GO-JEK tak henti berinovasi, investor pun tak lekang menghampiri
Berempat.com – Kemajuan teknologi saat ini begitu dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Berbagai kemudahan dihadirkan lewat sebuah alat elektronik yang bisa digenggam. Perusahaan rintisan (Start up) juga banyak bermunculan, memanfaatkan teknologi guna menawarkan berbagai layanan. Masyarakat merasa terbantu, perusahaan rintisan pun ikut maju.
GO-JEK menjadi salah satu perusahaan rintisan yang sedang jaya-jayanya sekarang. Mereka menjadi perusahaan rintisan lokal berlabel ‘Unicorn’ pertama di Indonesia pada 2016 silam setelah mendapatkan total pendanaan US$ 1,3 miliar (7,2 triliun), sebelum kemudian diikuti oleh Tokopedia, Taveloka, dan Bukalapak. Sampai berita ini ditulis, GO-JEK diketahui memiliki 15 juta pengguna aktif, 250 ribu lebih mitra ojek, dan mencatatkan 100 juta transaksi per hari.
GO-JEK tentu tak bisa sebesar sekarang tanpa adanya sokongan dana segar. Dana segar pun dapat mengalir ke kantong GO-JEK seiring terus masuknya investor-investor baru. Mulai dari Astra, Tencent, hingga Google bahkan masuk daftar penyalur dana ke GO-JEK.
Investor kelas dunia sebesar Tencent dan Google pastinya tidak mau asal menggelontorkan dana, apalagi dalam jumlah besar. Pasti ada kriteria yang dipilih oleh mereka sebelum memutuskan ‘menghamburkan’ uang ke sebuah perusahaan. Value dan proyeksi masa depan menjadi pertimbangan utama.
Setidaknya, menurut Director of Digital Product and Big Data Townsquare, Trishul Patel dalam sebuah jawaban menyebutkan kriteria Google dalam berinvestasi pada sebuah rintisan, di antaranya punya jutaan pengguna (aplikasi), serta punya proyeksi keuntungan dan pendapatan. Bila dua hal itu sudah tergapai, maka biarkan Google Ventures mengetuk pintu Anda, tulis investor Cyprtocurrency ini.
GO-JEK barangkali memang sudah memenuhi segala kriteria yang ditentukan oleh para investor—termasuk Google. Nadiem pun mungkin pintar meyakinkan investor agar mau menghujani GO-JEK dengan dana segar. Tapi, pastinya Nadiem tak bisa tampak meyakinkan di depan investor andai GO-JEK tak menjadi primadona di negerinya sendiri.
GO-JEK memang kian digandrungi berkat berbagai inovasi yang ditawarkan. GO-JEK selalu bisa menjadi pionir dan membuka peluang baru yang bermanfaat bagi semua kalangan. Bahkan, membantu sektor informal untuk meningkatkan pendapatan.
GO-JEK seolah menjadi wadah yang dapat mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Sebab melalui GO-JEK, mereka yang menerima jasa ojek, kurir atau cleaning, bisa mendapatkan pesanan. Sementara mereka yang butuh jasa ojek, kurir atau cleaning tak perlu bingung mencari.
Revoluasi dan Inovasi GO-JEK dari Waktu ke Waktu
Di awal berdiri, Oktober 2010, mulanya GO-JEK hanya mengandalkan call center sebagai penerima pesanan ojek. Jadi, calon penumpang yang mencari ojek masih perlu menghubungi call center GO-JEK, sebelum kemudian pihak GO-JEK menghubungi mitra ojeknya yang hanya berjumlah 20. Saat itu baru wilayah Jakarta yang dapat dilayani oleh GO-JEK.
Memulai bisnis dari bawah dan memberikan sesuatu yang baru membuat GO-JEK sempat tak dipandang penting. Rentang 2010-2014 GO-JEK berjalan sekadarnya, tanpa ada pemberitaan besar-besaran seperti sekarang.
Namun Nadiem perlu berterima kasih pada kehadiran GrabTaxi dan Uber pada 2014. Karena saat itulah masyarakat mulai mengenal transportasi online, keberadaan GO-JEK pun mulai diketahui. Apalagi setelah meluncurkan aplikasi perdananya untuk iOS dan Andorid pada Januari 2015. Imbasnya, investor mulai melirik GO-JEK.
