Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menceritakan pengalamannya saat Bulog pernah dipaksa untuk impor beras pada tahun lalu. Di bulan September tahun lalu Buwas menolak mentah-mentah impor beras karena gudang Bulog penuh dengan beras. Pada saat itu, stok beras yang dimiliki Bulog cukup banyak yaitu 2,6 juta ton.
“Next tidak perlu impor beras. Bahkan Bulog pernah dipaksa untuk impor saya enggak mau makanya saya sedikit marah terus viral ya enggak apa-apa,” ungkap pria yang akrab disapa Buwas di Kantor Bulog Divre Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta.
Sikap Buwas menolak impor beras ternyata mendapat teguran dari Presiden Joko Widodo. Namun Buwas tetap pada pendiriannya menolak impor beras. “Tapi niat saya baik walaupun saya ditegur Pak Presiden wajar, (tapi) kalau saya negur Presiden itu kurang ajar. Jadi mumpung jadi dirut belum apa-apa, kalau jadi Presiden enggak boleh salah,” katanya.
Ia menolak impor beras dengan alasan stok beras cukup hanya dengan pengadaan dalam negeri. Bulog akan memaksimalkan penyerapan gabah dari petani bukan membeli beras impor. “Supaya harga diri bangsa dan negara tentang pangan ini harus terwujud termasuk teman-teman yang concern serap gabah dalam negeri,” tambahnya.
Buwas juga memastikan bahwa stok beras tahun ini cukup sehingga tidak perlu mengimpor beras. “2019 tidak perlu lagi impor beras,” tegasnya.
Untuk menambah stok beras, Bulog akan memaksimalkan penyerapan gabah dari petani. Targetnya tahun ini, Bulog bisa menyerap gabah sebanyak 1,8 juta ton. Anggaran Rp 15 triliun sudah disiapkan. Buwas bahkan berencana untuk mengekspor beras. Dengan tidak mengimpor beras dan justru mengekspornya membuktikan bahwa Indonesia berdaulat di sektor pangan.
Di era pemerintahan Jokowi, impor beras semakin melonjak. Data dari Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Februari 2019 menunjukkan, impor beras sejak 2015 hingga 2018 ternyata melonjak 160 persen atau lebih dari 2,5 kali lipat. Pada kuartal IV 2014, Indonesia mengimpor sebanyak 503 ribu ton dengan nilai US$ 239 juta. Untuk diketahui, Jokowi mulai menjabat sebagai presiden pada awal kuartal IV yaitu 20 Oktober 2014. Tahun 2015, impor naik hingga 71 persen menjadi 861 ribu ton atau setara US$ 351 juta.
Di tahun 2016, impor beras kembali melonjak 49 persen menjadi 1,2 juta ton dengan nilai sebesar US$ 531 juta. Impor sempat turun drastis 75 persen di tahun 2017 menjadi hanya 311 ribu ton dengan nilai US$ 143 juta. Namun tahun berikutnya pada 2018, impor melonjak drastis hampir 624 persen menjadi 2,2 juta ton dengan nilai US$ 1 miliar.