Timun Jepang atau yang akrab disebut kyuri merupakan saah satu tanaman yang tergolong mudah dibudidayakan. Seperti yang dilakoni oleh Dodih, setelah menyandang gelar sarjana S1 Teknik Mesin dari Itenas Bandung ia iseng mencoba menanam kyuri dengan tujuan untuk mencari celah peluang usaha. Setelah mendapat masukan dari para buyer bahwa kyuri merupakan salah satu komoditi unggulan Dodih mulai fokus usaha tahun 2009.
Selain mendapat masukan dari buyer, Dodih melihat peluang pasar usaha budidaya kyuri cukup besar dan dari segi harga kyuri jauh lebih tinggi dibanding timun lokal. Dari sisi usia tanam kyuri tergolong salah satu komoditi sayuran yang cepat dipanen.
Untuk mendapatkan bibit kyuri menurut Dodih cukup mudah karena sudah banyak dijual di toko pertanian meski bibit tersebut import dari Jepang dan Belanda. Di awal usahanya Dodih menganggarkan Rp 3 ribu untuk masing-masing pohon dari mulai tanam, biaya perawatan hingga panen. Jika ditotal Dodih menggelontorkan modal awal Rp 18 juta untuk awal penanaman pertama sebanyak 5 ribu bibit.
Melihat celah usaha yang potensial kini Dodih menanggalkan sarjana mesinnya dan 100% beralih pada bidang agrobisnis. Ia mendapatkan ilmu pertanian dari belajar secara otodidak dan mengikuti pelatihan-pelatihan tata cara bercocok tanam yang baik dari Dinas Pertanian setempat.
Prospek dan Persaingan Timun Jepang
Prospek usaha budidaya kyuri menurut ayah tiga orang putra ini masih sangat bagus dan menguntungkan dengan catatan telah mendapatkan channel konsumen yang siap membeli dan memasarkan kyuri ke pasar resto dan ekspor.
”Karena akan sangat menguntungkan dan hasil yang didapat akan meningkat berkali lipat jika kyuri yang kita tanam dibeli oleh para eksportir,” tutur Dodih yang pernah menyabet penghargaan dari Bupati Bandung sebagai Pelopor Pertanian Terpadu.
Menghadapi persaingan usaha, Dodih selalu mengutamakan daya tawar produknya kepada konsumen dengan cara menjaga kualitas dan kontinuitas pasokan sehingga konsumen tak berpaling pada pembudidaya kyuri lain.
Kelebihan Timun Jepang Kyuri
Jika dibandingkan dengan timun lokal, kyuri memiliki segudang keunggulan dan kelebihan. Dari mulai tanam sampai dengan panen memang kyuri dan timun lokal memiliki masa tanam yang relatif sama yaitu sekitar 40 hari namun dari segi jumlah produksi per pohon buah kyuri bisa lebih besar 3-4 kali lipat.
Satu pohon kyuri mampu menghasilkan hingga 8-10 buah kyuri dengan ukuran buah 4 kali lipat jauh lebih besar ketimbang timun lokal sedangkan dari segi market kyuri termasuk tanaman yang eksklusif sehingga memiliki harga jual yang tinggi.
Berat kyuri per buah bervariasi untuk kelas super A mulai dari 200-250gram dan untuk berat di bawah angka tersebut masuk kategori kyuri kelas B dan C. Kyuri memiliki panjang rata-rata 25cm-30cm, kulit buah tipis berwarna hijau dan terdapat grandul-grandul kecil berwarna putih menyerupai duri.
Kyuri memiliki rasa yang manis dengan kandungan air yang sedikit sehingga teksturnya lebih renyah dibanding timun lokal. ”Kyuri itu rasanya garing beda sama timun lokal yang agak kenyal getas,” ujar Dodih.
Ciri kyuri kualitas super memiliki bentuk buah yang proporsional lurus, kulit buah tidak mengkilap berwarna hijau agak kehitaman, di bagian kulit masih terdapat grandul halus dan volumenya berdiameter 3cm. Kyuri yang tumbuh secara maksimal berbiji sedikit. Lebih tebal daging buahnya yang berwarna putih ketimbang lingkarang biji yang memiliki tekstur lebih lembek berair. Sedangkan jika kulit kyuri berwarna agak kekuningan, mengkilap dan licin menandakan kyuri sudah tua dan memiliki kualitas rendah.
Dengan sistem rotasi kyuri bisa dipanen setiap hari. Per hari sedikitnya Dodih sanggup memanen hingga 2 kuintal kyuri kualitas super dan 1 kuintal kyuri ukuran baby yang semuanya habis terserap pasar.
”Saya sengaja merotasi tanaman pasca-panen, karena jika kyuri ditanam di lahan itu lagi akan sangat rentan terserang penyakit yang dapat mengakibatkan kerugian. Oleh karenanya lahan tersebut saya tanami sayuran lain dan kyuri saya tanam di lahan yang berbeda,” jelas Dodih.
Kyuri baby dipanen 5 hari lebih cepat daripada kyuri super kelas A. Harga kyuri baby tergolong lebih tinggi dari pada kyuri super kelas A. Kyuri baby dibandrol dengan harga Rp 9 ribu/kg. Sedangkan kyuri super kelas A berada di kisaran harga Rp 6 ribu/kg dan kyuri kelas B dan C Rp 3-4 ribu/kg.
Pemasaran Timun Jepang
Di tahun 2010 Dodih menfokuskan pemasarannya ke pihak eksportir Alamanda yang beralamat di daerah Banjaran. Dodih bekerja sama dengan pihak eksportir. Kyuri yang tak terserap ke pihak eksportir Dodih pasarkan ke Pasar Induk Kramatjati.
Penjualan ke pihak eksportir lebih menguntungkan dibanding ke pasar tradisional karena eksportir telah memberikan harga jual tetap dan kepastian. Kyuri biasanya diolah menjadi lalapan, campuran sayur maupun salad di berbagai restoran maupun rumah makan cepat saji, oleh karenanya konsumen kyuri banyak datang dari kelas menengah atas. Harganya yang stabil membuat Dodih senang membudidaya kyuri. Jika dikalkulasikan per bulan Dodih bisa meraup omset Rp 35 juta dengan keuntungan bersih 60%.