Kamis, November 28, 2024
Top Mortar Gak Takut Hujan
Beranda blog Halaman 811

Asian Games Momentum Penting bagi IKM Indonesia

0

Berempat.com – Penyelenggaraan Asian Games 2018 dinilai sejumlah kalangan dapat berampak pada perekonomian Indonesia kelak. Industri pariwisata digadang-gadang menjadi salah satu yang akan berdampak. Tapi, di samping itu, ajang olahraga terbesar bagi kawasan Asia tersebut juga dianggap sebagai momentum tepat bagi industri kecil dan menengah (IKM).

“Kami telah mendorong para pelaku IKM untuk ikut berpartisipasi dalam perhelatan Asian Games 2018 yang akan digelar bulan depan,” ujar Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa (24/7).

Menurut Gati, sangat banyak peluang bisnis yang bisa didulang oleh pelaku IKM nasional dari pesta olahraga yang diikuti 45 negara tersebut. Misalnya, mereka menjual produk khas Jakarta dan Palembang kepada wisatawan yang datang, seperti produk kerajinan hingga makanan dan minuman.

“Kami berharap, dalam ajang ini, tidak hanya pengusaha besar yang memiliki peran, tetapi juga IKM harus bisa berpartisipasi, atau pengusaha besar bekerjasama dengan IKM,” paparnya.

Potensi peluang Asian Games 2018 terlihat dari keterlibatan sebanyak 10.000 atlet dan official, 5.000 media, 2.500 OCA Family, 5.500 delegasi teknik, 20.000 volunteers, dan sekitar 200.000 suporter.

“Selain itu juga ada lebih dari tiga juta penonton lokal yang akan menyaksikan 42 cabang olahraga yang dipertandingkan pada Asian Games 2018,” ungkap Gati.

Gati pun menegaskan, pihaknya akan terus aktif memacu daya saing dan kreativitas IKM nasional. Apalagi sektor ini dinilai mampu memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“IKM sebagai sektor mayoritas dari populasi industri di dalam negeri,” ujarnya.

Sebagai langkah pembuktian, salah satu IKM alas kaki binaan Kemenperin yang berasal dari Bandung, Brodo berhasil menjadi Official Souvenir Asian Games 2018.

“Brodo merupakan salah satu merek alas kaki yang diproduksi oleh IKM lokal di Bandung. Mereka juga bermitra dengan 11 unit IKM lainnya di Bandung,” tutur Gati.

Brodo merupakan produk alas kaki yang telah dirintis sejak tahun 2010 melalui proses pengujian di Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal IKM Kemenperin. Karena itu Gati menjamin kualitas Brodo ini sudah terjamin.

CEO Brodo Footwear Yukka Harlanda menyampaikan, pihaknya akan memproduksi sebanyak 1.000 pasang sepatu Brodo dengan sembilan desain yang disesuaikan tema Asian Games tahun ini. “Setiap desainnya akan diproduksi lebih dari 100 pasang,” tuturnya.

Kemudian, sepatu yang bakal diproduksi tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu sneakers dan slip-on. Di setiap sepatu disisipkan desain logo, maskot, dan warna yang bercirikan Asian Games 2018. Menurut Yukka, Brodo akan menggunakan kesempatan ini sebagai ajang untuk memperkenalkan mereknya ke tingkat dunia.

“Kita bisa dapat awareness dari dunia internasional. Kita harapkan juga jadi batu pijakan untuk go international. Dari sisi komersial saja, kita rasa besar banget. Jadi, momen pas buat kita,” ujarnya.

Senang Belajar, Pemicu Yossa Sukses Menjalankan Lebih dari 4 Bisnis Sekaligus

0

“Pencapaian terbaik kamu adalah tidak setop di pencapaian terakhirmu.”

Berempat.com – Selain bisa membunuh, kata-kata orang lain ternyata bisa memberikan harapan. Itulah kalimat yang pertama kali terlontar dari Yossa Setiadi, seorang pengusaha yang kini setidaknya memiliki 5 bisnis ketika menjawab pertanyaan yang saya ajukan. Kami bertemu di Neo Soho, Central Park, Jakarta, Sabtu (14/7).

