Sebagai generasi kedua penerus bisnis orangtuanya sejak tahun 1984, Musa Jahja sangat paham seluk beluk dan tren perkembangan bisnis kue kering. Awal menyelami usaha kue kering, hanya memproduksi dua jenis varian kue yang saat itu permintaannya sama-sama tinggi yaitu kue kering dan kue basah.
Namun ia hanya sanggup meneruskan usaha kue kering karena kue basah memerlukan waktu produksi lebih dini mengingat tak memiliki daya tahan yang lama dan harus dipasarkan tiap pagi hari.
Di bawah bendera Puspa Cookies warisan orangtuanya, pria yang akrab disapa Musa ini mulai mengembangkan usaha kue kering lebih besar lagi. Dengan menggelontorkan modal awal ratusan juta rupiah yang ia ambil dari tabungan pribadi untuk memodernisasi berbagai peralatan produksi seperti oven dan mixer.
Sejak merintis sampai bisa sukses seperti saat ini, ia sudah beberapa kali pindah tempat usaha untuk memasarkan kue kering, meski basis produksinya masih menetap di salah satu sudut Pecenongan, Jakarta Pusat. Kini Musa menduduki lahan strategis sebagai pusat promosi di Pecenongan Raya No.54, ia memilih lokasi tersebut karena berada di pinggir jalan yang mudah dijangkau konsumen.
Prospek Usaha. Jelang hari raya besar, baik itu Idul Fitri, Natal maupun Imlek, diakui Musa bisnis kue kering selalu berprospek cerah. Masa itu, selalu mengalami peningkatan permintaan bahkan bisa dibilang permintaan sampai membeludak sehingga tak jarang Musa merasa kewalahan dalam memenuhi permintaan konsumen.
“Terutama saat mendekati Idul Fitri di mana permintaan sampai meroket namun sangat disayangkan setelah Idul Fitri permintaan langsung nyungsep,” ujar Musa.
Untuk menyiasati jatuhnya permintaan, Musa telah memiliki cara yang ia pelajari berdasarkan pengalaman menjalankan usaha. Yakni dengan memproduksi varian kue kering yang bisa dibuat camilan sehari-hari. Oleh karena itu, tak heran ia sudah memiliki banyak varian kue kering.
Dalam hal persaingan usaha, Musa tak mau ambil pusing meski banyak pengusaha kue kering dadakan yang menjamur pada saat mendekati bulan puasa. Ia tetap mengedepankan kualitas rasa tak peduli dengan harga yang dibanderol demi memuaskan lidah konsumen, cara tersebut terbukti berhasil membuat Musa survive sekian lama di tengah derasnya persaingan usaha.
Selain hal tersebut masih banyak trik dan cara yang dilakukan Musa agar bisa survive dan mendulang omset berlipat saat Ramadhan. Salah satunya dengan diperbolehkannya konsumen mengorder kue kering buatan Musa dan menjualnya dengan brand pribadi tanpa minimum order. Dalam menggeluti usahanya Musa telah mengantongi izin dari dinas-dinas terkait dan produknya telah memiliki sertifikat halal.
Merupakan pengusaha kue kering yang tahan banting dan berhasil bertahan melintasi zaman, pada dekade 2002-2009 Musa ditunjuk oleh Kementerian Perdagangan, UMKM dan Kementerian Perindustrian untuk dijadikan binaan dan diikut-sertakan dalam pameran produk halal di Malaysia dan Singapura mewakili pengusaha kecil Indonesia asal Jakarta.
“Dengan mengikuti acara tersebut saya bersyukur karena berhasil menggaet buyer asal Singapura dan sampai sekarang masih intens order meski usaha kue kering saya masih masuk golongan kelas kecil dari segi pendapatan,” tutur Musa.
Aneka Varian Cookies. Sejak dipegang olehnya, usaha Puspa Cookies mampu berkembang pesat, mulai dari varian produk hingga kualitas. Hingga saat ini, sudah terhitung puluhan variasi kue kering, namun yang paling menjadi best seller adalah Nastar, Kastengel, Lidah kucing, Putri Salju, Mede, dan Sagu Keju. Memunculkan varian kue baru merupakan bentuk inovasi yang dihadirkan Musa demi kelanggengan usaha, ide menciptakan varian baru juga diadopsi dari permintaan konsumen.
Mengatasi kenaikan harga bahan pokok yang terjadi setiap tahun terutama menjelang Ramadhan Musa mengklasifikasikan kue keringnya ke dalam 4 grade dengan tujuan supaya produknya tetap menjadi buruan konsumen tanpa harus mengurangi kualitas rasa. Grade pertama ialah Kelas Istimewa yang dijual dengan harga Rp 150 ribu per toples, grade kedua adalah Kelas Spesial yang dihargai Rp 100 ribu per stoples.
Grade ketiga yakni Kelas Regular seharga Rp 80 ribu per toples dan grade terakhir ialah Kelas Ekonomis dengan harga Rp 60 ribu per toples. Yang membuat perbedaan dari masing-masing grade ialah banyaknya komposisi bahan-bahan yang digunakan sedangkan ukuran kue dan kemasan relatif sama dalam kemasan stoples 400 gram. Bahan dasar yang digunakan Musa tak lain ialah Tepung Boga Sari, Mentega Blue Band, susu sapi murni, cokelat impor, dan telur ayam lokal.
