Sebagai salah satu negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia membuat Indonesia merupakan pangsa pasar yang tepat untuk usaha-usaha yang berhubungan dengan Islam seperti usaha penyediaan kambing aqiqah. Peluang yang besar di usaha kambing aqiqah ini menarik minat Khairil Afryan Syah Siregar atau yang akrab dipanggil Afryan ini untuk menjalankannya.
Seperti diungkapkan Afryan, sebenarnya tidak pernah terpikir olehnya untuk menjalankan usaha kambing aqiqah. Apalagi dengan usianya yang masih sangat muda, usaha aqiqah ini tidak cocok dijalankan oleh anak muda sepertinya.
Namun pemikiran itu pun berubah setelah ia yang bekerja sebagai seorang karyawan di sebuah bank di Kota Medan bertemu dengan nasabah yang mengalami kebangkrutan dalam menjalankan usaha aqiqah dan menawarkan tempat usahanya untuk diambil alih dan dijalankan oleh Afryan.
“Ada nasabah yang tidak mengurus usaha aqiqahnya dengan baik dan usaha itu berhenti di tengah jalan,” ujarnya.
Melihat prospek pasar yang sangat menjanjikan dan masih belum banyaknya usaha sejenis di kota Medan, maka Afryan pun mengambil alih usaha aqiqah yang ditawarkan oleh nasabanya.
“Usaha Aqiqah yang saya ambil alih berbentuk tempat pemeliharaan atau kandang kambing, sehingga saya tinggal mengisinya,” ujar Afryan.
Ketika merintis usaha kambing aqiqah, Afryan mengeluarkan modal sebesar Rp 20 juta yang digunakan untuk membeli puluhan ekor kambing yang kebanyakan adalah kambing dengan jenis domba yang ia beli dari para peternak di sekitar kandangnya.
Dengan menerapkan sistem pemeliharaan sejak kecil, banyak konsumen kambing aqiqah yang merasa lebih ringan dalam membeli kambing untuk acara aqiqah yang dibutuhkan. Dengan sistem tersebut, membuat usaha kambing aqiqah yang dijalankan Afryan makin banyak diminati oleh konsumen.
Melihat perlunya perhatian ekstra pada usaha kambingnya, maka setelah usahanya berjalan sekitar 6 bulan, remaja 21 tahun ini pun rela melepaskan pekerjaannya sebagai seorang pegawai bank.
Kambing Aqiqah. Sama seperti usaha aqiqah lainnya, usaha aqiqah yang diberi brand Sholeh Aqiqah ini pun selain menjual kambing juga mempersiapkan jasa untuk mengolah daging kambing yang telah dipotong untuk dijadikan berbagai menu makanan seperti Sate, Tongseng, Semur, Gulai dan Kari.
Usia kambing yang dijual Afryan berkisar 1-2 tahun dengan harga bervariasi mulai Rp 1 juta- Rp 2 juta per ekor tergantung besar kecilnya kambing. “Sedangkan untuk masakan, konsumen bisa menambah biaya sebesar Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu,” jelasnya.
Diakui Afryan, yang membuat usaha kambing aqiqahnya banyak disukai konsumen karena ia juga menerapkan sistem pelihara kambing. Yang dimaksud dengan sistem ini ialah konsumen bisa membeli kambing di usia yang masih kecil sekitar 5-6 bulan, dengan membayar uang muka terlebih dahulu sebesar Rp 300 ribu, dan sisanya bisa dicicil setiap bulan hingga lunas (seharga satu ekor kambing).
Ketika sudah masuk waktu aqiqah atau kambing berusia di atas satu tahun maka konsumen bisa mengambil kambingnya dan mengolahnya sesuai dengan keinginan. “Bila kambing mati di tengah pemeliharaan maka akan diganti seharga uang yang telah dibayarkan,” tutur Afryan
Setelah berjalan sekitar tiga tahun bisnis kambing aqiqah yang dijalankan Afryan berkembang dengan pesat. Dalam satu bulan Afryan mampu menjual hingga 100 ekor kambing dengan omset Rp 100 juta. Menurut Afryan pencapaiannya selama ini adalah berkat kerja keras dan ketekunan dalam merintis usahanya.
Selama ini prinsip yang selalu dipegangnya adalah kerja keras, jangan pantang menyerah dalam menghadapi segala hal yang dihadapi, dan selalu mengucap syukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan.
Meski saat ini Afryan sudah merasakan kesuksesan dari hasil kerja kerasnya namun, pemuda asli Medan ini mengaku semua itu bukan tanpa kendala. Dikatakannya, dalam menjalankan usaha kambing aqiqah ini ia mengalami banyak cobaan seperti saat memulai usaha dan kandangnya belum bisa menampung jumlah kambing yang banyak maka ada beberapa kambing yang tidak terurus dan dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Peristiwa yang membuatnya mengalami banyak kerugian tersebut, sempat membuat Afryan sedikit goyah dan berfikir untuk tidak melanjutkan usahanya. “Namun kalau saya terus frustasi maka menurut saya hal tersebut tidak bisa menyelesaikan masalah, karena itu saya terus menjalankan usaha dengan tetap optimis. Dan menjadikan hal tersebut sebagai suatu pembelajaran yang berarti,” tutur Afryan.
Kesuksesan yang diraihnya saat ini tidak membuat Afryan lupa untuk berbagi dengan sesama. Karena itu ia pun selalu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk mengadakan berbagai kegiatan sosial yang melibatkan anak-anak jalanan di sekitar tempat usahanya. “Kalau bukan kita yang membantu mereka maka mau siapa lagi,” imbuhnya.