Yossa merupakan seorang pengusaha yang besar berkat bisnis bawang goreng kemasan. Sesuatu yang  barangkali dipandang sebagai ‘bisnis tak berbobot’ bagi kebanyakan dari kita. Tapi, bagaimana bila produk bawang goreng kemasannya (Bawang Goreng Soy) mampu masuk ke-28 hotel bintang 4 dan 5 di Indonesia, mulai dari Hotel Mulia hingga Shangri-La; juga didistribusikan ke-38 maskapai penerbangan; dan ke banyak restoran hingga dipasarkan ke luar negeri? Tentu pandangan sebagai ‘bisnis tak berbobot’ dari kepala kita akan luntur seketika.

Beruntungnya, bisnis yang dimulai Yossa pada Desember 2007 itu tak sempat viral (booming) layaknya Es Kepal Milo, minuman olahan susu, thai tea, atau batu akik seperti yang sudah-sudah. Karena kemungkinan besar akan banyak orang yang mendadak jadi pebisnis bawang goreng.

Selain bawang goreng, Yossa juga punya bisnis jahe susu (Jahe Susu Asoy) yang dibangunnya pada 2013 lalu dan kini sudah memiliki 18 cabang. Kemudian, di tahun yang sama ia juga mendirikan bisnis di jasa kontraktor, seperti pengaspalan jalan, jasa pengurukan, dan paving block. Masih ada lagi, Yossa juga sempat punya bisnis jasa penyedia estalase bagi UMKM yang ingin masuk mal pada 2015 lalu.

“Saya pernah gagal tahun 2015 di Emporium Pluit. Sekarang sudah ada modal lagi dan berani mau approve di Kota Kasablanka,” ungkap pria kelahiran 19 Agustus 1984 ini.

Dan yang terbaru, ia bersama dengan temannya, Utomo Prawiro, saat ini sedang menjajal bisnis baru di era digital, yakni marketplace konsultan. “Baru sebulan jalan dan puji Tuhan sudah ada dua klien yang mau masuk,” katanya sambil tersenyum. Seluruh bisnisnya itu berada di bawah bendera CV. Setiadi Brother.

Yossa memang punya semangat berbisnis yang tinggi. Di usianya yang relatif masih muda, 34 tahun, ia sudah bisa menjalankan 5 jenis bisnisnya sekaligus. Itu pun belum termasuk bisnis kecil-kecilan yang juga sedang dijajalnya, seperti bisnis ketoprak dan Sate Ayam Pak Uban.

Hebatnya, tak ada satu pun bisnis yang ditinggalkan atau dibiarkan Yossa terbengkalai sekalipun bisnisnya yang baru jauh lebih menjanjikan.

“Pasif income saya dari Bawang Goreng Soy per bulan bisa sampai Rp 18 juta. Itu bersihnya. Tapi saya nggak mau tinggalin walaupun income dari kontraktor lebih gede,” ujarnya yang hari itu mengenakan seragam Bawang Goreng Soy dengan perpaduan warna kuning dan oranye.

Semangatnya untuk berbisnis diakuinya terus lahir karena ia suka belajar. “Berbisnis identik dengan selalu belajar. Dari itulah kenapa saya senang berbisnis,” ungkapnya.

Karena setiap kali menjajal bisnis baru sudah pasti akan ada berbagai tantangan baru yang menanti.

Keinginannya untuk belajar pun tak datang begitu saja. Yossa ingin terus belajar karena ia selalu senang berbagi dan memberikan ilmu bagi orang lain. Karena, bagi Yossa, itulah arti kesuksesan yang sebenarnya.

“Saya pikir, satu-satunya cara untuk bisa menjadi orang yang sukses kita harus memberikan ilmu,” ujar pria lulusan Magister Business & Administration di Binus International tersebut.

Senang belajar dan senang berbagi, itu juga yang memicu Yossa menjadi pribadi yang senang membaca. Boleh dibilang Yossa termasuk kategori pengusaha yang kutu buku. Berbagai buku, terutama yang menyangkut urusan bisnis, sudah habis dilahapnya. Entah itu buku gubahan Dewa Eka Prayoga, Tung Dasem Waringin, Anthony Robbin, Bill Gates, Warrent Buffet, dan banyak lagi.

Bahkan, hari itu Yossa mengaku bahwa ia masih membiasakan diri untuk membaca 30-40 halaman buku per hari. Dan untuk bisa konsisten seperti itu diakuinya tak mudah.

Punya Bisnis Lebih dari Satu itu Hal Biasa, tapi…

Menjalani bisnis satu saja kadang kala masih suka kelimpungan, apalagi kalau dua, tiga, atau empat. Tapi, tentu Yossa tak sembarangan mengambil keputusan saat akan menjajal bisnis kedua, ketiga, atau keempatnya. Setidaknya, Yossa sudah memastikan bahwa bisnisnya yang sudah lebih dulu berjalan bisa bergerak tanpa perlu pengawasan ketat darinya.