NSI Ventures menjadi investor yang datang pada pendanaan pertama GO-JEK kala itu. Namun, GO-JEK enggan membeberkan nilai investasi yang diberikan. Tapi yang pasti GO-JEK langsung menggebrak ketika pertama kali meluncurkan aplikasinya. Berbeda dengan Uber atau GrabTaxi, GO-JEK langsung menawarkan tiga fitur layanan unggulan pada aplikasinya. Bila GrabTaxi dan Uber yang hanya menawarkan jasa transportasi, GO-JEK menawarkan jasa antar barang (Instan Courier), ojek (Transport), dan jasa belanja ke supermarket (Shopping). GO-JEK juga sudah menyediakan fitur GO-JEK Credit, fitur dompet virtual yang menjadi akar tumbuhnya GO-PAY.
Mitra driver GO-JEK pun bertambah pesat. Dengan skema bagi hasil 80:20, GO-JEK mampu menarik minat orang untuk menjadi pengojek daring. Semula mitranya 20, tumbuh menjadi 800 mitra untuk mengkaver wilayah Jabodetabek. Angka itu naik menjadi 2.200 mitra ojek untuk wilayah Jabodetabek pada Maret. GO-JEK juga melebarkan jaketnya ke Bali yang langsung menggandeng 300 mitra ojek.
Sebulan berselang, April 2015, GO-JEK menambah fitur dan layanan di aplikasinya. Fitur GO-FOOD ditawarkan GO-JEK kepada masyarakat yang ingin makan tapi malas keluar rumah. GO-JEK sebenarnya bukan yang pertama untuk urusan ini, sebab sudah ada Food Panda. Tapi, karena aplikasi GO-JEK sudah diunduh oleh 131.795 orang hingga Maret 2015, memiliki 3.000 mitra, dan menggandeng 15.000 resto membuatnya mudah menyaingi Food Panda.
Setelah melebarkan jaketnya ke Surabaya pada Juni, GO-JEK menambah fitur GO BUSWAY di aplikasinya. Tujuannya agar pelanggan GO-JEK mudah menemukan halte busway di sekitarnya dan memesan layanan GO RIDE menuju halte yang dipilih. GO-JEK seolah sadar bila layanan GO RIDE-nya merupakan alternatif bagi orang yang dari kantor ingin ke halte busway atau sebaliknya.
Inovasi GO-JEK tak berhenti hanya pada layanan untuk konsumen, mitra driver yang menjadi tulang punggung GO-JEK pun tak luput dari perhatian. Agustus 2015, GO-JEK menggandeng Allianz demi memberikan perlindungan asuransi kecelakaan dan kematian kepada mitra ojek, bahkan penumpang pun turut dilindungi selama menggunakan layanan Transport. Fitur asuransi pun tersedia di Aplikasi GO-JEK.
Memasuki September 2015, GO-JEK langsung tancap gas dengan menambah empat fitur dan layanannya sekaligus: GO BOX (jasa antar barang besar), GO CLEAN (jasa bersih-bersih rumah), GO MASSAGE (jasa pijat), dan GO GLAM (jasa rias). Bisa dibilang keempat layanan dan fitur barunya di aplikasi ini menjadi sesuatu yang baru.
Pernah terpikir untuk memesan tukang pijat lewat smartphone ketika badan pegal, atau mendatangkan perias saat ingin ke pesta tanpa perlu pergi ke salon, atau mencari jasa bersih-bersih rumah saat pembantu sedang mudik? Mungkin hal itu baru terpikir saat GO-JEK menyediakan layanan tersebut.
Sesuatu yang baru terkadang diragukan apakah akan dapat diterima atau tidak, tapi GO-JEK seperti tak peduli dan tak takut mengambil risiko. Selain menambah, di waktu yang sama GO-JEK pun mengganti nama fitur dan layanan yang sudah ada sebelumnya, seperti Instan Courier yang diganti GO SEND, Transport menjadi GO RIDE, dan Shopping menjadi GO MART.
