Kesuksesan dalam membangun usaha karpet yang dijalankan Ary Widian saat ini berawal dari ketidak sengajaan. Karena sebelum menjalankan usaha karpet, pria yang akrab disapa Ary ini pernah menjalankan beberapa usaha namun semua berhenti di tegah jalan.
Seperti diungkapkan Ary, awal ia merintis usaha ialah ketika ia menjalankan usaha penjualan komputer di tengah kesibukannya bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi. Namun usaha yang dimulainya pada tahun 2008 tersebut tidak bertahan lama. Dan setahun berselang, Ary kembali mencoba untuk menjalankan usaha yang menurutnya memiliki prospek yang sangat menjanjikan
“Tahun 2009 saya mencoba usaha kayu dan lagi-lagi usaha tersebut berhenti di tengah jalan,” jelasnya.
Kegagalan dalam menjalankan dua usaha sebelumnya tidak membuat Ary kapok untuk mencoba menjalankan usaha lain. Dan seperti diungkapkan Ary, ketika ia sedang memasang jaringan di salah satu pelanggannya ia bertemu dengan seorang pengusaha karpet asal Pakistan. Dari perkenalan tersebut Ary mulai belajar tentang seluk beluk usaha karpet yang ternyata banyak diminati konsumen.
“Dari pertemuan tersebut saya ditawarkan untuk memasarkan produk karpet ini sehingga saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya,” jelasnya.
Dari pengalamannya memasarkan karpet selama lebih kurang 7 bulan tersebut, Ary mendapatkan pelajaran yang berarti dan dari situ Ary mengetahui bahwa memasarkan karpet tidaklah sulit karena produk ini banyak diminati.
“Melihat prospek yang cerah di usaha karpet membuat saya tertarik untuk menekuni usaha karpet,” jelas pria kelahiran Pekanbaru, Riau ini. Namun diakui Ari, ia tidak mau menjalankan usaha karpet yang bisa, karena itu Ari memutuskan untuk menjalankan karpet modifikasi yang bisa melayani pembuatan karpet dari konsumen.
Dalam memulai usaha pembuatan karpetnya tersebut, Ary tidak mengeluarkan modal yang besar karena ia di bantu oleh temannya yang juga menjalankan usaha karpet modifikasi. Modal yang dikeluarkan pria yang merintis usaha karpetnya sejak 2010 ini sebesar Rp 10 juta, dan modal tersebut ia gunakan untuk membeli bahan baku dan juga peralatan membuat karpet.
Pada awalnya Ary tidak mengetahui sama sekali proses pembuatan karpet ini, namun demi untuk memuluskan usahanya Ary rela belajar membuat karpet pada salah seorang pegawai pabrik karpet kenalannya.
“Setiap sore atau setelah pulang kerja pegawai pabrik tersebut menyempatkan untuk mengajari saya membuat karpet selama kurang lebih 6 bulan,” terangnya.
Karpet Modifikasi
Dengan ilmu membuat karpet yang dimilikinya, Ary mencoba untuk membuat karpet yang berbeda dari yang sudah ada di pasaran dan karena perbedaan itulah Ary menyebut produk karpetnya sebagai karpet modifikasi. Karpet modifikasi yang dibuat Ary kebanyakan adalah karpet pesanan konsumen (custom).
Karena karpet yang dibuatnya adalah custom, maka Ary pun menerima berbagai bentuk karpet yang diingkan oleh konsumen mulai dari ukuran hingga bentuk. Namun apabila pemesan masih belum mempunyai desain sendiri maka pihak Ary akan membantu mendesainkannya hingga desain yang dibuatnya sesuai keinginan pemesan dan apabila hasil desainnya masih belum sesuai dengan pemesan maka Ary pun akan merevisi kembali hasil desainnya hingga benar-benar sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
Dari berbagai bentuk karpet yang dibuat Ary, karpet dengan model minimalis seperti yang bergambar Spongebob dengan menggunakan nama pemesan dan gambar logo bola adalah jenis karpet yang paling banyak diminati. Harga jual karpet custom-nya, Ary mematok harga yang bervariasi tergantung besar kecilnya ukuran dan kesulitan dalam membuat bentuk yang diinginkan. Harga karpet custom berkisar Rp 700 ribu sampai Rp 1,2 juta untuk yang berbahan akrilik dan Rp 800 ribu sampai Rp 1,3 juta untuk karpet yang berbahan wool.
Ditipu Ratusan Juta
Perjalanan usaha karpet yang dirintis Ary memang tidak semulus yang diharapkan. Karena terlalu bersemangat menjalankan usaha dan permintaan karpet yang terus mengalir membuat Ary tidak mensortir pelanggan dengan baik. Karena itu pada satu tahun usahanya berjalan, Ary sudah mendapatkan cobaan yang berat. Ketika itu ia mengalami penipuan hingga Rp 400 juta dan bagi pelaku usaha pemula seperti dirinya kerugian tersebut sangatlah besar. Kejadian itu sempat membuat Ary patah semangat dan urung melanjutkan usahanya.
Namun kesedihan yang dialami Ary tidak bertahan lama, semangat usaha Ary kembali muncul berkat dukungan para sahabat dan orang terdekatnya. Dan satu hal yang membuat Ary kembali bersemangat ialah ketika ia masih didatangi oleh pengurus panti asuhan tempat di mana Ary biasa menyisihkan penghasilannya untuk berbagi dengan sesama.
“Waktu itu pengurus panti asuhan yang tidak tahu kondisi saya, datang untuk meminta sumbangan bulanan, dan dari situ saya berfikir untuk kembali bangkit karena masih ada orang-orang yang memerlukan bantuan kita,” jelas pria yang memiliki hobi otomotif dan musik ini.
Dengan sisa-sisa uang yang dimilikinya, Ary mencoba untuk membangun usahanya kembali dan mulai menghubungi konsumen yang biasa memesan karpet kepadanya. Setelah kegagalan yang di alaminya tersebut, membuat Ary lebih selektif dalam memilih konsumen agar kesalahan yang pernah dialaminya tidak terulang.
Kini dengan semakin banyaknya pesanan karpet, membuat usaha karpet modifikasi yang dijalankan Ary terus berkembang. Dengan dibantu 20 orang karyawan dalam sebulan Ary bisa membuat sekitar 400 karpet pesanan konsumen dengan omset hingga Rp 280 juta.
Pemasaran dan Kendala
Dalam memasarkan produknya, Ary mencoba untuk menawarkan langsung pada para pelanggannya atau orang-orang yang ia kenal mulai dari konsumen perorangan hingga hotel bintang lima. Demi memperluas jaringan pemasaran karpetnya, Ary memanfaatkan media internet.
Benar saja, dengan batuan dunia maya yang bisa dijangkau oleh masyarakat di seluruh dunia membuat karpet buatan Ary bukan hanya menjadi idola di negerinya sendiri, saat ini beberapa negara seperti China, Vietnam hingga Singapura menjadi negara tujuan ekspor karpet modifikasi ini.
Menurut Ary kendala yang paling dirasakan dalam menjalankan usaha karpet yang dijalankannya terletak pada sulitnya mendapatkan bahan baku karpet yang kebanyakan adalah bahan baku yang impor dari New zerland dan Australia. Namun begitu, hal tersebut tidak terlalu dipikirkannya karena Ary yakin dengan terus fokus pada usaha yang dijalankannya saat ini semua kendala yang menghadang akan bisa dilewatinya.