Saat ditanya kapan waktu bagi seseorang bisa menjajal bisnis kedua, ketiga, atau keempatnya, Yossa dengan semangat mengutip ucapan Heri Bertus—penulis buku Jurus Marketing Paling Nonjok—yang pernah didengarnya melalui kaset CD:

“Orang dengan usaha banyak sah-sah saja asalkan dia bisa melewati 10 ribu jam pertamanya pada bisnis itu.”

Apa yang dikatakan Heri Bertus itu pun menjadi patokan bagi Yossa sebelum menjalani bisnis keduanya. “Per hari ini sumber income saya cukup banyak. Tapi saya pastikan semua itu sudah melewati 10 ribu jam. Itu sekitar 4-5 tahun,” klaim pengagum Tung Dasem Waringin ini.

Kemudian, berdasarkan pengalaman Yossa, saat hendak menjajal bisnis kedua yang terpenting adalah ‘show me the money’. Maksudnya, pastikan bisnis yang akan kita ambil benar-benar dapat menghasilkan di kemudian hari.

Lantas, pada perbincangan kami di lantai 3M petang itu, Yossa tak lupa mewanti-wanti agar siapa pun yang akan menjajal bisnis keduanya tak serta-merta meninggalkan bisnis lamanya. Artinya, ia harus menjaga bisnis pertamanya untuk tetap berjalan dan mendapat untung.

“Saya nggak ninggaling usaha bawang saya yang sudah 10 tahun. Padahal orderan saya (dari bisnis lain) banyak. Hari ini ada order Rp 30 juta kes, yang nilainya jauh lebih besar daripada bawang. Karena saya dapat ilmunya (menjalankan bisnis) dari sana (bisnis bawang),” ungkap Yossa.

Bagi Yossa, bisnis lama yang dijalaninya memang sangat berperan dalam memberikan berbagai ilmu berbisnis. Dan itu pun bisa menjadi bekal baginya untuk menjalani bisnis kedua, ketiga, atau keempatnya.

“Misalnya, saya punya teman yang punya kakileema.com. Beliau sudah ada di Gajah Mada Mal. Percaya saya, dia jauh lebih bisa nego ke mal-mal yang lain karena dia sudah punya ilmunya. Jadi itu nggak bisa ditinggalin (bisnisnya) karena ilmunya bisa kepake,” imbuhnya.

Ada saran lain yang tak kalah penting dari penggagas komunitas BizzDate ini. Menurutnya, bila Anda ingin menjajal bisnis kedua, maka ada baiknya agar memilih bisnis yang tak bertolak belakang dengan bisnis pertama.

Yossa memberi saran demikian sebab dulu ia menjajal bisnis keduanya karena sebuah ‘kecelakaan’. Ia mengaku bisnis keduanya yang berdiri ialah jasa kontraktor, bisnis yang sangat bertolak belakang dengan bisnis pertamanya.

“Karena saya waktu itu mikirnya tentang uang. Karena orderan 1 PO bawang untungnya ratusan ribu. Tapi kontraktor kelihatan capeknya sama, orderannya bisa untung jutaan rupiah,” kisah Yossa.

Namun, tak lama kemudian ia mengaku tobat dan memilih menyelipkan bisnis yang masih berhubungan dengan kuliner. Maka muncullah Jahe Susu Asoy.

“Makanya kenapa saya waktu bermain ketoprak, lalu saat beralih ke Sate Ayam Pak Uban bisa lancar banget. Karena saya sudah tahu banget celah-celahnya. Karena belajar dari yang lamanya (bawang goreng dan susu jahe),” tambah Yossa.

Bagi Yossa, penting memilih jenis bisnis yang tak jauh berbeda. Karena bila benar-benar bertolak belakang, maka kita dipaksa untuk belajar lagi dari nol. Tapi, lain hal bila menjalani bisnis yang jenisnya sama, setidaknya kita sudah tahu apa yang perlu dilakukan.

Namun, sekalipun saat menjalani bisnis kedua kita menemui kesulitan yang sama atau pernah dihadapi sebelumnya, Yossa sendiri mengakui bahwa cara yang sama untuk menundukkan belum tentu berhasil.

“Saya pernah mencoba, 1 bulan saya budget iklan di Google Ads. Kok dulu bagus, (modal) Rp 99 ribu bisa dapat 300 nomor telpon. Sekarang Rp 290 ribu, kok cuma dapet sekian,” kenang mantan gamers ini.

