Berempat.com – Setiap kali menjelang bulan Ramadan, terutama lebaran akan selalu diiringi dengan kenaikan harga berbagai kebutuhan bahan pokok dan pangan. Menurut beberapa pelaku usaha, ada berbagai faktor yang mendorong kenaikan harga tersebut. Misalnya, seperti lebaran yang didahului oleh puasa.
Tapi, menurut mereka salah satu faktor yang paling sulit dikendalikan adalah psikologis pedagang. Artinya, pedagang di pasar akan otomatis menaikkan harga karena sudah menjadi budaya dari waktu ke waktu.
“Mereka sudah berpikir secara insting, pasti suplai kalah dari demand,” ujar perwakilan pelaku usaha pangan Nur Iswan dalam diskusi Ketahanan Pangan Jelang Ramadhan di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/4).
Memang selama ini pemerintah sudah melakukan banyak cara agar harga pangan di pasaran tetap stabil menjelang hari raya. Namun, Iswan menganggap pemerintah masih belum bisa melakukan kontrol hingga ke pedagang pasar. Karena selama ini pemerintah melalui kementerian atau lembaga terkait masih melakukan kontrol terbatas hanya pada pengusaha besar.
Hal lain yang menjadi pemicu naiknya harga adalah banyaknya pelaku usaha kecil yang dadakan mengganti barang dagangannya. Kebanyakan pedagang akan langsung ganti menjual produk yang banyak dicari konsumen menjelang hari raya.
Misal, yang semula berdagang ikan otomatis akan mengganti berdagang danging sapi atau ayam. Dan kebanyakan pedagang tersebut tak segan menaikkan harga jualnya.
Sementara itu, CEO PT Estika Tata Tiara (KIBIF) Yustinus Sadmoko mengaku pihaknya sudah mendapatkan mandat dari Kementerian Perdagangan untuk menjual produk daging sapi Rp 80.000 per kilogram.
“Kemarin kami dipanggil Mendag untuk laporkan kesiapan impor daging sapi beku. Jumlahnya enggak sampai 5.000 ton yang diimpor, biasanya bisa sampai 30.000 ton,” ujar Yustinus.
Tahun ini pemerintah memang lebih minim mengimpor daging sapi untuk bisa memenuhi permintaan pasar menjelang puasa. Hal itu karena pemerintah melalui Perum Bulog sudah menyiapkan daging kerbau dalam jumlah besar. Harga jual daging kerbau yang lebih murah dibanding daging sapi diyakini dapat menekan harga daging di pasaran. Dengan begitu stabilitas harga jelang bulan puasa bisa terjaga.