Top Mortar tkdn
Home Bisnis Dampak Positif TKDN: Impor Menurun, Produksi Dalam Negeri Meroket

Dampak Positif TKDN: Impor Menurun, Produksi Dalam Negeri Meroket

0
Dampak Positif TKDN: Impor Menurun, Produksi Dalam Negeri Meroket (Dok Foto: Kemenperin)

Penerapan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) terus memberikan dampak positif bagi pertumbuhan industri nasional. Kebijakan ini memastikan peningkatan permintaan terhadap produk dalam negeri melalui belanja pemerintah pusat, daerah, serta BUMN/BUMD. Selain itu, TKDN menjamin investasi di sektor manufaktur sekaligus menciptakan lebih banyak lapangan kerja di tanah air.

“Implementasi TKDN telah menunjukkan peningkatan investasi baru, produktivitas industri, dan penyerapan tenaga kerja, seperti di sektor alat kesehatan, farmasi, hingga elektronik, termasuk produk HKT (Handphone, Komputer Genggam, dan Tablet). Realisasi belanja pemerintah atas produk manufaktur bersertifikat TKDN juga terus melonjak, dari Rp989,97 triliun pada 2022 menjadi Rp1.499,75 triliun di tahun 2023,” ungkap Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, di Jakarta, Selasa (14/1).

Lebih lanjut, penerapan TKDN berhasil menekan impor produk HKT dan komponennya. Meskipun impor menurun, kebutuhan HKT domestik yang terus meningkat kini mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal ini membuktikan efektivitas kebijakan TKDN dalam memperkuat sektor manufaktur lokal.

Menanggapi Kritik

Dalam kesempatan yang sama, Febri juga menanggapi opini dari seorang peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), yang menyebut kebijakan TKDN tidak selaras dengan kepentingan dunia usaha. Peneliti tersebut merujuk pada hasil penelitian lama, termasuk dari CSIS sendiri pada 2022.

Menurut Febri, data penelitian yang digunakan sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. “Penelitian yang diajukan berdasarkan data lama tidak menggambarkan perkembangan terbaru. Kebijakan TKDN saat ini telah menghasilkan peningkatan signifikan pada sektor manufaktur, baik dalam jumlah produk bersertifikasi maupun belanja pemerintah,” jelasnya.

Febri mencontohkan bagaimana kebijakan TKDN pada program PPNBM DTP di sektor otomotif berhasil mendongkrak penjualan kendaraan roda empat pasca pandemi. Selain mendorong produktivitas industri otomotif, kebijakan ini juga memperkuat sektor komponen otomotif dalam negeri.

Bukti Dampak Positif TKDN

Jumlah produk bersertifikat TKDN terus meningkat, dari hanya 3.207 produk pada 2019 menjadi 8.040 produk pada 2022. Hal ini menunjukkan antusiasme pelaku industri untuk mendaftarkan produk mereka, dengan tujuan memenuhi threshold TKDN agar dapat tayang di e-katalog pemerintah.

“Banyak investor membangun pabrik baru dan merekrut tenaga kerja untuk memenuhi persyaratan TKDN. Peningkatan ini membuktikan bahwa kebijakan TKDN mendorong inovasi, efisiensi, dan produktivitas di berbagai sektor,” ujar Febri.

Febri juga menepis anggapan bahwa kebijakan TKDN meningkatkan biaya produksi dan melemahkan daya saing ekspor. Menurutnya, justru sebaliknya, kebijakan ini menciptakan nilai tambah bagi industri yang bersertifikat TKDN. Nilai tambah tersebut digunakan untuk inovasi produk baru, peningkatan efisiensi, hingga produktivitas.

Dampak Meluas di Seluruh Sektor

Selain mendukung industri hilir, kebijakan TKDN juga berkontribusi pada penguatan sektor intermediate hingga hulu. “Indikator keberhasilan kebijakan TKDN tidak bisa hanya diukur dari share impor bahan baku di sektor hulu, melainkan juga dari produktivitas di sektor hilir dan intermediate,” jelas Febri.

Ia menegaskan bahwa studi terkait efektivitas TKDN perlu dilakukan secara komprehensif, mencakup dampak kebijakan terhadap seluruh rantai industri. Dengan demikian, penerapan TKDN diharapkan terus mendorong pertumbuhan sektor manufaktur, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat daya saing produk lokal di pasar global.

Exit mobile version