Lantas, pada perbincangan kami yang berlangsung lebih dari satu jam itu, Yossa membagi ilmunya dalam menerapkan fokus saat menjalankan lebih dari satu bisnis. Yossa menyebut ada 4 tingkatan level yang mesti dilalui oleh pebisnis.

Pertama, fokuslah pada yang paling menghasilkan. Artinya, kita perlu menaruh perhatian pada bisnis yang paling menghasilkan di antara bisnis yang kita punya. Kedua, fokuslah pada bisnis yang bisa ditinggal. Dalam hal ini, Yossa berusaha mengingatkan bahwa bisnis yang sudah autopilot pun masih perlu kita perhatikan. Bahkan menjadi perhatian kedua karena bisnis ini tak memerlukan perlakuan lebih, tapi sangat penting dijaga.

Ketiga, sambung Yossa, fokuslah pada bisnis yang bermanfaat sehingga konsumen bisa merasa terbantu dengan produk kita. Misalnya, “terima kasih ya, gara-gara produk kamu anak saya makannya jadi lahap.”

Terakhir, fokuslah pada bisnis yang bisa diduplikasi sehingga layak untuk diperjuangkan.

Mesin Pembunuh para Pengusaha itu adalah Titik Jenuh

“Tidak ada kata gagal, yang ada hanya sukses dan belajar.”

Itu adalah kalimat yang paling menempel di kepala lelaki berzodiak Leo ini.  Karena itu, Yossa menganggap bahwa apa yang dianggap sebuah ‘kegagalan’ oleh banyak orang itu tak pernah ada dalam kamusnya. Jadi, bagi Yossa tak pernah ada kata gagal dalam kamusnya, tapi lebih tepatnya belajar.

Yossa juga masih ingat oleh kata-kata yang pernah dilontarkan oleh pendiri Scaleup.id, Gustiadi Prakoso yang menyebut kalau semua orang adalah profesional learner.

“Jadi saya pikir learner itu kan bisa hasilnya bagus atau jelek. Jadi ya kalo belum sukses kita belajar lagi. Kalo sudah sukses kita pun terus belajar,” ujar Direktur CV. Setiadi Brother ini.

Sebab itu, Yossa pun yakin bahwa sesuatu yang sering disebut kegagalan oleh banyak orang bukanlah penghenti langkah seorang pengusaha. Justru, Yossa beranggapan bahwa musuh besar pengusaha adalah titik jenuh.

“Itu satu-satunya pembunuh pengusaha,” tegas Yossa.

Yossa yakin bahwa semua orang, tak terkecuali pengusaha, pernah berada pada situasi tersebut; titik jenuh. Ia sendiri tak menampiknya. “Saya saja pernah mau jual anak kesayangan saya (Bawang goreng soy),” kenangnya sambil mengangkat kemasan Bawang Goreng Soy di hadapan saya.

Padahal, dari bisnis bawangnya itu ia sudah bisa menerima pendapatan bersih Rp 18 juta per bulan. Tapi, saat di titik jenuh ia sempat berpikir ingin menjual bisnisnya itu senilai Rp 2 miliar. Namun, beruntunglah, Yossa urung menjual bisnisnya itu pada orang lain.

Bagi Yossa, setiap pengusaha perlu mempersiapkan diri sebelum menghadapi titik jenuh ini. Dan salah satu cara yang kuat menurut Yossa, yaitu perlunya memiliki jangkar yang kuat. Yossa mengaku mempelajari hal itu dari Mas Mono.

Pria yang pernah mengambil pendidikan sarjana Public Relations di Universitas Pelita Harapan ini mencontohkan jangkar kuat yang dimaksud, seperti keinginan atau janji dalam diri untuk membahagiakan orangtua. Keinginan bisa memberikan saudara berkah, atau sejenisnya. Intinya, adalah sesuatu yang membuat kita ingat ke titik awal memulai bisnis.

Lantas, apa yang perlu kita lakukan saat mengingat lagi titik awal? Yossa mengingatkan lagi pada apa yang pernah ditulis Denny Santoso dalam bukunya, Done is better than perfect: kisah sukses seorang digital marketer dan serial entrepreneur.

“Kita (perlu) introspeksi diri, sebenarnya kita sudah bermanfaat atau belom sih buat orang?” ungkap Yossa.

