Berempat.com – Deputi Bidang Pangan dan Pertanian Kementerian Perekonomian Musdalifah menyebut bahwa industri sawit masih berkontribusi besart terhadap devisa negara. Menurut Musdalifah, pada 2017 lalu industri sawit berhasil menyumbang devisa Rp 177 tirliun kepada negara. Dari jumlah tersebut, 16% berasal dari wilayah Sumatera Utara (Sumut).
“Sawit masih memberikan kontribusi besar mendatangkan devisa sehingga pemerintah juga terus berupaya agar industri komoditas itu berjalan lancar,” ujar Musdalifah ketika membuka Indonesia Palm Oil Stakeholder Forum (IPOS Forum) ke-3 di Medan, Senin (24/9).
Menurut penelusuran Berempat.com, penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang terbesar memang berada di tiga wilayah, yakni Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Untuk wilayah Sumatera, Provinsi Sumut memang menjadi produsen sawit terbesar.
Melansir dari Sawitnotif, di Sumut terdapat lahan sawit yang dimiliki PTPN dengan luas lebih dari 300.000 hektare (ha) dan luas areal perkebunan milik rakyat ada lebih dari 400.000 ha. Perkebunan di Pulau Sumatera mampu memproduksi Crude Palm Oil (CPO) hingga mencapai 14 juta ton pada tahun 2012 dan meningkat setiap tahunnya.
Selain devisa, sektor sawit juga diklaim mampu membuka lapangan kerja secara besar dengan menyerap 17,5 juta orang. Sebab itu, Musdalifah beranggapan bahwa industri sawit perlu dijaga secara bersama-sama agar dapat menjadi bisnis yang berkelanjutan.
“Melihat masih besarnya potensi pasar, maka pemerintah optimistis, komoditas itu memberikan pengaruh positif bagi perekonomian Imdonesia,” imbuhnya.
Menurut Musdalifah, besarnya potensi pasar itu dapat terlihat dari penerapan kebijakan B-5 yang perlahan mampu mendongkrak ekspor CPO Indonesia.