Penurunan Saham Perbankan RI, Faktor-Faktor dan Pandangan Pakar Terkait Penyebabnya

0
487
Saham Perbankan
Penurunan Saham Perbankan RI, Faktor-Faktor dan Pandangan Pakar Terkait Penyebabnya
Pojok Bisnis

Saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan signifikan dalam pekan ini. Pada perdagangan sesi I pada hari Selasa (16/5/23), IHSG ditutup turun sebesar 0,56% menjadi 6.674,48 secara harian. Sektor perbankan-finansial menjadi tiga dari lima pemberat terbesar dalam penurunan IHSG.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) adalah salah satu saham yang mengalami penurunan hampir 1%, memberikan beban sebesar 6,09 poin indeks. PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) juga berada di posisi ketiga dan keempat dengan memberikan beban masing-masing sebesar 4,69 dan 3,28 poin indeks.

Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga terlihat memberikan beban pada bursa acuan sebesar 1,76 poin indeks. Hal ini berarti seluruh bank buku IV yang mengalami penurunan memberikan tekanan negatif pada IHSG sesi I.

Seiring dengan penurunan harga saham perbankan, IDXFINANCE, yang merupakan indeks sektor keuangan di BEI, juga turun sebesar 0,17% atau 2,31 basis poin menjadi 1.359,83.

PT Mitra Mortar indonesia

Meskipun industri perbankan telah mencatat kinerja yang positif dengan laba yang baik pada kuartal pertama tahun 2023, harga saham perbankan tetap turun. Bank-bank besar berhasil meraih laba triliunan rupiah dalam tiga bulan pertama tahun ini. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencatat laba bersih sebesar Rp 15,56 triliun, diikuti oleh Bank Mandiri sebesar Rp 12,6 triliun, BCA sebesar Rp 11,5 triliun, dan BNI sebesar Rp 5,22 triliun.

Pengaruh Sentimen

Beberapa peristiwa baik di dalam maupun luar negeri telah mempengaruhi sentimen terhadap industri perbankan. Serangan siber pada PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) menyebabkan layanan mereka mengalami gangguan selama beberapa hari. Selain itu, beberapa keluhan tentang gangguan pada BCA Mobile juga dilaporkan.

Di luar negeri, krisis perbankan di Amerika Serikat dan tingginya suku bunga masih menjadi faktor yang memengaruhi harga saham perbankan. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk memanipulasi harga saham bank.

Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah, menyatakan bahwa kondisi industri perbankan Indonesia secara keseluruhan masih baik, terbukti dari berbagai indikator termasuk perolehan laba.

Batara Simatupang, pengamat perbankan dari Indonesia Banking School (IBS), berpendapat bahwa penurunan saham-saham perbankan RI merupakan bagian dari koreksi pasar atas likuiditas yang ketat akibat kolapsnya tiga bank di Amerika Serikat. Ia juga menyoroti meningkatnya inflasi Indonesia yang melampaui target inflasi 2023, meskipun tidak ada peningkatan suku bunga pasar oleh Bank Indonesia sejak April 2023.

Chang-Kun Shin, Direktur Kiwoom Sekuritas Indonesia, melihat bahwa penurunan saham perbankan terutama terjadi pada bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor korporasi, terutama sektor pertambangan. Saat ini, sektor pertambangan sedang mengalami penurunan harga komoditas, sehingga pertumbuhan penyaluran kredit diperkirakan akan melambat dibandingkan dengan tahun 2022.

Penurunan saham perbankan ini memunculkan berbagai faktor dan pandangan dari para pakar. Hal ini menunjukkan kompleksitas pasar keuangan dan bagaimana faktor-faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi kinerja saham perbankan di Indonesia.

DISSINDO
Top Mortar Semen Instan