Keunggulan lain dari kue kering buatan Musa, yakni mampu bertahan hingga jangka waktu 3-8 bulan tanpa bahan pengawet. Idealnya kue disimpan dalam suhu sejuk tak terkena sinar matahari langsung dan tertutup secara rapat karena kue mudah terkontaminasi udara luar yang dapat membuat kue beraroma tengik.
”Semakin tinggi grade kue maka semakin cepat kadaluwarsa nya karena komposisi bahan yang digunakan juga lebih banyak ketimbang grade ekonomis,” jelas Musa.
Paket Kue Lebaran. Selain menjual produk satuan, Musa juga menawarkan paket kue lebaran bagi konsumen. Biasanya untuk satu paket berisi 2-6 toples dengan isian berbagai jenis kue kering.
“Untuk paket ini, sudah dikemas secara cantik dengan box. Ada banyak macam box kue, mulai dari yang standar berbentuk kotak, hingga bentuk bunga dan lainnya,” terang Musa.
Untuk harga paket produk, bekisar Rp 125 ribu hingga Rp 200 ribu per paket. Biasanya produk paket kue Lebaran dipesan sebagai gift atau parcel untuk diberikan kepada kerabat maupun relasi.
Kelebihan kue kering buatan Puspa Cookies ialah memiliki rasa yang kuat, lembut, garing, harga yang terjangkau, banyak varian, dan tidak pernah cacat produksi, seperti retak. Menyiasati permintaan yang sangat tinggi menjelang Ramadan, Musa sudah mulai berproduksi sejak 2-3 bulan sebelum hari Lebaran, demi memenuhi permintaan konsumen.
Selain start lebih awal untuk mempercepat produksi ia juga telah menggunakan 4 oven berbahan bakar gas dan solar yang mampu menampung hingga 32 loyang sekali panggang.
Jaga Kepercayaan Konsumen. Selain mempertahankan kualitas produk dari segi rasa dan bahan baku, Musa juga berusaha penuh mempertahankan kepercayaan konsumen dari segi ketepatan produksi. Menurutnya tenaga kerja terampil merupakan kunci utama ketepatan waktu produksi.
“Pasalnya mendekati hari raya Idul Fitri merupakan titik klimaks permintaan kue kering, sedangkan di waktu yang sama tak sedikit karyawan yang izin untuk kembali ke kampung halaman,” jelasnya.
Mengatasi hal tersebut Musa telah membentuk tim khusus dengan 100 orang tenaga kerja yang sudah terampil membuat kue kering yang ia rekrut secara kontrak selama high moment dengan kompensasi Rp 1 juta per bulan di luar bonus.
Musa menyadari usaha kue kering permintaan tinggi hanya datang pada momen-momen tertentu oleh karenanya ia berpesan bagi siapa pun yang ingin memulai usaha kue kering diawali dengan menjadi reseller agar peka terhadap permintaan yang datang tiap tahun sehingga telah memiliki ancang-ancang. Mengingat Musa telah banyak makan asam garam di dunia kue kering ia sudah mengetahui tingkat permintaan yang datang tiap menjelang Ramadhan tiba.
Pemasaran. Promosi kue kering pertama kali yang dilakukan Musa bersama ibunya dulu dengan menitip jual ke berbagai pasar tradisional di daerah Pecenongan. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, Musa memanfaatkan internet sebagai media promosi. Khusus di bulan Ramadan Musa menggunakan cara lain untuk menarik konsumen, ia tak lagi berdiam diri.
Tak hanya itu, kini berbagai pameran sudah sering ia ikuti seperti pameran di Mal Golden Truly Gunung Sahari, pameran di Supermal karawaci, MKG 3, dan pameran di Mal Taman Anggrek. Selain mengikuti pameran Musa juga cermat melihat kebutuhan konsumen. Selama Ramadan Musa membuka tokonya 24 jam.
“Kalau puasa seperti ini kan siangnya masyarakat kerja dan malamnya kadang tak sedikit yang mengira kalo toko sudah tutup, oleh karenanya saya membuka 24 jam,” kiat Musa.
Semakin banyaknya keuntungan bersih yang diraup semakin lebar Musa mengepakkan sayap promosi, 2 ruko kini telah ia miliki untuk memasarkan kue keringnya di daerah Cikarang dan Mal Gading Serpong “Saya sengaja memilih daerah itu karena lebih pada mendekati konsumen,” kata Musa.
Di bulan Ramadhan permintaan bisa meningkat hingga 10 kali lipat berada di angka 25 ribu toples, maka tak heran bila Musa bisa menangguk omset Rp 1 M dengan keuntungan bersih 30%. Tak sedikit konsumen yang datang berasal dari kalangan menengah atas meski banyak juga dari kelas bawah dan menengah. Dalam hal pengemasan Musa lebih senang menggunakan toples plastik karena lebih ekonomis dan praktis.