Dan saat di titik itulah, Yossa sempat teringat lagi bagaimana bisnis bawangnya bisa menjadi tempat bagi ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). “Memang karyawan saya itu ibu-ibu PKK. Nah, dari situ saya kembali refresh,” kenangnya.

Dunia Bisnis adalah Tempatnya Orang yang Tak Akan Berhenti

Memiliki pendapatan Rp 18 juta per bulan hanya dari satu bisnis, belum dengan pendapatan dari 4 bisnis lainnya. Sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Sudah menyelesaikan pendidikan S2 di Binus University International.

Saat ini ia pun berstatus sebagai dosen entrepreneur tak tetap Binus yang mengajar 1-2 kali setiap pekan. Membuka kelas kewirausahaan di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) rutin setiap satu bulan sekali. Sering diundang sebagai pembicara di berbagai acara kewirausahaan setidaknya 4-5 kali dalam satu bulan. Dan baru saja terdaftar sebagai anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jakarta Raya (HIMPI Jaya).

Melihat semua itu, apakah label ‘sukses’ sudah pantas disematkan atas pencapaian Yossa saat ini? Kemungkinan besar jawabannya pantas. Tapi, seluruh pencapaiannya itu masih juga dirasa kurang oleh Yossa. Bukan karena tak pandai bersyukur, tapi baginya memang tak ada kata berhenti.

Bagi Yossa, dunia bisnis adalah tempatnya orang yang tak akan berhenti pada satu titik tertentu. Maksudnya, akan selalu ada hal-hal baru yang ingin dicapai setelah berhasil menuntaskan target sebelumnya.

“Anthony Robbins itu bilang, jangan jadi naif waktu kita sudah sampai di satu titik. Jadi memang sudah nggak bisa setop. Ini (bisnis) sudah dunianya orang nggak bisa setop,” tegas Yossa.

Karena itu, Yossa yakin bahwa seorang pengusaha tak akan pernah merasa cukup saat sudah mencapai suatu hal. Dan pencapaian terbaik bagi seorang pengusaha menurut Yossa bukanlah ketika ia sudah memiliki banyak uang, materi, atau ketika bisa memberikan manfaat bagi orang banyak.

“Pencapaian terbaik kamu adalah tidak setop di pencapaian terakhirmu,” ujarnya penuh penekanan.

Banjir Impor, Ini yang Diminta Pengusaha Keramik pada Pemerintah

Berempat.com – Produk keramik dalam negeri saat ini dinilai sulit bersaing dengan produk impor. Pasalnya, pemerintah dinilai overprotective sehingga membuat produk dalam negeri sulit bersaing dengan produk impor. Karena itulah Forum Pengguna Keramik Seluruh Indonesia (FPKSI) meminta agar pemerintah tak terlalu terlibat dalam melindungi industri keramik.

“Pemerintah seharusnya tidak terlalu banyak proteksi buat segala hal. Seharusnya dilepas saja agar memberikan kompetisi antara impor dan industri,” ujar Ketua Umum FPKSI Triyogo dalam keterangan resminya, Rabu (25/7).

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menerima dan memproses safeguard yang diajukan oleh Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki). Asaki mengajukan hal tersebut lantaran menilai impor keramik semakin menekan produk dalam negeri.

Banjirnya produk impor keramik di Indonesia, ujar Triyogo, justru memperlihatkan bagaimana tidak berdayanya produk dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional yang terus membesar. Pasalnya, ukuran dan kualitas produk lokal keramik dinilai belum bisa memenuhi standar permintaan pasar atau tren penggunaan keramik yang ada di Indonesia, yakni di atas 60cm x 60cm.

Tak mampunya produsen keramik nasional memenuhi kebutuhan pasar dinilai Triyogo karena banyak yang masih menggunakan peralatan dan sistem lama yang menghasilkan keramik glasur. Sementara tren dunia saat ini sudah menggunakan keramik poles.

“Harus disadari bahwa tren pengguna keramik sudah bergeser dari keramik yang diglasur menjadi porselen,” tukas Triyogo.

Hal inilah yang menurut Triyogo perlu mendapat perhatian dan dukungan pemerintah agar bisa mengembangkan produk dalam negeri. Selain itu, Triyogo pun menyebut sulitnya bahan baku menjadi kendala bagi produsen keramik dalam negeri.

Mentan Sebut Produksi Kelapa Indonesia Capai 18 Juta Ton per Tahun

Berempat.com – Kelapa nampaknya menjadi salah satu komoditas yang tak kalah penting bagi Indonesia. Pasalnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengklaim bahwa Indonesia menjadi negara produsen kelapa terbesar di dunia.

