Kisah Sukses ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa menduplikasi bukan hal yang tabu dalam dunia kewirausahaan, tetapi justru menjadi dasar rekomendasi bagi para pemula/pelaku usaha di dalam memulai usahanya. Tentunya dengan proses duplikasi ia menambahkan kreativitas baru sehingga akan menjadi suatu temuan bentuk baru dalam dunia usaha atau kewirausahaan.
Triyono kecil mempunyai cita-cita menjadi dokter, namun dalam proses kehidupan, ternyata tak seperti yang ia cita-citakan. Setelah lulus SMA ia mencoba ikut SPMB dan mengambil jurusan yang diinginkan namun gagal, justru ia diterima di jurusan Produksi Ternak Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang saat itu masih bergabung dengan Fakultas Pertanian, yang sebelumnya hanya jadi pilihan kedua.
Kenyataan di dunia kuliah, dengan kondisi fisik yang terbatas di mana ia harus berjalan dengan ditopang kruk yang mengapit di kedua lengannya, ia berjuang semaksimal mungkin agar bisa mengikuti semua proses yang ada. Dari jalan hampir ratusan meter, naik turun lantai tiga dijalaninya sebagai rutinitas anak kampus yang aktif di dunia kemahasiswaan, lewat berbagai organisasi.
Sebagai anak dari keluarga yang pas-pasan, ayah yang sudah tidak bekerja lagi, dan ibu hanya ibu rumah tangga biasa, dan adik yang terpaksa mengalah tidak kuliah karena memang ekonomi keluarga sangat berat saat itu. Dan, justru saat itu sang adiklah yang membantu biaya kuliah dan ekonomi keluarga dengan bekerja di Jakarta.
Triyono hanya mempunyai celana panjang dua pasang, tak jarang ia pergi ke kampus tak bawa uang saku satu rupiah pun, kejadian seperti itu bukan sekali dua kali ia rasakan, hampir 60% proses kehidupan kuliahnya seperti itu.
Segala keterbatasan itu justru membuat Triyono memutar otak bagaimana agar kuliah bisa cepat selesai, ia kerja serabutan sana sani dan berhasil mendapat beasiswa dari Semester III sampai VII, tentunya hal ini sedikit agak membantu. Saat itu Triyono merasakan pertolongan dari Allah SWT, bahwa ia berhasil melewati itu semua.
Ketertarikan di dunia usaha mulai ia rasakan kuat pada Semester VIII. Saat itu ia nekat pinjam uang dari salah satu BPR di Solo sebesar Rp 7 juta, namun sayang usaha peternakan bebeknya gagal total, dari 400 ekor bebek hampir 300 ekor mati. Saat itu Triyono merasa dunia sepertinya kiamat, usaha gagal, cicilan utang tiap bulan Rp 600 ribuan. Akhirnya dengan modal seadanya ia lari ke bisnis percetakan, tour and travel, dan untuk angsuran kadang ia sikut sana-sini.
Ketika lulus tahun 2007, Triyono belajar bisnis sapi potong untuk kurban. Ia baru merasakan bagaimana rasanya bisnis yang benar-benar untung. Tahun 2008 bersama teman ia nekat membangun usaha peternakan dan pembinaan pada kelompok tani dan dapat bantuan modal Rp 360 jutaan dari bank. Inilah titik awal kebangkitan usaha yang dilakukan Triyono. Tahun 2009 CV Tri Agri Aurum Multifarm (CV.TAMA) resmi berdiri, dan pada tahun itu ia mendiversifikasi usahanya ke ayam potong dengan total populasi 10 ribu ekor. Dan, pada tahun 2010 ia menjadi Finalis Wirausaha Mandiri kategori Industri dan Jasa dari Bank Mandiri.
Awal 2011 Triyono mendirikan rumah pemotongan hewan dan menjual produk dengan brand Daging Sehat, dengan target pasar Rumah Sakit, katering, hotel, restoran dan rumah tangga. Saat ini, quotanya mencapai 2-3 ton per hari, dan sudah masuk pasar Jabodetabek.
Begitulah cerita tentang Triyono yang secara fisik tidak sempurna tetapi dengan semangatnya/passion dan keyakinan yang dimilikinya ia mampu masuk menjadi Finalis Wirausaha Mandiri Awal 2010, dan kini usahanya kian sukses.
Hikmah atau pembelajaran yang bisa diambil dari cerita ini adalah: Untuk menjadi pelaku usaha atau wirausaha sukses dibutuhkan:
- Sebongkah keberanian dan sikap untuk mengambil risiko
- Selalu mendesain sebuah mimpi yang rasional dan memotivasi untuk mencapainya
- Membangun passion dan belief yang baik.
- Mampu memandang sebuah kegagalan dengan cara yang sederhana dan kemudian bangkit lagi untuk memulai.
- Membangun silaturahmi yang baik di mana kegiatan usaha itu kita lakukan.
- Membangun sikap bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban kepada pihak ketiga walau usaha sedang mengalami kegagalan.
- Mau dan belajar pada setiap kegiatan proses usaha secara detail dan tercatat.
- Tetap berani mengambil risiko mencari modal kerja yang cukup kompetitif.
- Membuat formal legalitas yang sederhana sehingga dapat dipercaya oleh lembaga keuangan.
- Membentuk kongsi bersama teman-teman yag memiliki pandangan visi dan misi ke depan yang sama.
- Membangun brand atas produk yang akan dijualnya dan menyusun tagline.
Dengan membaca cerita dan hikmah dari paparan ini, untuk memulai usaha langkah dan semangat Triyono patut dicontoh. Semoga cerita dan paparan ini mampu memberikan inspirasi kepada kita terus dan terus untuk memilih berwirusaha sebagai langkah untuk membangun perekonomian negeri ini menjadi negeri yang penuh kemandirian.
Oleh: Yoyok Indrayatno,
Pelatih Kewirausahaan dari ACC Indonesia
(Amanah Coaching Clinik Indonesia)