Eddie Muljawan Soetedjo sukses bertahan ditengah kondisi sesulit apapun di bisnis properti. Tak heran ia dikenal sebagai The King of Property. Banyak prestasi yang telah diraihnya.
Eddie mengatakan tahun 2018 adalah tahun yang cukup berat untuk penjualan bisnis properti. Meski harga telah terkoreksi (turun, –red) 20-30% dari tahun 2014 namun banyak pebisnis properti yang mengeluhkan penjualan properti baru maupun secondary. Namun ditengah masa sulit sekalipun, dengan dedikasinya selama 23 tahun di bidang penjualan properti menjadikan Eddie mampu melewati berbagai kendala dan masalah yang menghadang.
Menurut Eddie tugas utama Property Agent adalah menjadi jembatan ego antara pihak penjual dan pembeli demi terwujudnya suatu transaksi. Pria yang sangat memahami profesinya sebagai jembatan kedua belah pihak yang memiliki kadar ego tinggi, tak jarang ia harus merendahkan hati, guna mencari titik temu dan benang merah hingga terciptanya transaksi.
Banyak lika-liku yang telah dilaluinya menghadapi ribuan orang yang pernah menjadi client-nya. Mulai dari ketidakcocokan harga, teknis pengosongan properti, urusan surat dan sertifikat, ahli waris, mekanisme pembayaran, adanya deadline waktu dari penjual maupun pembeli serta waktu proses birokrasi di pemerintahan.
“Bertemu dengan 1001 orang berarti saya harus siap menghadapi 1001 karakter yang berbeda-beda. Tiap transaksi itu unik, jadi jika ada 10 transaksi, berarti ada 10 problem yang berbeda pula yang harus dipecahkan. Apalagi jika nilai yang ditransaksikan besar (puluhan miliar, -red) penjual dan pembeli sangat berhati-hati. Kadang ini perlu effort besar dari saya untuk meyakinkan penjual dan pembeli agar mereka percaya pada saya demi mulusnya transaksi,” jelas pria berkulit putih ini.
Hal utama yang paling banyak dihadapi adalah persoalan harga. Menurutnya sudah lumrah pihak penjual menginginkan harga jual yang tinggi bahkan diatas harga pasar. Sementara calon pembeli tentu menginginkan membeli properti dengan harga yang terjangkau bahkan miring atau dibawah harga pasar. Agar properti cepat terjual, Eddie selalu membuat analisa harga pasar di kawasan properti tersebut. “Makanya saya selalu pasang mata, pasang telinga properti mana saja di lokasi tersebut yang laku terjual dan berapa harganya. Harga itu jadi patokan harga pasar di lokasi tersebut,” jelasnya.
Setiap ada yang mau titip jual properti, langkah pertama yang Eddie lakukan adalah menanyakan beberapa hal pada pihak penjual. Seperti alasan menjual, keberadaan sertifikat, hingga akan pindah kemana. Dari 3 pertanyaan awal ia bisa memperoleh gambaran seberapa urgent orang tersebut menjual propertinya.
Kepada pihak penjual, ia selalu menjelaskan jika sejumlah propeti yang terjual saat ini adalah properti dengan harga dibawah harga pasar (below the market). Dengan demikian ia yang harus meyakinkan pihak penjual hingga disepakati nilai yang mendekati harga pasar. “Dari beberapa calon penjual properti yang saya temui, saya prioritaskan yang benar-benar serius ingin menjual propertinya. Kalau mereka kontak saya 1-2 hari berarti orang tersebut butuh menjual propertinya. Ini yang saya prioritaskan,” paparnya.
Setelah ia mendapatkan penjual serius, langkah berikutnya adalah mencari calon pembeli potensial yang sesuai dengan properti yang akan dijualnya. Eddie yang telah bergumul dengan profesi lebih dari 2 dekade ini telah memiliki list calon client hingga 6 ribu orang. “Kuncinya saya sortir dari ratusan orang yang potensial, jadi puluhan, dari puluhan saya sortir lagi jadi 2-3 orang yang serius pada properti yang ditawarkannya,” jelas Eddie.
Strategi berikutnya yang Eddie gunakan agar sukses menjual properti adalah bagaimana kepintarannya mengemas properti yang akan dijualnya dengan kemasan yang sangat meanrik. “Pertama saya pasang harga sekian, kalau kurang respons, saya nego dengan penjual sehingga harga bisa disesuaikan dengan harga pasar bahkan lebih murah. Saya pernah jual properti tadinya Rp 15 miliar, lalu turun ke 13 miliar dan akhirnya diturunkan lagi jadi Rp 11,5 miliar. Alahamdulillah ada yang serius mau lihat,” jelasnya.
Eddie dengan senang hati membagi rahasia suksesnya untuk tetap bisa eksis di profesinya sebagai Agen Properti ditengah masih lesunya bisnis properti. “Di bisnis apapun, kita harus eat, sleep and dream with the market. Kita harus menyelami, tidur bareng, dan merasakan apa yang terjadi dengan pasar,” ungkapnya.