkan sebagai perusahaan hedge fund terbesar yang hanya mengalami tiga kali kerugian dalam kurun 1991-2005. Sisanya, perusahaan ini terus mencetak keuntungan.
Selain sukses di dunia investasi, Ray Dalio juga dikenal sebagai penulis buku ekonomi berpengaruh. Salah satu karyanya yang terkenal adalah The Changing World Order: Why Nations Succeed and Fail (2021), yang menjelaskan tentang pola keberhasilan dan kemunduran suatu negara berdasarkan sejarah ekonomi dunia. Buku ini mengupas perjalanan ekonomi negara-negara seperti Inggris, Belanda, dan China, serta memberikan wawasan berharga bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan ekonomi.
Kehadiran Ray Dalio dalam pertemuan dengan para konglomerat RI menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjalin kerja sama strategis dengan investor global untuk memperkuat perekonomian Indonesia.