Harga tiket pesawat terbang yang telah melambung sejak November 2018 lalu menjadi tanda tanya besar. Belum lama ini Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegur mitra travel online agar tidak menjual harga tiket terlalu mahal.
Namun menurut pengakuan CEO Asia Aero Technology, Bagas Adhadirgha, mahalnya harga tiket maskapai penerbangan ini disebabkan beberapa kebijakan pemerintah yang mengenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) sebesar 10% pada banyak komponen proses yang dilakukan dalam produksi jasa penerbangan.
Konsumen dikenakan beban PPn 10% untuk penjualan tiket pesawat, pembelian bahan bakar pesawat, pembelian suku cadang, landing fee, biaya navigasi, hingga ground handling.
Begitu banyaknya komponem yang harus ditanggung konsumem disoroti Ketua Bidang Internasional Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI).
Solusinya adalah memangkas PPn 10% seperti bea masuk sparepart dan bahan bakar agar dibebaskan, dengan demikian harga tiket bisa kembali terjangkau.
