Selain berfungsi sebagai pelepas dahaga, minuman sari buah juga memiliki beberapa manfaat, misalnya pereda panas dalam, banyak kandungan vitamin, melancarkan pencernaan, menghaluskan kulit, pemulihan pasca-sakit, anti oksidan dll.
Salah satu ciri minuman sari buah rumahan, yakni biasanya lebih banyak dibuat dari buah asli dan dikemas dengan packaging sederhana. Selain itu karena tidak melalui proses sterilisasi seperti yang dilakukan perusahaan besar, ketahanan produk sungguh jauh berbeda. Misalnya sari buah rumahan secara umum hanya bertahan sampai maksimal 6 bulan karena hanya dikemas dalam botol plastik atau cup plastik, sedangkan produk perusahaan besar bisa bertahan sampai 2 tahun karena dikemas dalam keadaan steril bahkan ada yang menggunakan tetrapack.
Prospek dan Persaingan. Menurut Farchad Poeradisastra, Ketua Asosiasi Pengolah Sari Buah Indonesia (APSARI), jumlah produsen minuman sari buah baru sekitar 5% dari total pasar minuman, sehingga peluang usahanya masih sangat terbuka lebar.
Baik minuman sari buah kemasan 1 varian rasa dan kombinasi buah dengan bahan lain sama-sama masih terus berprospek bagus. Tetapi sampai saat ini minuman sari buah 1 varian rasa masih lebih dikenal luas ketimbang minuman sari buah kombinasi bahan lain karena rasa kombinasi tersebut terbilang masih baru dan belum terlalu akrab oleh masyarakat luas.
Para produsen juga selalu membuat produk minuman kemasan skala rumahan yang mirip dengan pabrikan namun memiliki citarasa tersendiri karena inovasi dari kombinasi aneka buah dengan bahan lain, misalnya Nuke Sriwahyuningsih yang memproduksi sari buah “Nastelid (nanas-wortel-lidah buaya)” mirip pulpy orange karena di dalamnya disertakan hancuran lidah buaya.
Ketahanan Produk. Menurut Dr. Ir. Dahrul Syah, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, ketahanan sari buah dalam tetrapack (produk industri besar) bisa sampai 1-2 tahun karena telah melalui proses UHT (Ultra High Temperature), sedangkan produk minuman sari buah rumahan (tanpa pengawet) yang dikemas dalam botol atau cup plastik hanya bertahan sekitar 2-3 minggu atau 2 bulan dan produk rumahan dengan pengawet bertahan hingga 6 bulan. Sebab dalam home industry/skala rumahan, sari buah hanya melalui proses perebusan.
Bahan kimia yang masih diperbolehkan BPOM guna mengawetkan bahan pangan/minuman, yakni natrium benzoate/sodium benzoate (bisa menekan pertumbuhan mikroorganisme berupa jamur) dengan kadar 0.01%. Natrium benzoate secara alami misalnya terdapat pada apel, kayu manis, dan cengkeh.
Selain natrium benzoate, minuman sari buah juga bisa ditambah dengan asam sitrat yang berfungsi sebagai penegas warna dan rasa. Penambahan asam sitrat dapat menurunkan pH minuman sehingga menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk dengan kadar 0.01%. Penggunaan zat ini sama seperti yang dilakukan oleh Maria Gigih pemilik minuman sari buah merek Winner.
Untuk pengiriman produk selama pemasaran, supaya produk aman (kualitasnya tidak berubah/berubah warna atau rasa) sebaiknya dikemas dengan soft case/pelindung/cooler bag yang bisa digunakan untuk menyimpan sari buah supaya lebih tahan lama. Selain itu ganti penggunaan botol bening atau cup plastik menjadi botol yang warnanya lebih gelap, agar peluang oksidasi oleh sinar matahari lebih sedikit sehingga produk lebih awet.
Pemasaran. Minuman sari buah kemasan lebih banyak diminati masyarakat perkotaan yang lebih menginginkan kepraktisan. Sehingga tidak heran jika daerah penyerap pasar minuman sari buah/sayur kemasan adalah kota-kota besar di Indonesia. Alur pemasaran produk tersebut dimulai dari produsen, disalurkan ke agen/supplier, retailer barulah ke konsumen. Namun ada juga produsen yang menjual produknya langsung ke konsumen. Hingga saat ini minuman sari buah kemasan yang berisi 1 varian rasa masih menempati posisi lebih baik untuk permintaan, karena citarasa yang lebih familiar di lidah orang banyak.
Paling Untung. Dibanding minuman sari buah kombinasi, hingga saat ini minuman sari buah satu rasa lebih menguntungkan. Hal itu disebabkan bahan baku utama yang digunakan tidak beragam, sehingga penanganan produksinya tidak terlalu rumit dibanding minuman kombinasi. Waktu produksi minuman satu varian juga lebih cepat karena bahan baku bisa langsung diolah. Sedangkan pada minuman sari buah kombinasi, cara mengolahnya tidak boleh langsung dipersatukan saat proses memasak, tetapi harus dikerjakan satu per satu secara terpisah, baru kemudian disatukan setelah bahan baku utama matang semua.
Dari sisi keuntungan produsen minuman sari buah kombinasi mendapat untung sekitar 30%, sedangkan produsen minuman sari buah 1 varian rasa bisa meraih untung hingga sekitar 60%. Meski sari buah kombinasi secara pembuatan lebih rumit dan keuntungannya lebih kecil, namun prospek ke depannya lebi bagus, karena biasanya masyarakat akan cepat bosan mengkonsumsi sari buah dengan hanya 1 varian buah saja.