Penurunan penjualan semen dalam negeri terus berlanjut. Menurut Asosiasi Semen Indobesia (ASI) permintaan industri semen tertekan 2,2% year on year (yoy) dari 30,04 juta ton per tahun sepanjang semester I 2019
Merosotnya penurunan permintaan paling tinggi terjadi Sumatera sebesar 6,3% yoy, diikuti permintaan di pulau Jawa sebesar 2,8% yoy, dan Kalimantan 1,2% yoy. Sementara beberapa wilayah di Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Indonesia Timur mencatatkan pertumbuhan 20,8% yoy secara total.
Berbagai cara dilakukan guna mendongkrak penjualan. Salah satu yang dilakukan Semen Baturaja adalah dengan memperkuat sistem distribusi dan chanelling. Di samping, promosi yang terus digalakkan.
Salah satu strateginya adalah dengan membangun fasilitas terintegrasi dengan jaringan transportasi kereta api Palembang Panjang. Fasilitas bernama cement making center ini ditargetkan akan selesai di bulan September mendatang.
Selain itu, SMBR berupaya melakukan diversifikasi produk untuk memperluas pasar. Nantinya, produk turunan SMBR tidak hanya produk semen tetapi juga produk non semen lainnya, seperti semen mortar, pembuatan bata ringan, dan batching plant.
Dengan strategi itu, di tengah lesunya permintaan di industri semen, Semen Baturaja mencatatkan pendapatan sebesar Rp 833,46 triliun, naik 6,3%,yoy dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp783,51 triliun.
Sayangnya, kenaikan pendapatan ini berbanding terbalik dengan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, yang tertekan 69% yoy menjadi Rp 7,5 triliun dari sebelumnya Rp 24,09 triliun.
Sebagai catatan, tertekannya laba SMBR salah dikarenakan beban usaha yang melonjak 64,11% yoy dari sebelumnya Rp 147,77 triliun menjadi Rp 242,52 triliun.