Walau tidak diketahui kapan pastinya makanan Sushi masuk ke Indonesia, tetapi sebenarnya usaha makanan jenis ini sudah ada sejak lama. Dari segi rasa, Sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula. Memang untuk sebagian besar masyarakat Indonesia rasa Sushi masih terasa aneh saat disantap. Maka tidak heran jika dikatakan, awal kemunculannya usaha ini terbilang kurang diminati karena sedikit penggemarnya.
Apalagi harga yang ditawarkan juga relatif mahal membuat sebagain kalangan berpikir ulang untuk menyantap makanan yang belum tentu enak untuk dimakan. Namun lain dulu, lain sekarang. Saat ini, menekuni usaha makanan Sushi merupakan sebuah usaha kuliner yang sangat menjanjikan, karena pada perkembangannya makanan ini sudah mengalami berbagai modifikasi dengan cita rasa yang disesuaikan dengan lidah pencinta kuliner di Indonesia dengan harga yang juga ikut disesuaikan menjadi lebih ekonomis.
Konsep Booth. Mengingat kondisi ekonomi yang makin carut marut, tak sedikit masyarakat yang mencari produk-produk substitusi yang dapat memangkas pengeluaran. Begitu juga dengan makanan, konsumen yang biasa makan di restoran besar banyak yang beralih ke makanan kaki lima. Apalagi ketika pelaku usaha makanan kaki lima mampu menawarkan produk yang serupa dijual restoran, dengan harga lebih murah.
Salah satu makanan yang kini mulai bermunculan dijual di kaki lima dengan gerobak adalah Sushi. Makanan Jepang yang terdiri atas nasi yang dibentuk bersama lauk berupa makanan laut, daging, sayuran mentah, atau sudah dimasak memang saat ini memiliki penggemar tersendiri di Indonesia. Untuk memulai usaha ini sebetulnya modal yang dikeluarkan tidak harus besar. Hanya dengan Rp 10-15 juta saja sudah bisa dijalankan dengan menyiasati pengeluaran untuk menyewa atau membeli kios sebagai tempat usaha dan mengantinya dengan menggunakan booth (gerobak).
Meski berasal dari Jepang, popularitas Sushi di Indonesia tak lepas dari maraknya restoran Jepang yang menjamur, bahkan beberapa selebritas menjalankan usaha ini seperti Ussy Sulistiawati dengan Takigawa, Mayangsari dengan Mayang Suki dan Dude Herlino dengan Sushi Miy8inya (Miyabi). Ada perbedaan antara Sushi asli Jepang dengan yang dikembangkan beberapa resto di Indonesia. Kalau di Jepang lauk pauknya masih mentah atau setengah matang, namun agar menyesuaikan selera masyarakat Indonesia, ada yang menawarkan Sushi dalam keadaan matang.
Nah, untuk Sushi berkonsep kaki lima ini biasanya menggunakan Sushi dengan isian yang sudah matang agar mudah penetrasi pasarnya. Untuk dijual di kaki lima, harga jualnya tentu tak bisa setinggi di restoran, tentu harus dilakukan penyesuaian baik dari cara pengolahan dan bahan yang digunakan. Jika di restoran harga jual Sushi per porsi Rp 30 ribu ke atas, di kaki lima bisa dijual dengan harga Rp 10-25 ribu per porsi dengan 6-8 potongan Sushi.
Bahan Baku. Harga murah bukan berarti harus mengurangi kualitas bahan baku yang digunakan. Namun bisa saja menggunakan bahan baku alternatif untuk menekan harga jual, tanpa harus menghilangkan kualitas produk. Misalnya penggunaan beras lokal merek Pandan Wangi yang dicampur dengan beras ketan sebagai pengganti beras Jepang yang harganya jauh lebih mahal.
Selain beras, bahan lain untuk membuat Sushi juga membutuhkan cuka beras Jepang, garam, gula, lembar nori, daging ikan tuna fillet, ketimun Jepang, mayones, cabai, tobiko, kecap manis, saus tiram. Bahan baku fresh, seperti ikan, udang, dan kepiting bisa dibeli langsung dari penjual di Pasar Ikan Muara Kamal atau Pasar Ikan Muara Angke. Sedangkan untuk bahan baku lainnya, seperti beras, nori, ketimun, dan bahan pelengkap lainnya, bisa dibeli di Pasar Ciledug atau Lottemart terdekat.
