Top Mortar tkdn
Home Bisnis Rupiah Menguat di Tengah Redanya Perang Dagang dan Harapan Pemangkasan Suku Bunga

Rupiah Menguat di Tengah Redanya Perang Dagang dan Harapan Pemangkasan Suku Bunga

0
Rupiah Menguat di Tengah Redanya Perang Dagang dan Harapan Pemangkasan Suku Bunga (Foto Ilustrasi)

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan tren positif pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (16/5/2025). Berita Rupiah yang menguat ini menjadi lanjutan dari tren optimistis yang telah tercermin sejak awal sesi pagi.

Berdasarkan data dari Bloomberg, rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.444,5 per dolar AS, naik sebesar 84 poin atau sekitar 0,51 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di angka Rp16.528,5 per dolar Amerika Serikat.

Senada dengan itu, Yahoo Finance mencatat penguatan rupiah hingga 74 poin. Rupiah tercatat di level Rp16.435 per dolar AS, naik dari posisi Rp16.509 pada hari perdagangan sebelumnya.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia juga menunjukkan penguatan signifikan. Hari ini rupiah berada di level Rp16.424 per dolar AS, menguat dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.535.

Sentimen Perdagangan Global Dorong Penguatan Rupiah

Penguatan rupiah kali ini didorong oleh perkembangan positif di kancah perdagangan global, khususnya setelah Amerika Serikat dan Tiongkok menyepakati penurunan tarif secara timbal balik. Langkah ini disambut baik oleh pelaku pasar, yang melihatnya sebagai sinyal mencairnya tensi perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.

Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menilai bahwa ekspektasi terhadap kelanjutan pemangkasan tarif dan kelanjutan pembicaraan dagang menjadi faktor utama yang memperkuat rupiah hari ini. “Investor kini mencermati kemungkinan penarikan tarif lanjutan dan potensi pembukaan dialog dagang dengan negara-negara lain,” jelasnya.

Di sisi lain, pelaku pasar juga tengah menanti sejumlah data ekonomi dari Amerika Serikat yang akan menjadi petunjuk arah kebijakan moneter selanjutnya. Data inflasi produsen (PPI) untuk April dan penjualan ritel menjadi perhatian utama, menyusul rilis data inflasi konsumen (CPI) yang lebih rendah dari perkiraan beberapa hari lalu.

Jika tren penurunan inflasi berlanjut, para analis memperkirakan Federal Reserve (The Fed) bisa mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga tahun ini, yang tentu akan memberi angin segar bagi pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Exit mobile version