Bibit tanaman yang mengandung obat, khususnya yang ditanam di pot berprospek baik dalam bisnis tanaman hias. Potensi tanaman obat khususnya tanaman hias obat ini jelas sangat besar. Steve Stanley, pemilik usaha tanaman hias obat Kebun Bibit di Malang, Jawa Timur mengatakan saat ini demand tanaman tersebut sudah mencapai 2 juta orang per tahun. Tren kembali ke alam, banyaknya penyakit kronis, kegagalan obat modern, mahalnya obat dan komplikasi dipandang sebagai kesempatan dalam pengembangan obat herbal.
Hal serupa dikatakan oleh Ahmad Rifqi Fauzi, SP, M.Si, Ketua Program Studi Agroteknologi, Fakultas Bioindustri, Universitas Trilogi Jakarta. Menurutnya tren tanaman hias obat terbilang stabil, dan dari dulu hingga sekarang banyak orang yang memburu tanaman tersebut lantaran memiliki double fungsi yang bermanfaat.
“Tren dari dulu hingga sekarang masih sama, karena kebanyakan peminat tanaman ini melihat double fungsi yang dihasilkan tanaman tersebut. Dari segi estetikanya ada, dari segi kesehatan sebagai obat herbal juga ada. Saya rasa ke depan prospeknya akan tetap bagus, terlebih orang cenderung memilih obat herbal dibanding obat kimia. Mereka pun akan senang apabila di rumahnya ada tanaman yang selain mempercantik rumahnya juga bisa dimanfaatkan sebagai obat,” terang Ahmad.
Khasiat. Saat ini pengobatan menggunakan obat bahan alam semakin banyak digunakan. Hal ini dapat disebabkan karena semakin banyaknya orang yang percaya akan keunggulan dan manfaat obat bahan alam. Tidak hanya di Indonesia, penggunaan obat bahan alam di seluruh dunia dalam 20 tahun terakhir ini juga semakin meningkat.
Bukan lagi sekadar back to nature tetapi karena obat bahan alam sudah merupakan sumber layanan kesehatan yang mudah diperoleh dan terjangkau oleh masyarakat. Obat tradisional sudah sejak tahun 1992 diatur dalam Undang-Undang RI No. 23 tentang Kesehatan. Kemudian didukung oleh SK Menteri Kesehatan No. 1076 tahun 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional.
Efek farmakologi tanaman hias obat berasal dari daun, batang, buah, bunga dan akarnya. Setiap tanaman hias obat memiliki kandungan dan khasiat yang berbeda-beda. Seperti tanaman Tapak Dara memiliki khasiat sebagai obat penurun hipertensi atau darah tinggi, diabetes, radang perut atau disentri, juga sebagai obat anti kanker, dsb.
Sementara tanaman Melati berkhasiat menyembuhkan penyakit susah tidur, radang mata merah, asma, bengkak akibat gigitan binatang. Anggrek Merpati bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif obat untuk penyakit kanker otak, batuk kering dan rematik, dan Asoka berkhasiat menyembuhkan penyakit darah tinggi, pendarahan, wasir, haid tidak teratur, luka pukul atau memar.
Tanaman hias untuk obat ini bisa dimanfaatkan dari bagian tanaman yang segar, dan dari bahan kering tanaman. Seperti Rubiyantoro, Pemilik Kampoeng Herba menyediakan tanaman hias obat segar, bahan kering tanaman, kapsul, dan teh dari tanaman hias obatnya.
Budidaya Mudah. Salah satu langkah untuk mengambil potensi bisnis dari tanaman hias obat adalah dengan membudidayakannya. Menurut Steve Stanley, budidaya tanaman hias obat terbilang sangat mudah, karena kebanyakan tanaman hias obat ini merupakan tumbuhan liar yang tak perlu diberi perlakuan khusus layaknya tanaman hias lainnya.
Pembiakan atau perbanyakan tanaman hias obat ini menurut Ahmad Rifqi Fauzi juga tidak sulit, terlebih tanaman hias obat memiliki adaptasi yang lebih tinggi terhadap lingkungan. Perbanyakan tanaman atau plant propagation bisa dilakukan dari berbagai sumber atau bagian tanaman, seperti biji, stek, umbi, dan bagian tanaman lain, tergantung jenis tanamannya.
Sebagai contoh, perbanyakan tanaman Tapak Dara biasanya lewat cara generatif yakni dengan biji, Melati dengan cara stek, Anggrek Merpati bisa dilakukan dengan cara pemisahan rumpun, dan Asoka dengan cara menanam bijinya, cangkok atau dengan cara stek dan direndam dalam botol.
