Pernah nggak kamu merasa harga-harga barang makin naik, tapi gaji segitu-gitu aja? Nah, itulah yang disebut dengan inflasi. Inflasi bukan cuma soal ekonomi kelas atas atau urusan para pakar keuangan—ini kejadian yang nyata dan kita semua rasain dampaknya.
Tapi sebenernya, apa itu inflasi? Kenapa bisa terjadi? Dan kayak gimana contoh inflasi yang pernah terjadi di suatu negara?
Apa Itu Inflasi?
Secara simpel, inflasi itu adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam suatu periode waktu. Misalnya, harga telur tahun lalu Rp20.000 per kilo, sekarang Rp28.000. Kalau hal ini terjadi di banyak produk dan nggak cuma sementara, itulah inflasi.
Inflasi bikin daya beli kita menurun. Artinya, uang Rp100 ribu yang dulu cukup buat belanja seminggu, sekarang cuma cukup buat 4 hari.
Dampaknya Inflasi, Kenapa Harga-Harga Bisa Naik?
-
Permintaan Lebih Tinggi dari Penawaran (Demand Pull Inflation)
Ini terjadi saat banyak orang ingin beli barang atau jasa, tapi jumlah barangnya terbatas. Misalnya pas lebaran, harga daging bisa naik karena permintaan melonjak. -
Biaya Produksi Naik (Cost Push Inflation)
Kalau bahan baku naik (contoh: minyak goreng atau BBM), otomatis biaya produksi naik. Produsen akhirnya ikut menaikkan harga jual. -
Kebijakan Pemerintah atau Bank Sentral
Misalnya, ketika pemerintah mencetak uang terlalu banyak atau bunga bank diturunkan, bisa memicu inflasi. Uang beredar jadi terlalu banyak, tapi barangnya tetap segitu-gitu aja. -
Kurs Rupiah Melemah
Kalau nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar, harga barang impor jadi mahal. Otomatis harga barang-barang lokal yang bergantung pada impor juga ikut naik.
Kasus di Venezuela jadi Contoh Nyata Inflasi
Salah satu contoh ekstrem inflasi pernah terjadi di Venezuela. Negara ini mengalami hiperinflasi—di mana harga-harga naik secara gila-gilaan dalam waktu singkat.
-
Tahun 2018, tingkat inflasi di Venezuela tembus lebih dari 1.000.000%!
-
Harga roti bisa naik 2x lipat dalam sehari.
-
Uang kertas jadi nggak ada nilainya, sampai-sampai masyarakat lebih memilih barter barang daripada pakai uang.
Penyebabnya? Kombinasi dari kebijakan pemerintah yang keliru, korupsi, anjloknya harga minyak (komoditas utama mereka), dan pencetakan uang yang berlebihan.
Indonesia Juga Pernah Kena Inflasi Parah
Indonesia pernah mengalami inflasi tinggi pada krisis moneter 1998, saat nilai tukar rupiah anjlok parah. Harga barang naik drastis, banyak perusahaan bangkrut, dan PHK massal terjadi.
Namun sekarang, Bank Indonesia cukup aktif menjaga inflasi dengan kebijakan moneter agar tetap stabil. Idealnya, inflasi Indonesia dijaga di angka sekitar 2–4% per tahun.
Inflasi bukan cuma angka di berita ekonomi. Kita semua merasakannya—mulai dari harga cabai yang naik, biaya sekolah anak yang makin mahal, sampai biaya hidup yang terus merangkak.
Makanya, penting buat kita belajar ngatur keuangan, investasi, dan nggak cuma nabung doang. Karena uang yang disimpan terus tanpa berkembang bisa “tergerus” inflasi.