Sebanyak 75 persen produk industri manufaktur lokal berhasil menguasai pasar domestik, dengan proporsi pasar domestik dan ekspor mencapai rasio 75:25. Tim Analis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Kementerian Perindustrian menilai bahwa pertumbuhan sektor manufaktur di tengah ketidakpastian global tetap terjaga, didorong oleh kestabilan ekonomi dalam negeri serta daya beli masyarakat.
Pada November 2024, nilai IKI mencapai 52,95, menandakan ekspansi dengan peningkatan sebesar 0,20 poin dibandingkan Oktober dan naik 0,52 poin dibandingkan November tahun lalu. Menurut Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, capaian ini disumbang oleh ekspansi 21 subsektor yang mewakili 99,3% kontribusi terhadap PDB Industri Manufaktur Nonmigas pada Triwulan II 2024.
Kenaikan IKI didorong oleh peningkatan indeks pesanan baru sebesar 2,58 poin ke angka 54,2. Meskipun demikian, indeks persediaan turun 1,18 poin menjadi 54,68, dan indeks produksi mengalami kontraksi, turun 2,84 poin menjadi 49,72. Perlambatan produksi ini dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan baku impor akibat penguatan nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah.
Dukungan kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, seperti program hilirisasi industri dan penyediaan makanan bergizi gratis, turut berkontribusi terhadap penguatan sektor industri domestik. Sebaliknya, industri berorientasi ekspor masih menghadapi tekanan akibat lemahnya permintaan dari pasar internasional.
Subsektor Pendukung Utama dan Tantangan
Subsektor Industri Peralatan Listrik, Minuman, serta Pencetakan dan Media Reproduksi menjadi pendorong utama kenaikan IKI bulan ini. Penyelesaian proyek-proyek PLN serta pengadaan alat pengisi daya untuk kendaraan listrik mendorong pertumbuhan subsektor peralatan listrik. Sementara itu, subsektor minuman dan pencetakan mendapat dorongan dari penyelenggaraan Pilkada serentak dan persiapan akhir tahun seperti Natal dan Tahun Baru.
Namun, dua subsektor, yakni Industri Pengolahan Lainnya serta Reparasi dan Pemasangan Mesin, mengalami kontraksi. Penurunan ekspor produk-produk seperti perhiasan, alat olahraga, dan mainan anak menjadi tantangan bagi subsektor pengolahan, sedangkan subsektor reparasi tertekan oleh penurunan permintaan domestik.
Orientasi Pasar Domestik Unggul
Analisis menunjukkan bahwa industri berorientasi pasar domestik mencatat nilai IKI lebih tinggi (53,33) dibandingkan industri berorientasi ekspor (52,39). Subsektor seperti pengolahan tembakau menghadapi tekanan di pasar lokal akibat meningkatnya peredaran rokok ilegal.
Febri mencatat bahwa tingginya permintaan domestik, didukung optimisme masyarakat terhadap pemerintahan baru, menjadi faktor kunci di balik peningkatan IKI. Sebanyak 30,8% pelaku industri melaporkan kondisi usaha yang membaik, sementara 22,2% mencatatkan penurunan. Optimisme terkait prospek enam bulan ke depan juga meningkat sebesar 0,1% dibanding bulan sebelumnya.
Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri tidak terlepas dari ketegangan geopolitik global dan pemilu AS. Situasi ini memengaruhi produksi domestik dan melemahkan nilai Rupiah. Produsen cenderung menahan produksi sambil menunggu kebijakan yang akan diambil Presiden AS terpilih.
Strategi untuk Menjaga Momentum
Febri menekankan pentingnya koordinasi kebijakan antar-kementerian untuk mempertahankan dominasi produk dalam negeri di pasar lokal. Langkah seperti pembatasan produk impor menjadi salah satu strategi melindungi industri nasional. “Kebijakan pro-industri akan meningkatkan kepercayaan pelaku usaha dan mendukung pertumbuhan nilai IKI,” ujarnya.
Dengan kontribusi pasar domestik sebagai tulang punggung industri manufaktur lokal, diperlukan sinergi kebijakan untuk mempertahankan tren positif ini di tengah tantangan global.