Sebagai seorang istri yang mengikuti kerja dinas sang suami di Dallas, Texas, Amerika Serikat, di tahun 1994 terkadang membuat bosan S. Nisa Hariadi. Namun ia pun tidak mau berlama-lama dengan kebosanannya tersebut. Sebagai ibu rumah tangga, Nisa pun mengisi waktu luangnya dengan belajar quilting bersama dengan rekan-rekannya di Amerika.
Selang satu tahun suaminya pun dipindah kembali ke Indonesia tepatnya di Rumbai Pekanbaru. Ternyata di Pekanbaru, ibu-ibu ekspatriat mengadakan kursus quilting dan Nisa pun memperdalam quilting dengan mengikuti kursus ini.
Hingga akhirnya di tahun 1999-2002 suaminya kembali ditugaskan ke Amerika dan menjadi kesempatan kedua bagi wanita yang akrab disapa Nisa ini, untuk memperdalam quilt di Negara asalnya. Hingga memutuskan membeli segala sesuatu kebutuhan quilt baik itu bahan baku, peralatan dan beberapa buku referensi.
Wanita asal Bandung ini pindah ke Jakarta, meskipun sudah memproduksi lebih 50 pattem, saat itu Nisa tidak langsung ingin terjun ke dunia bisnis, bahkan hasil karya-karyanya dalam bentuk wall hanging ini dipajang saja di rumahnya.
Atas saran suami, Nisa mulai memperkenalkan quilt di Indonesia dan belajar berbisnis. Hingga kini bisnis yang sudah berjalan 11 tahun ini sudah di kenal masyarakat luas dengan penghasilan perbulan mencapai Rp 40 juta.
Mengenai modal awal yang dikeluarkan Nisa hanya berkisar Rp 1 juta yang dipergunakan untuk membeli bahan baku dan peralatan produksi seperti kain katun, benang, jarum, jarum pentul, pembidang, penggaris, pendedel dan gunting. Bahan baku dan peralatan ini diperoleh Nisa saat tinggal di Amerika.
Produk. Beragam produk quilt telah dihasilkan oleh Nisa, mulai dari selimut, bed cover, taplak meja, karpet, tempat tisu, hiasan dinding, sofa cover dan handbag. Adapun kisaran harga yang ditawarkan berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 6 juta, produk quilt termurah berupa sofa cover dan yang paling mahal berupa selimut ukuran besar.
Mahalnya harga produk quilt karena produk yang ditawarkan sangat ekslusif, tidak diproduksi secara massal dan bahan yang digunakan pun 100% katun. Selain proses quilt menggunakan tangan bukan mesin menjadi salah satu faktor harga jual produk quilt cukup tinggi, misalnya untuk satu sofa cover saja memakan waktu 1 minggu dan untuk produk selimut king size lamanya proses produksi mencapai 2 bulan, inilah menurutnya penyebab dari harga jual produk quilt tinggi.
Sedangkan untuk produk yang banyak diminati saat ini yaitu hiasan dinding, sajadah dan tas. Mengenai sajadah, Nisa terinspirasi saat menjalankan ibadah haji di tahun 2006 dan langsung mengaplikasikan idenya setelah pulang menjalankan ibadah haji.
Sepengetahuan nya saat itu belum ada produk quilt berupa sajadah terutama di negeri asal quilt, Amerika. Sajadah pertama kali dipromosikan Nisa saat mengikuti pameran Inacraft. “Di Inacraft saya buat 25 sajadah langsung habis, bahkan tahun ini sempat kewalahan menerima orderan sajadah,” ungkapnya.
Selain sajadah ada tas, tas ini berbeda dengan produk quilt karya Nisa lainnya. Tas berbentuk handbag ini didominasi kain quilt asal Jepang. Ketertarikan Nisa memperlajari quilt Jepang sejak tahun 2012 setelah bertemu dengan rekan yang khusus memproduksi quilt Jepang. Produk quilt karya Nisa lebih condong ke quilt Amerika dengan perpaduan warna cerah, sedangkan quilt Jepang warnanya lebih soft.
Tema Nusantara. Nisa sangat menjaga kualitas quilt bikinannya, untuk penggunan bahan baku dan peralatan seperti benang quilt, penggaris, gunting, dakron dan lain-lain didatangkan langsung dari Amerika dan Jepang. Bahkan untuk bahan baku berupa katun 100% dengan kualitas terbaik, ia rela mecari hingga ke pasar-pasar kain Jakarta dan Bandung.
“Untuk peralatan kita datangkan dari Amerika dan Jepang, sedangkan bahan katun 100 persen kita mencari hingga ke Bandung, biasanya katun yang ada di pasaran sudah tercampur polyester,” jelas Nisa
Nisa selalu mengeluarkan produk-produk terbaru setiap 3 bulan sekali baik itu dari segi model, bentuk dan motifnya. Ide-ide ini terinspirasi dari berbagai hal baik itu lewat buku, internet, kondisi lingkungan dan lain sebagainya.
Inovasi lain yang dilakukan Nisa hingga produknya laris manis di pasaran antara lain karena ia memadukannya dengan sulam pita, lukis, bordir dan batik, dengan tema nusantara. Salah satu produk bernuansa nusantara yaitu hiasan dinding dengan motif Tari Rejang Bali.
