Top Mortar tkdn
Home Bisnis Mafia Beras Oplosan Rugikan Negara Rp10 Triliun, Beredar hingga Minimarket Ternama

Mafia Beras Oplosan Rugikan Negara Rp10 Triliun, Beredar hingga Minimarket Ternama

0
Mafia Beras Oplosan Rugikan Negara Rp10 Triliun, Beredar hingga Minimarket Ternama (Foto Ilustrasi: Rawpixel)

Isu beras oplosan kembali mencuat setelah Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkap praktik penyelewengan yang merugikan negara hingga Rp10 triliun. Modus ini melibatkan pencampuran beras medium dengan beras premium, kemudian dijual dengan label berkualitas tinggi. Kasus ini semakin viral setelah ditemukannya beras oplosan yang beredar di sejumlah minimarket ternama.

Berdasarkan investigasi Kementerian Pertanian (Kementan), sindikat ini telah beroperasi lama dengan memanfaatkan celah distribusi. Beras berkualitas rendah dicampur dengan beras premium seperti jenis Setra Ramos atau IR 64, lalu dikemas ulang seolah-olah produk asli. “Ini kejahatan terstruktur. Mereka tidak hanya menipu konsumen, tetapi juga merugikan negara karena menghindari pajak dan bea masuk,” tegas Amran dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (2/7/2025).

Modus Beras Oplosan di Minimarket dan Pasar Tradisional

Penggerebekan terbaru menemukan beras oplosan yang dijual di minimarket ternama dengan harga sama seperti beras premium. Konsumen sulit membedakan karena kemasan dan tampilan fisiknya sangat mirip. Mentan Amran menyebut, pihaknya telah mengantongi 212 produsen nakal yang akan ditindak tegas. “Kami serahkan ke penegak hukum. Ini bukan sekadar pelanggaran, tapi sudah masuk tindak pidana,” ujarnya.

Selain minimarket, pasar tradisional juga menjadi sasaran peredaran beras campuran ini. Pedagang nakal biasanya membeli beras medium dengan harga murah, lalu mengoplos dengan sedikit beras premium untuk meningkatkan nilai jual. Akibatnya, kualitas beras turun drastis, tetapi harga tetap tinggi.

Negara Rugi Rp10 Triliun, Mafia Beras Sudah Dua Kali Tegur Mentan

Investigasi lebih dalam mengungkap kerugian negara mencapai Rp10 triliun akibat praktik ini. Sindikat tidak hanya menghindari pajak, tetapi juga memanipulasi data impor dan stok beras nasional. “Mereka mainkan supply-demand, sehingga harga bisa dikendalikan. Ini sangat merugikan petani dan konsumen,” papar Amran.

Menariknya, ini bukan kali pertama Mentan Amran memperingatkan praktik beras oplosan. Sebelumnya, ia sudah dua kali mengeluarkan teguran keras terkait mafia beras, namun sindikat ini tetap beroperasi karena kuatnya jaringan dan backing dari oknum tertentu. “Kami akan terus pantau, termasuk bekerja sama dengan Bea Cukai dan Kepolisian,” tambahnya.

Bagi konsumen, disarankan lebih cermat membeli beras dengan memeriksa fisik butiran, aroma, dan kemasan. “Beras oplosan biasanya lebih mudah patah dan baunya kurang harum,” kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo.

Exit mobile version