Top Mortar Gak Takut Hujan
Home Bisnis UMKM Bisnis Flat Shoes Untung Capai 79%

Bisnis Flat Shoes Untung Capai 79%

0
dok Shopee

 

Keinginan yang kuat untuk mendapatkan tambahan penghasilan mendorong Julie terjun ke dunia usaha. Bersama salah seorang sahabatnya, wanita berambut panjang ini memutuskan untuk menjalankan usaha pembuatan sepatu flat atau yang lebih dikenal dengan flat shoes. Dikui Julie, dipilihnya usaha pembuatan sepatu ini karena ia menganggap flat shoes banyak diminati terutama oleh anak muda.

Ketika merintis usaha pembuatan sepatunya, Julie mengeluarkan modal yang lumayan besar yaitu sekitar Rp 45 juta yang ia gunakan untuk menyewa tempat, membeli bahan baku sepatu hingga peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung produksi sepatu. Selain itu, untuk mempermudah proses produksi awal, Julie mencari pengrajin yang sudah terampil agar tidak perlu lagi melatih mereka cara membuat sepatu. Yang membuat produk flat shoes buatan Julie banyak disukai pasar ialah bahan baku yang berkualitas dan unik.

“Jika kebanyakan menggunakan bahan kulit sintetik, maka saya menggunakan kulit asli serta kain kanvas dan katun,” jelasnya. Selain bahan baku tersebut, Julie juga membuat flat shoes dengan bahan kertas khusus yang dinamakan kertas papperina, yaitu sejenis kertas yang tidak mudah sobek.

Flat Shoes. Ketatnya persaingan usaha pembuatan flat shoes ini menuntut pelaku usahanya selalu berkreasi dan berinovasi untuk menghasilkan sesuatu yang unik dan beda dari yang lain. Dengan demikian, persaingan usaha bisa diatasi.

Begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh Julie, untuk memenangkan persaingan yang ada, Julie membuat sepatu yang berkualitas dan juga belum ada di pasaran. Keistimewaan sepatu-sepatu buatan Julie terletak pada bahan baku yang digunakan. Julie menggunakan berbagai macam bahan dengan kualitas terbaik seperti kulit sapi asli kualitas nomor satu, kain katun, kanvas, dan juga kertas papperin yang tidak mudah sobek. Sedangkan dari segi model, Julie mengambil beberapa referensi sepatu flat shoes dari berbagai negara seperti Eropa dan juga Jepang sehingga model yang dihasilkan lebih variatif dan inovatif.

“Untuk desain flat shoes Jepang lebih simple dibandingkan dengan flat shoes Eropa yang lebih variatif baik dalam betuk dan bahan,” jelasnya. Selain membuat sepatu dengan desain sendiri, Julie juga menerima pesanan pembuatan sepatu sesuai dengan keingin konsumen (custom).

Harga yang ditawarkan Julie untuk flat shoes buatannya sangat beragam tergantung bahan dan kerumitan pembuatannya, dengan kisaran Rp 100-850 ribu per pasang. Sepatu pria yang berbahan kulit Julie mematok harga Rp 350-850 ribu per pasang, dan sepatu wanita berbahan kulit Rp 250-700 ribu per pasang. Sepatu berbahan dasar kain dihargai Rp 100-300 ribu per pasang.

“Untuk harganya sih tegantung dari berapa banyak penggunaan bahan beserta kerumitannya, dan apabila ada orderan sepatu dengan ukuran di atas standar ada sedikit penambahan biaya,” tutur Julie. Dalam menjalankan usaha ini Julie dibantu oleh 5 karyawan untuk pengerjaannya di bengkel, terdiri atas 1 orang pembuat pola, 2 orang yang menjahit, dan 2 orang yang ngesol.

Pembuatan. Proses pembuatan sepatu yang dilakukan Julie masih secara manual atau handmade. Hal pertama yang perlu dipersiapkan dalam pembuatan flat shoes ialah menyiapkan alat-alat terlebih dahulu, seperti gunting, penggaris, pensil dan pahat untuk membuat motif pada sol. Setelah peralatan siap, langkah berikutnya ialah menyiapkan bahan baku seperti kulit sapi atau kambing, kain katun atau kanvas, kertas papperina, lem, dan lain-lain. Lalu untuk sol bisa menggunakan rubber, spon, kulit nabati dan lain-lain.

Pertama-tama dibuat pola terlebih dahulu di atas bahan yang telah disediakan. Pola tersebut lalu digunting sesuai alur gambar dan didirekatkan menggunakan lem dan ada beberapa bagian yang harus dijahit sesuai pola yang sudah dibuat untuk menjadi badan bagian atas atau yang biasa dinamai dengan upper. Untuk menghasilkan upper lebih empuk sebaiknya memadukan dua jenis kulit yaitu kulit sapi di bagian luar dan kulit kambing dibagian dalam. Setelah upper jadi lalu dijahitkan ke sol menggunakan benang sol. Pemasangan upper ke sol harus dijahit agar kuat, karena pada proses pemasangan ini harus menggunakan mesin pres.

Dalam satu bulan, Julie bisa membuat sekitar 200 pasang sepatu yang ia jual dengan harga Rp 330 ribu per pasang. Untuk membuat sepatu sebanyak itu, Julie mengeluarka biaya sebesar Rp 13 juta yang ia gunakan untuk membeli berbagai bahan baku seperti bahan kulit, kain katun, kanvas, kertas papperin, benang dan lain sebagaiya. Semua bahan baku tersebut bisa dibeli di pusat  grosir Tanah Abang maupun Cipulir, Jakarta, kecuali kulit sapi atau kambing asli banyak terdapat di Tajur Bogor, Jawa Barat.

Promosi dan Pemasaran. Pada awal menjalakan usahanya, Julie menawarkan ke beberapa teman maupun sahabat. Namun seiring berjalanya waktu Julie membuat sebuah website yang ia beri nama www.warfootwear.com. Selain itu, Julie juga mencoba menawarkan usahanya ke beberapa perancang dan juga butik sepatu besar, dan hasilnya saat ini ada beberapa butik sepatu yang memesan pembuatan sepatu padanya seperti Lunamaya for Hardwear. Ada juga desainer dari Bali yang memesan sepatu dengan bahan kain Bali, dan juga desainer dari Lombok yang memesan sepatu dengan bahan kain Lombok.

Konsumen yang memesan hanya satu pasang Julie kenakan biaya lebih tinggi karena biaya pembuatannya cukup mahal dan waktu pengerjaannya paling tidak dua minggu tergantung tingkat kesulitan atau kerumitan pola. Pemesanan yang berasal dari daerah sekitar Jakarta dengan minimal order 20 pasang tidak akan dikenakan ongkos kirim. Sedangka untuk Reseller, Julie mensyaratkan pembelian awal minimal tiga pasang dan akan mendapatkan diskon 15%, minimal satu lusin akan mendapatkan diskon 30%.

Prospek dan Kendala. Julie sangat optimis menjalani usaha pembuatan flat shoes-nya ini, karena dari perkembangan yang ada, peminat flat shoes semakin hari semakin bertambah. Apalagi dengan bahan baku dan model yang tidak pasaran, membuat produk flat shoes buatan Julie banyak diminati konsumen.

Julie juga tidak mengalami kendala yang berarti selama menjalankan usahanya ini. “Kendala paling dari segi dana untuk melakukan pengembangan usaha,” jelasnya

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Exit mobile version