Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menyoroti pentingnya filosofi Tri Hita Karana dalam mengembangkan pariwisata regeneratif di Bali. Dalam acara peluncuran Pameran Budaya berjudul Water Civilization di Pura Tirta Empul, Angela menegaskan bahwa pariwisata regeneratif menjadi fokus utama untuk memastikan keberlanjutan pariwisata Indonesia ke depan.
Konsep ini tidak hanya menekankan pada mengurangi dampak negatif, tetapi juga pada memberikan dampak positif bagi destinasi lokal, lingkungan, dan masyarakat.
Filosofi Tri Hita Karana dan Pariwisata Regeneratif
Menurut Angela, pendekatan ini sejalan dengan prinsip Tri Hita Karana yang telah lama dianut oleh masyarakat Bali, yang menciptakan keseimbangan harmonis antara manusia, Tuhan, sesama manusia, dan alam. Dengan demikian, pariwisata di Bali sejatinya telah mengadopsi nilai-nilai pariwisata regeneratif sebelumnya.
Dalam kerja sama antara Quantum Temple, Kemenparekraf/Baparekraf, Wonderful Indonesia, Desa Manukaya Let, Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, dan Sui Network, pameran budaya “Water Civilization” digelar di Pura Tirta Empul. Pameran ini menggunakan teknologi blockchain untuk mendukung pariwisata regeneratif, dengan melibatkan generasi muda yang cenderung adaptif terhadap teknologi.
Pameran ini tidak hanya memberikan pengalaman unik bagi pengunjung, tetapi juga meningkatkan pemahaman mengenai warisan budaya Bali dan sejarah Pura Tirta Empul. Melibatkan 300 anak muda dan komunitas kreatif, pameran ini menampilkan instalasi bambu yang menarik dan unik, dipimpin oleh dua seniman muda dari Tampak Siring.
Pengunjung dapat menikmati arsip digital yang memperdalam pemahaman mengenai peran air dalam peradaban Bali dan sejarah Pura Tirta Empul. Mereka juga dapat berinteraksi langsung dengan para pelestari pura untuk mendapatkan wawasan spiritual yang lebih dalam.
Harapan untuk Pariwisata Regeneratif di Indonesia
Angela berharap bahwa inisiatif ini tidak hanya berdampak di Bali, tetapi juga di seluruh Indonesia. CEO dan Pendiri Quantum Temple, Linda Adami, menegaskan komitmennya untuk membawa pariwisata regeneratif melalui keterlibatan komunitas lokal menggunakan teknologi blockchain.
Dengan demikian, dampak dari inisiatif ini diharapkan dapat dirasakan oleh generasi saat ini maupun masa depan. Quantum Temple sendiri adalah platform web 3.0 yang menggunakan teknologi blockchain untuk memperkenalkan dan melestarikan warisan budaya dunia, termasuk di Indonesia, melalui NFT (Non Fungible Token).