Menjadi seorang entreprenuer memang menjadi cita-cita Rahmansyah Iman Saputra sejak lama. Demi mewujudkan cita-citanya itu pria yang akrab disapa Maman ini mengambil keluar dari pekerjaannya sebagai 3D Artist di salah satu perusahaan game online. Kecintaannya terhadap dunia seni dan anak menginspirasi Maman membuat sebuah mainan yang dapat merangsang kreativitas anak.
“Saya berpikir untuk menciptakan mainan anak dengan teknologi terbaru namun menggunakan bahan sederhana yang murah dan mudah didapat,” ujarnya
Berbekal keahlian di bidang desain tiga dimensi membuat Maman memilih untuk menciptakan 3D paper craft dengan merek dagang LowpolyPaper sejak Januari 2015. Kebetulan saat itu Maman mengaku sedang menyusun skripsi sehingga banyak sekali sisa kertas yang tidak terpakai yang bisa dibuat menjadi paper craft dengan memanfaatkan komputer dan printer yang ada.
“Bisa dibilang kita memulai usaha ini tanpa modal, baru setelah berjalan kita mengeluarkan modal sekitar Rp 15 juta untuk membeli printer, mesin cutting kertas, software dan peralatan lainnya,” terangnya.
Meski produk yang ditawarkan terbilang baru dan kreatif, namun diawal pemasaran LowpolyPaper masih belum maksimal. Akhirnya Maman memutuskan untuk mencari seorang partner untuk membantunya terutama dalam hal pemasaran, maka terpilihlah Gregoryo Tattid Cahyono sebagai Co-Founder LowpolyPaper.
“Untuk pemasaran saya menyerahkan kepada rekan saya,” tegasnya.
3D Paper Face.
Menurut Maman, produk utama LowpolyPaper adalah berupa 3D paper face yaitu kerajinan berbentuk wajah yang mirip dengan foto asli sesuai dengan keinginan pelanggan sehingga cocok untuk hadiah ulang tahun, wisuda, pernikahan, atau sebagai hiasan di dinding dan meja.
Untuk membuat 3D paper face Maman membutuhkan pas foto yang ingin dicetak. Foto tersebut kemudian diedit menggunakan software khusus sehingga menjadi 3D papar face dan membentuk pola papercraft.
Desain 3D papar face tersebut kemudian di cetak (print) lalu dipotong mengikuti pola dengan menggunakan mesin cutting kertas yang kemudian disambungkan setiap bagiannya. Tahap terakhir adalah menempelkan 3D paper face craft yang telah disusun ke frame pigura. “Semakin bagus kualitas foto maka akan semakin mirip 3D paper face yang dihasilkan,” ujarnya.
Maman menambahkan, bahan baku yang digunakan adalah kertas jasmine dan kertas syntetic. Ketas jasmine biasa digunakan sebagai kertas undangan sehingga memiliki ketebalan dan kekuatan yang cukup bagus dibanding kertas lain. Sedangkan kertas sintetik (syntetic paper) adalah kertas buatan yang ramah lingkungan dan memiliki keistimewaan seperti anti air, anti robek dan tentunya lebih kuat daripada kertas jasmine.
Tidak heran bila Maman mengaku LowpolyPaper bisa bertahan hingga lebih dari 2 tahun.
“Asal dihindari dari cipratan air dan tempat lembab. Selain itu jangan terlalu ditekan,” terangnya.
Selain 3D paper face, LowpolyPaper juga dapat membuat paper craft seperti hewan, buah-buahan, tanaman, topeng, logo perusahaan, dan bentuk-bentuk 3D abstrak. Sedangkan untuk proses pengerjaannya sendiri memakan waktu 3-5 hari.
“Hampir semua benda bervolume bisa dijadikan 3D paper craft,” tambahnya.
LowpolyPaper menawarkan 2 ukuran yaitu ukuran mini dan standar dimana setiap ukuran bisa di costume menjadi 1 wajah untuk 1 frame (single face), atau 2 wajah dalam 1 frame dan seterusnya. Untuk ukuran mini memiliki skala 2:1 dari ukuran wajah asli yang ditempelkan pada frame berukuran kecil sehingga cocok sebagai hiasan meja. Sedangkan ukuran standar memiliki skala 1:1 sesuai dengan ukuran wajah asli dan cocok sebagai hiasan dinding.
Untuk harga yang ditawarkan mulai dari Rp 250–450 ribu tergantung ukuran, costume, dan bahan kertas yang dipilih. Namun bagi Anda yang ingin melatih kreatifitas bisa memesan paper craft yang masih berupa tamplate dan belum dirakit dengan harga sebesar Rp 15–100 ribu untuk design costume, dan Rp 100 ribu untuk paper face.
“Karena keterbatasan waktu saya membatasi jumlah order sebanyak 75 paper face/bulan, namun untuk objek lain tidak kami batasi,” ujarnya. Dengan asumsi tersebut, setidaknya omset yang dihasilkan sekitar puluhan juta tiap bulannya, tergantung jumlah orderan yang masuk.
Inovasi.
Maman sadar usaha 3D sudah mulai banyak berkembang di Indonesia seperti 3D animasi, 3D game hingga arsitek. Meski begitu Maman mengaku untuk usaha 3D paper craft masih sangat segmented sehingga berisiko. Namun dengan persaingan yang belum begitu banyak Maman yakin dengan prospek LowpolyPaper kedepannya masih akan terus terbuka dan berkembang.
Maman sadar agar dapat survive di usaha creatif harus selalu melakukan inovasi. Ke depannya Maman berencana mengangkat budaya dan kearifan lokal menjadi karya paper craft serta melestarikan kebudayaan Indonesia ke generasi selanjutnya. “Kita juga membuat desain-desain unik dan membuat paper craft wajah tokoh-tokoh terkenal,” ujarnya.