Prospek dari jasa penyewaan alat-alat berat ini akan selalu cemerlang karena usaha seperti ini akan selalu berjalan seiring dengan pembangunan properti dan infrastruktur. Hal tersebut diakui oleh beberapa pelaku usaha. Seperti Yatin Suprihatin, pemilik CV. Karya Budi Mulya yang mengatakan bahwa usaha ini sangat prospektif. Terlebih sekarang di Indonesia sudah banyak proyek-proyek pembangunan, yang pastinya membutuhkan jasa penyewaan alat berat (konstruksi).
Menurut Yatin Suprihatin, setiap tahun customer yang menggunakan jasanya semakin meningkat, dan ia pun yakin dengan prospek usaha ini ke depan bakal meningkat, seiring dengan meningkatnya proyek pembangunan. Pendapat senada dikatakan oleh Elizabeth Chong, pemilik Inti Mandiri Scaffolding.
“Walau bagaimanapun jika pemerintah mengadakan pembangunan sudah pasti memerlukan jasa kita karena kita sebagai salah satu tiang pembangunan. Karena jika tidak ada usaha seperti kita maka pembangunan di Indonesia tidak akan bisa berjalan lancar dan tepat waktu,” terangnya.
Paling Diminati
Ditinjau dari fungsinya, alat-alat berat memiliki spesifikasi dalam penggunaannya, yakni untuk proyek bangunan gedung, proyek pertambangan, hingga proyek perkebunan. Alat-alat berat untuk proyek bangunan gedung, biasanya yang paling utama dipakai oleh para kontraktor adalah alat berat jenis excavator, mesin molen, buldozer, hingga scaffolding. Sedangkan untuk proyek pertambangan dan perkebunan, biasanya lebih memanfaatkan alat-alat berat jenis buldozer, traktor, hingga lowbed.
Dilihat dari jenis proyek yang membutuhkan alat-alat berat, saat ini yang paling dicari customer adalah alat-alat berat yang digunakan untuk proyek pembangunan gedung, perumahan, hingga perkantoran. Dan bisnis jasa penyewaan alat-alat berat didominasi oleh peralatan yang khusus digunakan untuk proyek pembuatan gedung-gedung bertingkat.
“Karena saat ini hampir di seluruh Indonesia, baik kota-kota besar hingga daerah-daerah kecil sudah banyak aktivitas proyek pembangunan. Sedangkan untuk pertambangan dan perkebunan hanya di daerah-daerah tertentu seperti Kalimantan ataupun Sumatera,” terang Elizabeth Chong.
Laba Gede
Memulai usaha jasa sewa alat berat membutuhkan modal yang cukup banyak. Hal ini dikarenakan pembelian alat-alat berat yang harganya tidak murah, bisa mencapai ratusan juta rupiah untuk satu buah alat berat. Tetapi di lain pihak, mengembangkan usaha penyewaan alat-alat berat terbilang sangat menguntungkan. Seperti dialami oleh Yatin Suprihatin, yang setiap bulan mampu meraup omset hingga Rp 900 juta dengan keuntungan bersih di atas 60%.
Modal yang tidak sedikit untuk pembelian produk alat-alat berat yang cukup mahal bisa disiasati dengan membeli alat-alat berat second tetapi masih memiliki kualitas dan kondisi yang baik. Selain itu, ditambahkan Kafi Kurnia, Pengamat Bisnis dari Peka Consult. Inc, bila ingin membeli produk yang baru bisa dengan cara leasing atau kredit. Saat ini sudah banyak perusahaan penyedia alat-alat berat yang menawarkan pembelian melalui sarana dealer-dealer finance atau leasing, seperti Komatsu.
Bicara persaingan usaha, penyewaan alat berat sudah pasti akan semakin bersaing ketat dan peluang terjadinya perang harga bisa terjadi. Oleh karena itu mengutamakan kepuasan klien sangat penting, selain itu terus menjalin hubungan yang baik dengan klien agar tidak kehilangan relasi. Layanan yang diberikan juga perlu berpengaruh terhadap perkembangan bisnis ini.
Ketika usaha jasa penyewaan alat berat sudah berkembang, sebaiknya pelaku bisnis juga bisa menambahkan layanan lain seperti misalnya layanan antar jemput peralatan. Di samping itu, jika alat tidak sesuai atau rusak pada masa pemakaian sebaiknya mengganti dengan alat lain atau mengambil alatnya dan mengembalikan uang sewa yang sudah diterima kepada klien. Bisa pula dengan menawarkan jasa perbaikan alat berat.
Strategi Marketing
Dengan banyaknya fasilitas media, sudah pasti mempromosikan usaha jasa alat-alat berat saat ini semakin mudah. Sama seperti usaha-usaha lainnya, pelaku bisnis bisa memanfaatkan media sosial dan internet yang pastinya mampu menggaet customer lebi luas, karena jangkauan media online yang menyeluruh hingga ke penjuru daerah.
Tidak hanya itu, trik ‘menjemput bola’ dirasa sangat efektif dalam mengenalkan usaha jasa ini, terlebih bila usahanya masih baru, yang belum memiliki nama di dunia bisnis ini. “Dulu awalnya saya mempromosikan usaha jasa alat berat ini dengan menyebarkan brosur ke beberapa proyek bangunan, langsung saya berikan ke mandornya. Selain itu saya juga sebar brosur ke beberapa kantor kontrkator hingga kantor konsultasi desain bangunan,” terang Yatin Suprihatin.
Selain itu, penentuan target market sejak awal juga bisa membantu usaha jasa ini fokus pada strategi pemasarannya. Seperti yang dilakukan Muhammad Hidayatullah, Pemilik Sarana Teknik, yang dari awal membangun usaha jasa alat-alat beratnya ini sudah memiliki segmen pasar, yakni menyasar kontraktor yang sudah memiliki badan hukum atau PT (Perseroan Terbatas). Menurutnya, dengan sudah memiliki badan hukum dipastikan customer tersebut akan melakukan kerja sama yang sangat profesional, sehingga tidak akan menghambat hubungan relasinya.