Cara Membuat. Langkah membuat Sushi dimulai dari pengumpulan bahan baku seperti yang tersebut di atas. Kemudian buat nasi dengan cara beras dicampur beras ketan dengan perbandingan 1:1/2 atau 1 liter beras dengan ½ liter beras ketan, lalu dicuci hingga bersih. Rendam selama 10 menit lalu tiriskan. Campurkan beras dengan air sebanyak 900 ml, 25 ml cuka beras, 1 sdm gula pasir dan 1 sdm garam serta diaduk rata. Masak menggunakan rice cooker sampai matang, kira-kita 45 menit.
Dalam pembuatan Sushi Fish Roll With Tobiko, proses pembuatan diawali lembaran nori ditaruh di atas makisu (tikar untuk menggulung Sushi), setelah itu nasi diratakan di atasnya hingga ¾ penuh, disusul dengan meletakkan daging ikan tuna fillet dan 3 buah irisan panjang ketimun Jepang. Tahap selanjutnya adalah proses penggulungan Sushi, cara menggulung Sushi biasanya dilakukan dengan cara ditekan-tekan di setiap gulungannya sampai Sushi habis tergulung, hal ini dilakukan agar Sushi menjadi padat.
Setelah tergulung secara sempurna, potong Sushi sepanjang 5 cm, lalu beri hiasan agar tampilannya kian menarik, yakni dengan disiram saus mayones, taburan tobiko dan bubuk cabai. Sebagai saus cocolnya Sushi didampingi dengan saus yang terbuat dari campuran kecap manis dan saus tiram.
Pemasaran dan Promosi. Cara promosi untuk mengenalkan Sushi, terlebih bagi Anda yang ingin menjalankan usaha ini dengan sistem catering, dapat dilakukan dengan cara digital marketing, yaitu dengan mengiklankan melalui dunia internet, atau dapat pula dengan membuat flyer.
Selain itu promosi lewat mulut ke mulut tidak ada salahnya dijalankan, karena pada usaha kuliner kuliatas rasa biasanya akan menentukan banyak atau sedikitnya pelangan, semakin enak rasa Sushi yang Anda buat maka akan semakin banyak pula pelangan Anda yang akan merekomendasikan Sushi buatan Anda. Sedangkan bagi Anda yang ingin menjalani usaha ini dengan membuka sebuah booth, maka pemilihan lokasi yang tepat menjadi promosi lain yang tidak bisa ditawar, adapun lokasi usaha yang bisa dijadikan pilihan seperti mal, sekolah, universitas, dan lokasi pameran.
Lalu bagaimana dengan cara membuat Sushinya, bagi Anda yang ingin memulai usaha ini tanpa memiliki kemampuan untuk membuat Sushi bukan menjadi alasan untuk mundur, karena pada saat ini pengetahuan untuk membuat Sushi bisa didapat dari banyak tempat seperti mencari lewat internet, dan membaca buku resep yang berkenaan dengan Sushi, atau bisa saja mengkuti kursus masak dengan menu utama Sushi.
Kendala. Kendala umum yang akan dijumpai jika Anda menjalankan usaha ini adalah persaingan yang kian ketat. Karenanya perlu usaha keras untuk menjaga konsistensi kualitas dan rasa setiap produk yang ditawarkan, sehingga masyarakat dapat menilai bahwa produk yang ditawarkan murah tapi tidak murahan.
Selain persaingan, risiko usaha makanan Jepang ini cukup besar. Misalnya turunnya kualitas dan cita rasa yang ditawarkan karena kontrol yang lemah terhadap proses pembuatan. Karena itu sebaiknya proses produksi dilakukan sendiri atau jika memang memakai tenaga kerja, pastikan Anda bisa melakukan controlling untuk menjaga kualitas Sushi yang dibuat.
Oleh: Dini Utari Putri,
Pemilik Sushi Rakyat
Komplek Pondok Bahar
Jl. pondok bahar II blok B14 Rt 03/03 Ciledug, Karang Tengah- Tangerang