Berkat berbagai terobosan dalam layanan dan fitur, investor kembali datang. Kali ini Sequoia Capital dan DST Global yang menaruh ‘kepercayaan’ kepada GO-JEK. Namun, lagi-lagi, angka investasi tak disebutkan oleh GO-JEK.
Di penghujung tahun 2015 GO-JEK mencatatkan hasil membanggakan dari segala inovasi yang dilakukannya. Aplikasi GO-JEK diunduh sebanyak 5,5 juta orang di sepanjang tahun 2015, dalam waktu enam bulan sejak peluncuran aplikasinya terdapat 1 juta pemesanan yang terekam, dan mitra GO-JEK tumbuh pesat menjadi 150 ribu.
Di tahun itu pula GO-JEK telah merambah ke berbagai kota besar di Indonesia, mulai dari Jabodetabek, Bali, Bandung, Medan, Jogja, Palembang, Semarang, dan Balikpapan.
Memasuki tahun baru, Januari 2016, GO-JEK menambah fitur dan layanannya dengan menghadirkan GO-TIX, sebuah layanan pemesanan tiket film, konser, taman hiburan, dan sejenisnya.
GO-JEK yang mulai tumbuh kala itu rupanya tak membuat mereka jemawa. Kobalorasi pun dilakukan GO-JEK demi meningkatkan pelayanan dan memberi solusi bagi pelanggan. Kolaborasi yang dilakukan GO-JEK adalah menggandeng LINE dengan menyediakan fitur pemesanan GO RIDE pada aplikasi LINE.
Tiga bulan berselang, April 2016, GO-JEK meluncurkan GO-CAR demi ikut bersaing dengan Uber dan Grab yang sudah lebih dulu meluncurkan layanan taksi daringnya. Di waktu yang hampir bersamaan, GO-JEK memperbaharui GO-JEK Credit menjadi GO-PAY.
Memasuki bulan Juli, GO-JEK kian melengkapi fitur dan layanan di aplikasinya dengan menambahkan GO-AUTO. Layanan ini berguna bagi pemilik kendaraan yang butuh layanan ganti oli, tune up, tambal ban, hingga cuci kendaraan ke rumah.
Lagi-lagi, berkat berbagai inovasi yang dilakukan GO-JEK, investor kembali mengaliri kantong GO-JEK dengan dana segar. Kali ini, pada putaran kedua pendanaan tak tanggung-tanggung, dalam rentang Juli-Agustus 2016 ada 8 investor (diketahui Formation Group, Capital Group, KKR & CO., Northstar Group, Rakuten Ventures, Warburg Pincus, dan Farallon Capital Management) menggelontorkan dana hingga total mencapai US$ 550 juta (Rp 7,2 triliun). Inilah momen ketika GO-JEK resmi menyandang gelar The Unicorn pertama rintisan Indonesia setelah beroperasi selama 6 tahun.
Bertambahnya investor tak membuat GO-JEK terlena, mereka justru kembali menambah fitur dan layanannya pada Oktober 2016. GO-JEK menghadirkan layanan pesan antar obat dari apotek yang diberi nama GO-MED. Fitur dan layanan ini dilahirkan GO-JEK tak lama setelah menggelontorkan dana kepada HaloDoc.
Menginjak akhir tahun, November 2016, rupanya GO-JEK melirik layanan dan fitur yang terbilang ‘receh’ dan sudah banyak pemainnya di pasaran, yakni GO-PULSA sebagai fitur penjualan pulsa. Namun, fitur ini memang dibutuhkan oleh pengguna layanan GO-JEK mengingat mereka harus selalu dalam keadaan online bila ingin mengakses aplikasi GO-JEK.
Di awal tahun 2017, GO-JEK merealisasikan rencana menjalin kerja sama dengan perusahaan taksi terbesar di Indonesia, Blue Bird. Fitur GO Blue Bird resmi diluncurkan dan bisa digunakan per Februari 2017. Pada kerja sama kali ini GO-JEK seperti memperlihatkan kualitasnya sebagai perusahaan yang bisa memberikan solusi dari permasalahan yang ada.
Seperti diketahui, pada Maret 2016 sempat ada konflik yang terjadi antara taksi konvensional dengan taksi online. Sementara pendapatan taksi konvensional mulai tergerus oleh taksi daring, pengemudi taksi konvensional menuntut pemerintah membekukan taksi daring lantaran dinilai tak memiliki payung hukum.
