Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin ajlok pada triwulan II 2019 sebesar 5,05% yoy. NIlai ini turun dibandingkan triwulan I sebesar 5,07% yoy dan triwulan II 2018 sebesar 5,27% yoy.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan secara sektoral penurunan pertumbuhan di triwulan II 2019 disebabkan oleh beberapa sektor.
Di sektor transportasi dan pergudangan triwulan II 2018 mencapai 8,70% namun sekarang hanya 5,78%. Sektor industri pengolahan di triwulan II 2018 sekitar 3,88% turun menjadi 3,54%.
Sektor lainnya adalah pengadaan listrik dan gas di triwulan II 2018 sebesar 7,56% turun menjadi 2,2%. Sektor pertambangan dan penggalian juga menurun di triwulan II 2018 sebesar 2,65% menjadi -0,71%.
Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif INDEF mengatakan transportasi udara pertumbuhannya turun menjadi sebesar -13,77% (kuartal II 2019), atau jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar 9,58%.
Pertumbuhan transportasi udara yang menurun tercermin dengan merosotnya angka penumpang pesawat sepanjang semester pertama tahun ini.
Sejak Januari-Juni 2019 jumlah penumpang pesawat rute domestik hanya mencapai 36,5 juta penumpang, sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 45,9 juta penumpang.
Menurutnya beberapa kebijakan pemerintah untuk menekan harga tiket pesawat seperti penurunan tarif batas atas atau penyediaan tiket murah jadwal tertentu, masih belum begitu terasa dampaknya.
Ia menambahkan, turunnya pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian disebabkan melemahnya pertambangan minyak, gas dan panas bumi serta meredupnya pertambangan biji logam.
Pengadaan listrik dan gas menurun karena melemahnya pengadaan gas. Pengadaan gas yang turun sebagai akibat terjadinya penggunaan gas pada industri melemah karena produksi menurun.
Sementara itu industri pengolahan seperti industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, dan sebagainya terdampak oleh melemahnya permintaan ekspor serta munculnya persaingan barang impor di pasar domestik