Pemasaran. Pasar penyerap tanaman hias obat ini kebanyakan dari kalangan masyarakat seperti ibu rumah tangga, kolektor tanaman, bahkan hingga dokter dan tenaga medis herbal. Dalam skala besar tanaman hias obat ini banyak diminati oleh industri obat besar seperti Kalbe Farma, dll.
Steve Stanley pun mengaku, usahanya kini telah bekerjasama dengan Balai Obat Mitra Medika dan Balai Kesehatan Jawa Timur dalam hal penelitian tanaman obat. Hal serupa juga dialami oleh Rubiyantoro yang memperluas jaringan pemasarannya dengan bekerjasama dengan beberapa klinik dan tenaga medis herbal di berbagai daerah.
Cara pemasaran tanaman hias obat yang paling efektif adalah dari mulut ke mulut, dilanjutkan dengan door to door misalnya antar-pertemanan, menawarkan ke perkantoran, dinas-dinas pemerintahan, dinas pertanian setempat, melalui promosi di website atau beriklan di media cetak. Agar lebih memperluas pemasaran, para pelaku usaha tanaman hias obat ada baiknya bergabung dengan komunitas berbasis tanaman hias obat atau mengikuti perkumpulan seperti Perhimpunan Holtikultura Indonesia.
Untuk lebih meningkatkan pemasaran, sebaiknya pelaku usaha sering mencari informasi mengenai pameran-pameran tanaman hias yang kini banyak diselenggarakan. Hal ini dapat menjadi ajang promosi tanaman hias sekaligus menambah wawasan mengenai tanaman hias obat yang baru atau yang sedang tren.
Harga tanaman hias obat terbilang terjangkau oleh masyarakat. Rata-rata pelaku usaha tanaman hias obat ini menjual tanamannya seharga Rp 10-20 ribu/batang, tergantung jenis. Rubiyantoro menjual tanaman hias obat seperti Tapak Dara, Melati, Daun Wungu, Kembang Ekor Kucing, Kembang Merak, dll seharga Rp 10-20 ribu/tanaman.
Sama halnya seperti Herry Setiawan, pemilik Keboen Herbal Cipicung yang menjual tanaman hias obat seperti Anggrek Merpati, Asoka, Bunga Matahari, Arum Dalu, Kembang Telang, Ceguk, Cempaka, Cocor Bebek, Ekor Kucing, Ganyong, Kaca Piring, dll seharga Rp 10-200 ribu/tanaman. Tanaman hias obat yang paling mahal diakui Herry lebih banyak dibudidayakan lewat biji, bukan dari stek atau cangkok.
Sementara untuk lebih memanjakan konsumen agar loyal, ada baiknya pelaku usaha memberikan layanan antar atau delivery gratis bagi pembeli yang tidak memiliki alat transportasi dan memberi bonus baik berupa potongan harga atau bonus lain bagi konsumen.
Untung Besar. Bagi pemula bisa memulai usaha budidaya tanaman hias obat secara komersial yang ditanam di lahan seluas 1.000 m2. Sedangkan untuk budidaya tanaman hias obat dalam pot atau polybag bisa dilakukan pada lahan sempit kurang dari 1.000 m2. Pengaturan tanaman bisa secara bertingkat dengan menggunakan rak khusus tanaman.
Jika tanaman hias obat Anda berkualitas bagus dan dilengkapi sertifikasi, akan lebih meningkatkan kepercayaan konsumen. Biaya operasional pemeliharaan tanaman hias obat ini juga terbilang rendah, pasalnya dalam hal perawatan tanaman pelaku usaha seperti Rubiyantoro dan Herry Setiwan tidak memberikan perlakuan khusus dengan obat-obatan, dan penggunaan pupuknya pun sebatas pupuk kandang, sehingga membuat keuntungan usaha lebih tinggi.
Dalam kurun waktu 2-7 bulan, dengan mengacu pada teknis budidaya yang baik dan benar, pembudidaya tanaman hias obat ini bisa mencapai keuntungan hingga 50%. Seperti Rubiyantoro mampu meraup omset per bulan sekitar Rp 60 juta dengan keuntungan 50%. Begitu juga Herry Setiawan, pemilik Kebon Herbal Cipicung yang bisa menjual 3.000 batang tanaman hias obat dengan omset Rp 54 juta/bulan dan keuntungan 54%.