Potensi Pertumbuhan Fintech di Indonesia: Analisis Prospek dan Tren 2023

0
866
Pertumbuhan Fintech
Potensi Pertumbuhan Fintech di Indonesia: Analisis Prospek dan Tren 2023
Pojok Bisnis

Pertumbuhan Bisnis fintech di Indonesia semakin menunjukkan potensi yang menjanjikan bagi masa depan. Menurut Indonesian Fintech Society (IFSoc), industri financial technology (fintech) diprediksi akan terus berkembang dengan pesat pada tahun 2023 dan ke depannya.

Hal ini sejalan dengan menurunnya praktik ilegal dalam fintech, seperti platform pinjaman peer-to-peer (P2P Lending) yang ilegal dan peminjaman tanpa izin.

Kemajuan yang signifikan juga terlihat dalam penanganan pinjaman ilegal. Pertumbuhan fenomenal dalam dunia fintech telah mampu mengalirkan dana lebih dari Rp500 triliun ke pasar.

Kolaborasi OJK Dan Perusahaan Fintech

Salah satu faktor yang turut mendorong pertumbuhan ini adalah upaya kolaborasi antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perusahaan-perusahaan fintech dalam memberikan pelatihan kepada para peminjam dan pelaku usaha.

PT Mitra Mortar indonesia

Tidak hanya itu, kualitas pinjaman juga mengalami peningkatan, ditandai dengan penurunan tingkat tunggakan pembayaran selama 90 hari (TWP 90 hari) sebanyak 3 persen.

Kemajuan ini menjadi salah satu alasan mengapa prospek industri fintech diprediksi akan semakin gemilang di masa depan.

Di sisi lain, perkembangan uang elektronik, termasuk dompet elektronik, juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan signifikan. Pertumbuhan transaksi uang elektronik pada tahun 2022 mencapai Rp399 triliun.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ini termasuk popularitas toko online yang semakin meningkat, terutama seiring dengan pandemi Covid-19. Peningkatan ini juga tercermin dalam penambahan jumlah merchant Standard Quick Response Code (QRIS) Indonesia, yang telah mencapai 24,9 juta pada awal tahun 2023.

Dampak Positik Sektor Investasi

Kehadiran fintech juga berdampak positif pada sektor investasi, menghadirkan demokratisasi dalam pasar modal. Hal ini membuat proses investasi menjadi lebih mudah dan terjangkau, terutama bagi kalangan ritel.

Meskipun begitu, literasi keuangan di kalangan masyarakat Indonesia masih belum optimal, meskipun tingkat partisipasinya tinggi. Ini mengindikasikan bahwa banyak individu yang menggunakan produk-produk keuangan tanpa memahami secara mendalam cara penggunaannya. Tidak jarang pula, ada kasus orang yang mengalami kesulitan dalam membayar pinjaman online.

Kesenjangan antara inklusi keuangan dan literasi masih mencapai sekitar 30 persen. Meskipun inklusi keuangan meningkat, namun literasi keuangan juga perlu ditingkatkan secara bersamaan.

Banyak orang memiliki akses terhadap produk-produk keuangan, tetapi pemahaman yang kurang dapat berujung pada penggunaan yang kurang tepat.

Contohnya, terlihat pada penggunaan pinjaman online, dimana banyak individu menggunakan pinjaman tersebut tanpa sepenuhnya memahami proses yang terlibat. Dampaknya, terdapat berbagai masalah yang muncul sebagai konsekuensinya.

DISSINDO
Top Mortar Semen Instan