Menurutnya ia mempunya kelebihan yang tidak dimiliki pelaku bisnis yang lain, beberapa kelebihan Nisa The Art of Quilting adalah seluruh proses quiltnya dikerjakan menggunakan tangan tanpa bantuan mesin jahit. Beda halnya dengan pelaku usaha lain, produk quiltnya merupakan hasil produksi mesin jahit dan dari segi kualitas pun dibawah quilt hasil kerajinan tangan.
“produk Nisa The Art of Quilting seluruhnya menggunakan tangan, kualitas jauh lebih bagus dan harga jualnya pun cukup tinggi dibandingkan dengan quilt yang menggunakan mesin jahit. Sama seperti di Indonesia, batik tulis dari segi kualitas dan harganya lebih tinggi dibandingkan dengan batik cap”. Jelas Nisa
Proses Produksi. Bahan baku yang digunakan Nisa adalah kain katun berbagai warna dan motif dan batting atau dakron. Semua bahan baku tersebut dibelinya di beberapa toko supplier bahan-bahan khusus quilting di Jakarta maupun dibelinya secara import. Sedangkan peralatan yang digunakannya adalah cutter, alas, jarum, dan penggaris khusus quilting.
“Peralatan tersebut berbeda dengan produk kebanyakan. karena peralatan quilting dirancang khusus,” jelasnya.
Tahapan proses produksi yang biasa dilakukan Nisa dengan menentukan pola terlebih dahulu, desain pola di atas kain katun, kemudian dipotong-potong dengan ukuran dan pola tertentu, lalu disatukan dengan cara dijahit hingga membentuk desain yang diinginkan.
Potongan-potongan kain yang telah disatukan hingga disebut top quilt, kemudian dilapisi dengan dakron lembaran pada lapisan kedua atau batting, serta pada lapisan ketiga atau paling bawah ditutup dengan kain utuh tanpa sambungan atau disebut dengan backing. Langkah selanjutnya adalah membuat jahitan quilting. Kemudian dijahit dengan cara menjelujur menggunakan benang khusus quilt. Setelah itu finishing merapikan sisa-sisa benang.
Di tempat workshop-nya yang berlokasi di Jalan CIpete Raya No. 9 / B5 Cipete Jakarta Selatan ini dibantu 4 orang karyawan dan beberapa karyawan yang ada di Bandung dan Pekanbaru. Karyawan ini sudah mumpuni dalam urusan pembuatan berbagai macam produk quilt. Namun para karyawan ini sebelumnya tidak mempunya keahlian membuat produk quilt, agar lebih mahir Nisa memberikan pelatihan selama 1 minggu hingga 1 bulan kepada karyawannya.
Dengan memiliki karyawan yang sudah mahir, Nisa pun tidak kawatir mengenai tahapan produksi, karena produk yang dihasilkannya pasti memuaskan pelanggan. Para karyawan ini mendapatkan gaji per bulan berkisar dari Rp 1 juta hingga Rp. 2 juta.
Dari usaha ini Nisa mampu mendulang omset yang besar. Menurutnya dalam sebulan ia bisa memproduksi 20 produk quilt. Permintaan cenderung akan mengalami peningkatan menjelang lebaran, natal dan tahun baru. Jika diasumsikan dari hasil produksi setiap bulannya omset Nisa mencapai Rp. 40 juta per bulan dengan keuntungan bersih sekitar 15% dari omset.
Pemasaran. Mengawali usaha ini, Nisa melakukan promosi langsung pada orang-orang terdekatnya, seperti keluarga, rekan dan ibu-ibu pengajian. “Meskipun awalnya mereka nggak beli produk quilt yang saya tawarkan, tapi setidaknya pesan saya untuk mempromosikan usaha pembuatan quilt ini tersampaikan,” ujar Nisa.
Tidak sia-sia dirinya terus berpromosi, karena dari pendekatan secara persuasive membuat beberapa teman dan kerabatnya pun tertarik dan menjajal produk quilting buatannya.
Sejak saat itulah bisnisnya mulai dikenal masyarakat setempat, hingga di tahun 2005, Nisa berkenalan dengan Wakil Presiden Women International Club dan mengajak Nisa untuk mengikuti bazar-bazar di kedutaan, seperti bazaar di Kedutaan Prancis, Kedutaan Belanda, Kedutaan Australia dan Kedutaan Inggris
“Sejak tahun 2005 hingga 2009 saya cukup banyak bergelut di komunitas Women International Club dan mengikuti bazaar-bazaar di kedutaan dan bisnis ini mulai berkembang dari ibu-ibu kedutaan ini,” tutur Nisa
Tak ingin jalan di tempat, ia pun memperluas pemasaran dengan mengikuti pameran skala nasional dengan turut serta di pameran Inacraft untuk pertama kalinya di tahun 2006 dan berlanjut hingga sekarang setiap tahunnya. Beberapa pameran yang telah di ikuti Nisa diantaranya La Femme, Indocraft, ANZA (Australian and New Zealand Embassy Bazaar), AWA (American Women Association Bazaar), IWA (Indian Women Association Bazaar), dan pameran-pameran lainnya.
Strategi pemasaran melalui pameran menurutnya cukup efektif, terbukti saat mengikuti pameran ia kerap mendapatkan pelanggan dari pasar lokal hingga mancanegara. Meskipun biaya pameran cukup mahal, jangan pernah memasang target untuk balik modal.
Tujuan mengikuti pameran adalah untuk memperkenalkan produk kita ke pasar yang lebih luas, dan jika produk yang kita tawarkan berkualitas, unik dan berbeda, maka tak sedikit pengujung yang akan membeli produk kita, bahkan bisa liput oleh media cetak dan eletronik.