Sebab itu, kerja sama dengan Blue Bird ini seperti win-win solution yang diberikan oleh pihak GO-JEK. Karena memang fitur pemesanan taksi Blue Bird telah disediakan di aplikasi GO-JEK yang notabenenya pesaing taksi konvensional. Bahkan, berkat kerja sama ini saham Blue Bird yang sempat anjlok diwartakan kembali menguat 4,32%.
Dan di waktu hampir bersamaan GO-JEK memisahkan fitur dan layanan GO CLEAN, GO MASSAGE, GO GLAM, dan GO AUTO ke aplikasi bernama GO LIFE. Pemisahan aplikasi ini bertujuan untuk memaksimalkan layanan dan fitur bagi para pelanggan. Selain itu, pemisahan ini juga bertujuan untuk memfokuskan aplikasi GO-JEK sebagai layanan yang berfokus pada urusan transportasi, logistik, dan payment.
Melihat pencapaian, inovasi hingga kerja sama yang terjalin antara GO-JEK dengan Blue Bird yang merupakan win-win solution, membuat investor kembali tertarik menggelontorkan dana. Mei 2017, Tencent Holding dan JD.com menjadi investor baru yang masuk pada putaran ketiga pendanaan GO-JEK. Total investasi yang digelontorkan berkisar US$ 1,2 miliar. Dengan ini, GO-JEK telah mencatatkan total pendanaan mencapai US$ 1,75 miliar—menjadi yang tertinggi dibanding Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.
Juni 2017, GO-JEK kembali menunjukkan komitmennya sebagai perusahaan masa kini yang membantu menumbuhkan perekonomian masyarakat. Fitur GO-SHOP diluncurkan GO-JEK untuk memudahkan pelanggan berbelanja melalui aplikasi GO-JEK ke warung maupun toko yang tak terdaftar di GO MART maupun GO FOOD.
Semakin lengkap layanannya tak membuat GO-JEK berhenti berinovasi. Memasuki bulan November fitur GO BILLS diluncurkan bagi pelanggan GO-JEK yang hendak membayar tagihan listrik, BPJS Kesehatan, dan Google Play.
Satu bulan berselang, pelanggan maupun mitra GO-JEK sudah bisa menggunakan fitur chat seperti yang sudah tersedia pada fitur Grab.
Hingga akhir tahun 2017, GO-JEK kian mentereng dengan capaian apiknya. Sebanyak 15 juta orang telah mengunduh aplikasinya, lebih dari 250.000 mitra bergabung, beroperasi di 16 kota besar di Indonesia, mencatatkan 100 juta transaksi setiap bulan di aplikasinya, dan telah menggandeng lebih dari 125.000 merchant.
Mengawali tahun 2018, GO-JEK kembali menggebrak Indonesia dengan meraih investor di putaran keempat pendanaan. Tak main-main, di sinilah Google turut andil menjadi sumber uang baru bagi GO-JEK dengan memberikan dana sebesar US$ 100 juta (Rp 1,3 triliun). Selain itu ada juga Astra dan Djarum Group yang ikut meramaikan pendanaan kepada GO-JEK dengan total nilai mencapai Rp 3 triliun.
Berkat berbagai inovasi yang terus digodok oleh GO-JEK hingga mampu mendatangkan minat investor, membuat perusahaan lokal pertama yang menyandang gelar Unicorn ini memiliki nilai perusahaan mencapai US$ 1,3 miliar (Rp 17,3 triliun).
Tak heran bila di tahun 2018 GO-JEK berencana merambah pasar ASEAN dan menyempurnakan sistem GO PAY agar dapat berdiri sendiri sehingga dapat digunakan oleh masyarakat luas sekalipun tak mengunduh aplikasi GO-JEK. Pantas juga bila GO-JEK kini menjadi kiblat banyak rintisan berbasis teknologi di Indonesia yang ingin berkembang.
Di samping itu, sangat menarik untuk menanti apa lagi terobosan yang akan dipersiapkan oleh GO-JEK, bukan hanya sebagai pelengkap layanan dan fitur, tapi juga sebagai pemecah persoalan yang terjadi di masyarakat.