Antusiasme Rachel Yulis Setyaningsih bercerita tentang perjalanan usahanya dari hobi mengumpulkan aksesoris cantik dan unik dari perjalanannya ke luar negeri, Rachel mencoba menawarkan aksesoris tersebut ke teman – teman sekantornya. Tak dinyana, respon positif mengalir dari teman – temannya sehingga ibunya menyarankan agar ia lebih serius menekuni bisnis ini.
Rachel kemudian memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai sales layanan internet dan memulai bisnis aksesoris dengan mengeluarkan modal sebesar Rp 290 juta dari bantuan orangtuanya. Modal itu digunakan untuk sewa toko di Plaza Semanggi Jakarta Pusat sebesar Rp 8 juta, belanja atau kulakan aksesoris Rp 150 juta, biaya pengadaan furniture dan dekorasi toko Rp 100 juta. Sedangkan sisanya digunakan untuk lain-lain termasuk biaya pengiriman (kargo), biaya transportasi dan hotel selama membeli atau kulakan produk ke luar negeri.
Rachel memutuskan untuk menjalankan bisnis aksesoris wanita dengan menjadi importir. Aksesoris yang ditawarkan Rachel merupakan produk impor dari China dan Hongkong. Menurut Rachel orang Indonesia belum banyak yang bisa memproduksi jenis aksesoris seperti yang diimpornya. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan beberapa bahan baku yang belum ada di Indonesia. “Ada beberapa bahan baku yang harus diambil dari luar negeri sehingga harga jualnya menjadi lebih mahal. Jadi jauh lebih efektif dan efisien jika saya ambil langsung aksesorisnya dari luar negeri,” jelasnya.
Alasan lain yang membuat Rachel memilih menjadi importir adalah faktor politik dumping yang diterapkan oleh negeri tirai bambu tersebut. Politik dumping adalah politik dagang yang menetapkan harga jual di luar negeri lebih murah dibandingkan harga jual di dalam negeri untuk jenis barang yang sama. Keadaan inilah yang membuat dirinya berani memutuskan untuk menjadi importir aksesoris wanita.
Rachel menuturkan, prospek usaha aksesoris masih bagus, meskipun pelakunya semakin menjamur. Apalagi produk aksesoris impor yang kualitasnya sekelas branded atau KW 1 asal China dan Hongkong persaingannya belum seketat seperti pada produk non branded.
Produk. Aksesoris wanita yang dijual Rachel berupa kalung, gelang, cincin, anting, bros dan gesper dijual dengan kisaran harga Rp 75-500 ribu. Selain aksesoris wanita, ia juga menawarkan aksesoris gelang kualitas seperti branded untuk kaum pria seperti gelang merek Bvlgari, Mont Blanc dan Giorgio Armani seharga Rp 350 ribu/pcs. Gelang ini berbahan kulit dengan warna hitam dan terdapat hiasan besi double circle serta simbol kepala burung berbahan stainless dengan warna, seperti layaknya kepala belt/gesper.
Aksesoris yang dijual Rachel dikelompokkan menjadi dua yaitu kualitas non branded dengan rata-rata harga jual Rp 175 ribu dan kualitas sekelas branded yang harganya paling mahal Rp 500 ribu. Aksesoris kualitas sekelas branded paling diminati konsumen, terutama kalangan sosialita dan para pejabat. “Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa konsumen penyuka aksesoris sangat memburu dan meng-update koleksi aksesorisnya. Masalah tiruan atau tidak, mereka tidak terlalu mempersoalkan. Yang penting bisa mix dan match ketika dipakai, maka mereka akan membelinya,” tandas kelahiran Semarang, 31 tahun lalu ini.
Produk aksesoris kualitas sekelas branded atau KW 1 asal China dan Hongkong antara lain modelnya seperti merek Gucci, Bvlgari, Hermes, Chanel, Louis Vuitton, Cartier, Mont Blanc dan Giorgio Armani. Kualitas bahannya hampir sama dengan produk branded asli terutama yang dari bahan stainlees. Hanya ada sedikit sekali perbedaannya dengan aslinya. Aksesoris branded asli umumnya menggunakan batu diamond, sedangkan aksesoris impor kualitas seperti branded menggunakan batu alam. Harganya pun jauh lebih murah, misalnya harga kalung original Bvlgari diamond seharga Rp 36 juta, sementara Rachel menjual produk yang sama kualitas KW1 hanya Rp 500 ribu.
Cincin dan kalung yang modelnya seperti model merek Gucci dan Bvlgari paling diminati konsumen. Sedangkan aksesoris non branded dari jenis kalung, gelang dan cincin etnik perak bakar paling diminati. Aksesoris etnik perak bakar ini didominasi oleh bahan logam serta batu-batu alam, dengan nuansa keemasan dan putih perak serta bentuk bandul yang bervariasi.
Beberapa variasi model aksesorisnya, antara lain cincin berbahan batu alam atau logam berbentuk bunga, kupu-kupu atau kristal huruf. Gelang berbahan batu alam, gelang logam kombinasi batu alam dan gelang logam kombinasi rantai. Ada pula anting logam dengan bandul berbentuk seperti bunga, huruf dan bola-bola serta anting plastik dan mika. Rachel juga menawarkan kalung etnik berbentuk piringan, bunga, bulat, gabungan rantai, serta kalung dengan model seperti branded berbentuk kotak dan relief, double circle dan bulan sabit. Keseluruhan kalung dengan model seperti branded berwarna keemasan karena dilapisi kuningan dan diberi tambahan batu alam.
Menurut Rachel, aksesoris asal China dan Hongkong memiliki beberapa perbedaan, terutama kualitasnya. Aksesoris asal Hongkong lebih berkualitas daripada aksesoris asal China sehingga harga jualnya lebih mahal sekitar 10%. Dari keseluruhan produk aksesoris dari kedua negara tersebut ia jual di Indonesia sekitar 2-3 kali lipat dari harga beli. Seperti misalnya cincin non branded ia beli dari China seharga Rp 25 ribu kemudian dia jual di Indonesia sekitar Rp 75 ribu.
Rachel juga memasarkan aksesoris yang sedang tren. Tren aksesori wanita saat ini mengarah kepada aksesoris etnik perak bakar, yang dicirikan dengan ukuran besar, bahan logam kombinasi batu-batu alam serta nuansa keemasan dan putih perak dengan model yang bervariasi. Untuk mengikuti tren model aksesoris ia melakukan survei di mal-mal dan bergaul dengan kalangan sosialita. Wanita lulusan S2 Finance Bina Nusantara Jakarta ini lebih