POJOK BISNIS — Siapa yang tidak kenal dengan sosok Erick Thohir? Sejak menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 2019, nama Erick Thohir telah menjadi familiar di telinga hampir semua orang Indonesia.
Kehadirannya tidak hanya di perbincangkan di dunia bisnis, politik dan olahraga, Menteri BUMN tersebut kembali ramai di media sosial saat peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia di istana, di mana Erick Thohir dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjadi pusat perhatian di jagat media sosial, akibat tingkah usilnya.
Profil Singkat Erick Thohir
Erick Thohir, salah satu anggota jajaran menteri di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, merupakan seorang pebisnis sukses yang memiliki latar belakang kaya dalam manajemen olahraga. Pengalaman dan prestasinya dalam mengelola berbagai bidang bisnis telah menjadikannya sosok yang dipercaya untuk mengemban peran sebagai Menteri BUMN.
Awal karirnya tidak lepas dari dunia media cetak dan bidang periklanan sebelum ia berhasil merintis Mahaka Grup. Grup ini mengelola berbagai entitas bisnis seperti stasiun radio, stasiun TV, perusahaan digital, dan platform hiburan. Kesuksesan bisnisnya menjadikan Erick dipercaya oleh Presiden Joko Widodo untuk memimpin 142 perusahaan BUMN dengan total aset mencapai Rp 8,2 triliun. Tugasnya adalah memperluas jangkauan perusahaan-perusahaan tersebut dan mengintegrasikan mereka dalam rencana bisnis global.
Latar Belakang dan Kekayaan Keluarga
Meskipun banyak yang mengira bahwa Erick Thohir berasal dari keluarga konglomerat, faktanya sangat berbeda. Ayahnya, Mochamad Thohir atau Teddy Thohir, adalah salah satu pemilik Astra bersama William Soeryadjaya. Kekayaan keluarga Thohir dimulai dari nol, dengan sang ayah yang membangun usaha dari awal.
Memulai Jejak Bisnis Sejak SD
Pada kenyataannya, jejak awal kehidupan Erick Thohir selalu menunjukkan kemandirian. Dilahirkan dan tumbuh besar di Jakarta, orangtua Erick tidak pernah memanjakannya secara berlebihan seperti yang sering diartikan sebagai “anak sultan” pada zaman sekarang. Saat bersekolah di SD Tebet Timur, Erick merasakan kebebasan bermain dengan teman-temannya, seperti suasana permainan anak-anak pada tahun 70-an.
Hasrat bisnis tampaknya sudah tumbuh dalam diri Erick sejak usia dini, tepatnya pada usia 9 tahun. Pada masa itu, permainan yang tengah populer di kalangan anak laki-laki adalah bermain perang-perangan dengan biji karet. Meskipun sebagian besar anak seusianya mungkin tidak pernah memikirkan hal ini.
Pendidikan dan Mimpi di Amerika
Saat remaja, Erick memiliki impian untuk kuliah di Amerika, sesuai dengan keinginan ayahnya. Namun, sang ayah berencana agar Erick tetap memiliki keseimbangan pendidikan dengan Indonesia, agar ia tetap cinta dan berkontribusi pada bangsanya sendiri.
Berdirinya Perusahaan Tanpa Nama Besar Teddy Thohir
Setelah menyelesaikan pendidikan di jurusan Komunikasi, Erick Thohir memulai perjalanan bisnisnya dengan mendirikan sebuah perusahaan di bidang media yang awalnya dikenal sebagai “Abdi Bangsa” pada tahun 1992. Pada tahun 2010, perusahaan ini resmi mengubah namanya menjadi Mahaka Group. Dalam upaya pembentukan bisnis ini, Erick berkolaborasi dengan tiga rekan bisnisnya, yaitu Muhammad Lutfi, Wisnu Wardhana, dan Harry Zulnardy.
Pada tahun 2001, di tengah krisis keuangan di sektor media, Mahaka Group mengakuisisi Republika, surat kabar muslim terbesar di Indonesia. Berkat latar belakangnya dalam komunikasi, Erick dipilih untuk memimpin perusahaan saat itu. Langkah ini mendapat dukungan dari tokoh-tokoh ternama, termasuk pendiri Kompas, Jakob Oetama, dan pendiri Jawa Pos, Dahlan Iskan.
Perjalanan bisnis Erick jelas berbeda dari yang diikuti oleh ayahnya. Erick memiliki pilihan untuk bekerja di perusahaan seperti Astra atau entitas bisnis milik ayahnya. Namun, nilai-nilai yang ditanamkan oleh ayahnya mendorong Erick untuk membangun usahanya sendiri dari bawah hingga akhirnya membuktikan kesuksesan dalam bidangnya sendiri.
Ekspansi Mahaka Group ke Dunia Media Elektronik
Mahaka Group melangkah lebih jauh dalam dunia media dengan mendirikan Jak TV pada tahun 2004. Stasiun televisi ini memiliki cakupan khusus untuk area Jabodetabek dan menitikberatkan pada program-program berita. Pada awalnya, siarannya hanya tersedia pada jam-jam tertentu, namun mulai tahun 2018, Jak TV mengudara selama 24 jam.
Tak hanya berhenti di televisi, Mahaka Group juga mengembangkan diri ke ranah radio dengan meluncurkan Gen FM sebagai stasiun radio pertamanya. Pada tahun 2000, frekuensi Gen FM diakuisisi dari Universitas Islam Attahiriyah. Radio ini mengusung format pemutaran lagu-lagu top 40 internasional. Gen FM pun secara perlahan mulai merekrut para DJ profesional dan dengan waktu, berhasil menjadi radio favorit kalangan anak muda di Jakarta.
Selain Gen FM, Mahaka Group juga memiliki kendali atas 101 Jak FM dan turut terlibat dalam PT Radionet Cipta Karya, perusahaan yang mengelola tiga stasiun radio besar, yaitu Prambors FM, Delta FM, dan FeMale Radio. Keberhasilan Mahaka Group dalam menggeluti media khususnya untuk kalangan anak muda dan dewasa muda, menjadikan perusahaan ini semakin berkembang dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2018, Presiden saat itu, Joko Widodo, mengajukan Erick Thohir sebagai ketua tim kampanye dalam Pemilihan Presiden 2019. Setelah kemenangan Presiden Joko Widodo dalam pemilihan tersebut, Erick dipilih untuk menjadi anggota pemerintahan. Karena perannya di pemerintahan, Erick Thohir memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya di Mahaka Group, sehingga ia dapat sepenuhnya fokus pada tanggung jawabnya di lingkup pemerintah.
Kiprah di Dunia Olahraga
Seiring dengan kesuksesan di bidang bisnis, Erick juga terlibat dalam dunia olahraga, khususnya bola basket. Ia menjadi sponsor klub basket lokal Satria Muda sejak tahun 1999. Selain itu, ia juga sempat memiliki klub sepak bola, termasuk DC United, Inter Milan, Oxford United, dan Persis Solo. Kepemilikannya dalam klub-klub ini mencerminkan cintanya pada olahraga dan upayanya untuk memajukan dunia olahraga Indonesia.
Dengan latar belakang yang luas dan prestasinya yang mengesankan, Erick Thohir tetap menjadi sosok yang berkontribusi dalam berbagai bidang, dari bisnis hingga olahraga, serta pemerintahan. Harapan banyak orang terhadap kepemimpinannya adalah agar dunia bisnis dan olahraga di Indonesia semakin maju dan berkembang.