Berempat.com – Belum lama ini struktur internal Go-Jek hingga kepemilikan saham sang pendirinya, Nadiem Makarim bocor ke publik. Pada informasi dari firma konsultasi investasi Momentum Works tersebut diketahui bahwa Nadiem hanya memiliki saham 4,81% atau 58.416 lembar saham. Kendati demikian Nadiem menjadi pemegang saham individu terbesar.
Menanggapi informasi tersebut, Go-Jek pun akhirnya buka suara. Dalam respon perusahaan, Go-Jek memastikan bahwa meski sudah mendapat suntikan dana besar dari investor namun Nadiem maupun manajemen Go-Jek tak kehilangan kendalinya.
“Para founders dan manajemen Go-Jek terus memiliki kepemilikan signifikan di perusahaan melalui saham dan opsi saham,” ujar Chief Corporate Affairs Go-Jek Nila Marita seperti dikutip dari KompasTekno, Rabu (28/11).
Menurut Nila, investasi atau dukungan yang sudah diberikan oleh para investor merupakan elemen penting bagi Go-Jek untuk bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.
“Dukungan yang demikian merupakan salah satu elemen utama untuk pengembangan strategi agar platform layanan multi-services kami dapat membawa manfaat yang semakin besar,” sambungnya.
Sebelumnya, melansir dari Deal Street Asia, Selasa (27/11), Nadiem Makarim duduk di dewan direksi bersama 6 orang lainnya. Nadiem menjadi pemegang saham individu terbesar di antara dewan direksi yang lain. Seperti Kevin Aluwi, CIO Go-Jek yang juga duduk di dewan direksi ini hanya memegang 205 lembar saham. Kemudian ada CCO Go-Jek Antoine de Carbonnel yang memegang 1.923 lembar saham. Sementara untuk dewan direksi lainnya tak memiliki saham di Go-Jek.
Nadiem juga tercatat menduduki kursi dewan komisaris sebagai ketua. Total ada sembilan anggota di dewan komisaris yang bertindak sebagai perwakilan para investor besar. Kesembilan anggota tersebut yaitu Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto; Direktur Toba Bara Pandu Patria Sjahrir; CEO Blili.com dan COO GDP Venture Kusumo Martono; Managing Director and Head of Southeast Asia Warburg Pincus Jeffrey Perlman; George Raymond Zage III dari Farallon Capital Asia; Principal Capital Group Hotak Chow; Zhahui Li dari Tencent Investment; dan Direktur Temasek Pradyumna Agrawal.