Prospek bisnis fesyen masih sangat bagus terutama bila pelaku usaha terus mengembangkan ide-ide baru, karena wanita Indonesia khususnya di kota-kota besar masih sangat konsumtif untuk urusan fesyen. Target pertumbuhan seharusnya bisa sampai 100% bila produsen bisa membuat kebutuhan fesyen dengan harga yang relatif terjangkau semua kalangan. Saat ini penjualan pakaian masih ada pada posisi paling atas diikuti oleh sepatu, tas, dan aksesoris wanita.
Desain yang disukai konsumen sangat beragam dan itu tergantung dari tingkat kultur masyarakat di satu kota atau daerah. Namun, kelas menengah ke atas lebih menyukai desain fesyen dengan gaya yang elegan kombinasi dari kulit dan aksesoris alam seperti batu-batuan, sedangkan untuk kelas menengah ke bawah cenderung menyukai yang unik dan lucu dengan harga berkisar Rp 200 ribu ke bawah seperti misalnya tas. Saat ini produk dengan aplikasi bordir, kain perca, flannel, atau manik-manik kayu masih cukup diminati.
Untuk menarik konsumen, kemasan atau packaging harus diperhatikan karena dengan packaging yang bagus konsumen merasa dihargai, apalagi jika packaging tersebut dibuat semenarik mungkin. Karena semakin bagus packaging akan menaikkan image atau kelas dari produk yang ditawarkan.
Adapun persaingan usaha ini sebetulnya hanya mengandalkan kreasi, bila pemain bisa menjadi leader dalam kreasi maka tidak terlalu berefek bila menghadapi pesaing yang selalu menjiplak atau berkiblat pada produk yang menjadi leader. Selain itu, produk harus mempunyai ciri yang tidak mudah diikuti oleh para follower. Dan untuk pemula yang ingin terjun ke bisnis fesyen harus memperhatikan tren pasar dan pandai membaca keinginan konsumen, artinya produsen harus bisa me-matching atau padu padan bahan harus diperhatikan dan harus betul-betul uji coba pasar.
Kendala usaha ini sebenarnya hanya di masalah kreativitas saja, dengan desain produk yang selalu berubah maka penjahit bisa kesulitan mengikuti irama atau tren. Karena, tatkala penjahit sudah mahir untuk jenis yang satu, kita sudah harus membuat sampel lagi untuk produksi selanjutnya, sehingga solusinya hanya dengan giat berlatih supaya penjahit dapat dengan mudah menyesuaikan pasar.
Oleh: Endro Pranowo, Pemilik Gendhis Bag
Ringroad Barat, gg Jeruk Bedog Trihanggo
Qamping Sleman Yogya