Kelahiran sang buah hati merupakan momen yang ditunggu para orangtua. Untuk menyambut kehadirannya, biasanya orangtua membelikan berbagai perlengkapan bayi, mulai dari pakaian, perlengkapan tidur, dan lain–lain. Namun, tidak semua mahalnya harga produk perlengkapan bayi yang dijual di pasaran membuat para orangtua kerap berpikir dua kali dan hanya membelikan produk yang diperlukan.
Dari data yang dirangkum Badan Pusat Statistik (BPS), angka kelahiran bayi di Indonesia mencapai 4,5 juta bayi per tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa usaha yang berkaitan dengan kebutuhan bayi tetap menjanjikan, terutama usaha ini bukan usaha musiman yang hanya bertahan sebentar. Selama ibu–ibu atau keluarga tersebut menginginkan keturunan, potensi pasarnya akan terus ada.
Faktor utama orangtua bayi memutuskan untuk menyewa adalah karena harga produk perlengkapan di pasaran yang cukup tinggi. Selain itu, pertimbangan lainnya adalah karena masa penggunaan barang yang singkat yang hanya dalam hitungan bulan sudah tidak terpakai. Bayi juga cepat bosan dan kadang tidak mau menggunakan barang yang sudah dibelikan. Pertumbuhan angka pelaku usaha juga bertambah seiring dengan banyaknya kebutuhan dan permintaan konsumen akan produk sewaan.
Untuk memperkenalkan usaha ini, strategi yang cukup jitu ialah dengan menyasar langsung target market yang ingin disasar. Dengan target pasar kalangan ibu–ibu dari kalangan menengah maupun menengah ke bawah, bisa dengan berpromosi ke acara yang sering dihadiri oleh ibu – ibu tersebut, misalnya acara perkumpulan PKK. Atau bisa juga meniru cara promosi yang dilakukan Frida Nursanti Aulia, pemilik Dafdiz Baby Rental & Shop yang mengenalkan usahanya dengan menyebarkan brosur ke rumah–rumah bersalin, rumah sakit, dokter anak, dan posyandu. Cara tersebut mendatangkan pelanggan hingga sebanyak hampir 800 ibu/keluarga.
Aris Budi mengungkapkan, bahwa dalam usaha sewa perlengkapan bayi ini akan menemui kendala seperti penyusutan atau kerusakan produk yang disewakan, ketidaktepatan waktu pengembalian oleh konsumen, kenaikan harga produk perlengkapan bayi, serta adanya komplain dari penyewa yang biasanya banyak permintaan. Frida sendiri meminimalisir kendala yang terjadi dengan perjanjian hitam di atas putih yang cukup mengikat antara pihak pemilik rental dan penyewa.
Saat ini sudah banyak pelaku usaha yang terjun ke bidang usaha penyewaan perlengkapan bayi. Meningkatnya jumlah pengusaha karena mereka melihat pasarnya sangat besar, apa lagi pertumbuhan kelahiran dan jumlah usia anak di Indonesia sangat besar. Selain itu, tawaran untuk bisa balik modal dengan cepat juga menjadi pertimbangan pelaku usaha dalam menjalani usaha ini.
Frida misalnya, ia mengaku sudah balik modal sebelum menginjak satu tahun usahanya. Ia menetapkan tarif sewa sebesar 10–15%. Dengan persentase tarif tersebut, ia sudah bisa balik modal dalam waktu 7–10 bulan terutama jika barangnya terus menerus disewa. Modal awal untuk usaha ini bisa menggunakan perlengkapan bayi yang sudah tidak terpakai. Seperti yang dilakukan Frida dan Kirana Chandra Dewi pemilik House4baby, keduanya memanfaatkan barang–barang yang telah digunakan buah hati mereka.
“Usaha ini sebaiknya dilakukan oleh ibu yang telah memiliki anak, karena lebih berpengalaman dan mengetahui seluk beluk perlengkapan yang memang dibutuhkan bayi/anak,” kata Frida memberi saran. Persentase keuntungan bersih yang bisa diraih sedikitnya 68%.