Berempat.com – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa sektor industri manufaktur tumbuh cukup signifikan di semester I-2018. Adapun dari total investasi yang mencapai Rp 361,6 triliun, sektor manufaktur menyumbang Rp 122 triliun atau mengambil porsi 33,6%. Angka investasi tersebut disumbang dari 10.049 proyek di Indonesia.
Airlangga pun mengungkapkan komitmennya untuk terus mendorong peningkatan investasi di Indonesia. Salah satunya seperti melalui pembangunan pabrik yang dapat membawa multiplier effect bagi perekonomian nasional. “Seperti peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa,” sambung Airlangga di Jakarta, Selasa (28/8).
Suntikan dana investor sangat dibutuhkan oleh industri manufaktur saat ini. Pasalnya, Airlangga menilai kehadiran investor bisa menjadi kekuatan bagi perekonomian nasional, terutama dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi nasional.
“Investasi ini juga kami yakini dapat memperkuat struktur industri di Tanah Air dan bisa menjadi substitusi bahan baku impor,” tambah Airlangga.
Sebab itu, Airlangga memastikan bahwa pihaknya terus berusaha menciptakan iklim usaha yang kondusif agar dapat mendorong datangnya investor di Indonesia, baik sebagai investasi baru maupun dalam bentuk perluasan usaha. Slaah satunya dengan mengeluarkan kebijakan yang dinilai dapat menarik bagi investor.
“Pemerintah saat ini telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk lebih mempermudah masuknya investasi baik dari dalam maupun luar negeri,” jelasnya.
Menurut data Kementerian Perindustrian, penanaman modal dalam negeri (PMDN) dari sektor industri sepanjang semester I-2018 mencapai Rp 46,2%. Sementara untuk penanaman modal asing (PMA) di sektor ini mencapai US$ 5,6 miliar atau setara Rp 75,8 triliun.
Dari jumlah PMDN tersebut, industri makanan menjadi yang tertinggi dengan nilai Rp 21,9 triliun (47,50%), industri kimia dan farmasi menjadi penyumbang tertinggi kedua dengan Rp 6,4 triliun (14,04%), dan porsi berikutnya ditempati industri logam, mesin, dan elektronika yang ditotal mencapai Rp 5,8 triliun (12,70%).
Sementara untuk PMA yang tertinggi justru datang dari industri logam, mesin, dan elektronika dengan nilai Rp US$ 2,2 miliar (39,69%), lalu industri kimia dan farmasi dengan angka US$ 1,1 miliar (18,84%), dan terakhir disumbang oleh industri makanan US$ 586 juta (10,41%).