Sebagai negara dengan penganut agama Islam terbesar di dunia membuat banyak para perancang busana dalam negeri yang ingin menjadikan Indonesia sebagai kiblat fashion muslim dunia. Hal tersebut bisa dibilang merupakan berkah lain bagi para pelaku usaha.
Kreativitas dan inovasi para desainer rupanya membuat kaum hawa jatuh hati dan mengagumi karya-karya pakaian muslim para desainer di Indonesia. Sehingga, tidak heran, para pelaku usaha pakaian muslim pun kebanjiran permintaan pasar yang terus meningkat terlebih lagi ketika menjelang Bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Hal ini diakui Tuty Adib, pemilik usaha fesyen muslim Bilqis yang merasakan permintaan busana muslim naik tiga kali lipat satu bulan menjelang Ramadhan. Di samping itu, Tuty mengatakan saat ini jumlah orang berbusana muslim semakin banyak terutama wanita sehingga permintaan busana muslim, kerudung, jilbab tak akan pernah berkurang.
Modal Kecil. Bagusnya prospek usaha penjualan busana muslim ini juga tak lepas dari besarnya pangsa pasar masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam. Karena itu pula pelaku usaha pun sudah tak terhitung bahkan tak jarang yang mengembangkan sayap usahanya dengan menawarkan kerja sama kemitraan atau keagenan.
Ajakan kerja sama dari pelaku usaha busana muslim ternyata cukup mendapat respons yang cepat oleh pelaku usaha di berbagai daerah. Betapa tidak, hal ini terutama karena kecilnya modal yang tawarkan kepada calon Agen dan Mitra untuk bergabung. Seperti tawaran kerja sama keagenan busana muslim Saladin Distro yang hanya memerlukan modal Rp 300 – Rp 900 ribu sudah bisa jadi Agen atau Reseller untuk satu merek produk.
Selain itu, ada pula tawaran kerja sama menjadi Distributor di Exora Distro Rp 7,4 juta hingga tawaran paket waralaba butik Ratih Sang Rp 6-100 juta untuk paket butik.
Selain modal yang sangat terjangkau, keuntungan yang diberikan pemilik keagenan (Pewaralaba) cukup menjanjikan. Keuntungan berupa potongan harga (diskon) setiap kali pembelian produk juga cukup menggiurkan.
Adapun keuntungan yang dijanjikan juga bervariasi tergantung tingkatan sistem kemitraan yang diterapkan dan besar kecilnya modal yang dikeluarkan Agen dengan tawaran keuntungan mulai dari 20% hingga 70%.
Besarnya untung juga membuat Agen lebih cepat balik modal mulai dari 2 bulan dan paling lama 12 bulan. Bahkan banyak juga Agen yang bisa balik modal kurang dari satu bulan.
Di samping modal yang sangat ringan, menjadi Agen dan Mitra ini juga cukup mudah dijalankan. Untuk menjadi Agen, tak melulu harus berjualan di pusat grosir, mal atau membuka toko yang memerlukan modal besar untuk sewa tempat dan membayar gaji karyawan.
Hal ini dikatakan Zulfahmi, pemilik keagenan Saladin Distro. “Saya sengaja menerapkan sistem online, selain sangat mudah dijalankan juga bisa mendapatkan banyak pelanggan dari seluruh wilayah Indonesia, karena pelanggan tidak perlu repot untuk datang melainkan kita yang menjemputnya,” beber Zulfahmi.
Bukan hanya itu, sisi menarik dan cukup aman bagi Agen adalah sebagian besar Pewaralaba memperbolehkan Agen mengembalikan (retur) produk yang cacat hingga mengganti model yang kurang laku dalam jumlah dan kurun waktu tertentu.
Menyoal retur juga tergantung dari aturan main yang ditetapkan Pewaralaba. Begitu juga dengan kontrak kerja sama. Ada yang tidak mengikat Agen dan Mitra dengan kontrak kerja sama atau kerja sama berlaku selama Agen dan Mitra tetap belanja. Ada juga yang menerapkan kontrak kerja sama dan bisa diperpanjang dengan membayar biaya administrasi.
Pemasaran. Beragam cara pun dapat dilakukan Pewaralaba untuk memperluas pemasaran. Ada yang memilih berjualan dengan membuka di pusat grosir, ITC, ada juga yang berjualan di rumah, atau bahkan lewat internet yang dipercaya lebih luas menjangkau calon Agen hingga ke berbagai daerah seperti yang dilakukan Zulfami.
Alexander S Mulya, pengamat marketing, mengatakan ada beberapa strategi yang bisa diterapkan guna mencapai keuntungan maksimal dari usaha keagenan busana muslim ini. Pertama, pilih Agen/Mitra yang memiliki pengalaman di usaha keagenan fesyen dan produsen (Pewaralaba) yang dapat menjaga kualitas produk serta produk yang selalu up date mengikuti keinginan pasar, mengingat banyaknya pelaku usaha busana muslim saat ini.
Kedua, pilih lokasi usaha yang mudah dijangkau banyak orang seperti pusat grosir, ITC, pilih media online untuk mencapai pemasaran efektif atau bergabung dengan komunitas ibu-ibu pengajian. Ketiga, lakukan promosi seperti instore merchandising yakni bagaimana cara menata produk dalam toko sehingga terlihat rapi dan mudah dijangkau konsumen. Keempat, miliki database konsumen untuk diajak menjadi Agen/Mitra.
Kendala dan Risiko. Lantaran usaha keagenan sangat bergantung pada produksi pakaian dan distribusi, maka kendala yang biasa dihadapi Pewaralaba adalah meningkatnya permintaan yang berimbas pada kapasitas produksi.
Bagi Pewaralaba yang memiliki konveksi sendiri, otomatis harus menambah jam kerja dan karyawan. Namun bagi Pewaralaba yang belum memiliki konveksi (masih makloon/produksi di konveksi lain) tentu harus bergegas menghadapi melonjaknya permintaan dengan melakukan order pakaian 2-3 bulan sebelum bulan Ramadhan.
Sementara itu kendala yang dirasakan Agen adalah keterlambatan pengiriman produk yang dipesan karena banyaknya pesanan. Hal ini dibenarkan Heri pemilik Exora Distro, kendala yang dialami selama menjalankan usaha ini ialah seputar proses produksi.
“Karena jumlah permintaan yang besar saat ini tidak sebanding dengan produksi yang ia lakukan sehingga membuat pengiriman barang kepada Distributor agak terlambat. Untuk itu saya sedang mempersiapkan dan membenahi proses produksinya,” tegas Heri.
Sementara itu, risiko di pihak Agen bisa ditekan, karena sebagian besar Pewaralaba membolehkan retur sehingga barang tidak menumpuk.