Berempat.com – Kondisi ekonomi Indonesia saat ini tengah menghadapi sejumlah tantangan, baik internal maupun eksternal. Masih tertekannya rupiah terhadap dolar menjadi salah satu efek dari tantangan yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Apalagi kondisi ekonomi global yang dinamis saat ini diprediksi masih akan terjadi hingga tahun depan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan hal tersebut saat melawat ke ruang rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Senin (10/9). Perempuan yang akrab disapa Yani itu menegaskan pihaknya akan terus melaporkan kondisi perekonomian global terkini.
“Ini (ekonomi) setiap hari begitu dinamisnya semenjak pengesahan lalu,” ungkap Yani.
Adapun, menurut penjelasan Yani terdapat dua faktor yang akan menjadi tantangan ekonomi Indonesia di tahun depan, yakni:
- Kebijakan Moneter Amerika Serikat
Yani menyebut tahun depan ketidakpastian global masih akan dihadapi oleh negara-negara di dunia. Hal tersebut berkaitan dengan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). Yani pun mengatakan bahwa kebijakan normalisasi AS dapat meningkatkan suku bunga yang dapat memancing capital flow, atau kembalinya arus modal dari negara berkembang ke AS.
“Normalisasi AS itu ada dua (efeknya). Pertama tingkat bunga dan likuiditasnya,” terang Yani.
2. Perang Dagang AS dengan Tiongkok
Faktor kedua yang disebutkan Yani ialah perang dagang antara AS dengan Tiongkok. Perang dagang ini diyakini masih akan terjadi tahun depan. Efek perang dagang tersebut diyakini dapat memberi dampak terhadap perekonomian nasional pada 2019 mendatang.
Adapun kebijakan yang dibuat AS akan sesuai dengan keinginan sang Presiden, Donald Trump yang ingin sektor manufaktur Paman Sam menguat dan tak bergantung pada impor.
Kebijakan yang akan menyulut perang dagang tersebut diyakini Yani tak hanya akan dilakukan kepada Tiongkok, tapi juga ke Eropa dan Jepang. Sehingga efeknya kepada perekonomian nasional juga akan cukup berdampak.