“Produksinya mencapai 18 juta ton per tahun,” ujar Amran dalam keterangan tertulis di Sulawesi Tengah, Selasa (24/7).

Melihat capaian tersebut, Amran pun optimis bahwa produk kelapa Indonesia dapat kian berjaya di mata dunia. Namun, kendati demikian Amran menegaskan bahwa pihaknya akan tetap mendorong untuk peningkatan produksi hingga 0,5 juta ton.

” Bila mampu ditingkatkan sedikit saja, sekitar 0,5 juta ton, tidak akan ada lagi negara yang sanggup mengejar produksi kelapa Indonesia,” ucapnya.

Menurut Amran, dalam mendongkrak produktivitas kelapa diperlukan adanya nilai tambah melalui industri pengolahan. Kondisi itu tentunya bakal menguntungkan para petani. Karena, sambung Amran, hal terpenting bagi petani adalah jaminan hasil produksi mereka dibeli dan diserap oleh pasar.

Dan demi bisa meningkatkan produksi kelapa, Amran pun akan memastikan kementeriannya senantiasa aktif membagikan bibit kelapa unggul, pupuk gratis, serta kebutuhan peremajaan perkebunan kelapa.

Astra Finance Berharap Penyaluran Pembiayaan Tahun Ini Samai Tahun 2017

0

Berempat.com – Perusahaan pembiayaan milik Astra Group, yakni Astra Finance belum mengumumkan nilai pertumbuhan penyaluran pembiayaan pada tahun ini. Namun, Direktur PT Astra International dan Director in Charge Astra Financial Suparno Djasmin berharap pertumbuhaan pembiayaan masih sama seperti tahun 2017, yakni Rp 80 triliun.

“Melihat kondisi pasar saat ini, kita berharap paling tidak, ya tidak turun dibanding tahun kemarin,” ujar Suparno di Jakarta, Selasa (24/7).

Suparno sendiri masih berharap agar tahun ini ekonomi bisa terus membaik. “Namun kami harus mengelola bisnis secara lebih prudent dan meningkatkan manajemen risiko dengan lebih baik,” imbuhnya.

Terkait kontribusi laba, Suparno mengungkapkan bahwa tahun lalu Astra Financial menyetor Rp 3,75 triliun atau hampir 20% dari total keuntungan perusahaan induk. Melihat itu, Suparno pun berharap tahun ini performance Astra Finance bisa semakin membaik.

Suparno pun memastikan bahwa lembaga jasa keuangan di bawah Astra Finance akan dikelola secara bijak. Dan terkait suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), Suparno mengaku masih akan melihat kemampuan dalam menyerap kenaikan suku bunga tersebut. Termasuk melihat kondisi pasar sebelum memutuskan akan menaikkan bunga pembiayaan atau tidak.

Menurut Suparno, itu merupakan langkah kehati-hatian yang perlu dilakukan oleh perusahaan. Hal serupa juga berlaku dalam menjaga kondisi kesehatan kredit. Dengan tren kenaikan suku bunga dan pelemahan nilai tukar rupiah saat ini, ia berharap bisa tetap mempertahankan rasio non performing financing (NPF) dari perusahaan pembiayaan yang ada di grup usaha tersebut.

“Secara total NPF perusahaan pembiayaan di Group Astra mencapai sekitar 0,6%,” ujar Suparno.

Balai Latihan Kerja Bina Puluhan Napi di Lapas Kelas I Medan

0

Berempat.com – Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Medan menjalin kerja sama pelatihan dengan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas I Medan, Sumatera Utara. Sebanyak 32 narapidana mendapatkan pelatihan untuk kejuruan konstruksi berupa teknik oles dan cabinet maker.

“Dalam rangka memberdayakan narapidana, kami bekerja sama dengan Lapas Kelas I Medan Sumatera Utara untuk melatih 32 orang warga binaan. Mereka menjalani pelatihan di dalam lapas dan dilatih oleh instruktur dari BBPLK Medan,” ungkap Kepala BBPLK Medan Fahrurozi dalam keterangan resminya di Medan, Selasa (24/7).

Fahrurozi mengatakan, target pelatihan tahun anggaran 2018 BBPLK Medan berjumlah 3.280 orang. Jumlah tersebut dibagi atas Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) yang dilakukan di BBPLK Medan sebanyak 2048 orang, dan PBK di luar BBPLK Medan sebanyak 1.232 orang.

“Realisasi sampai dengan Juli 2018, sebanyak 544 orang telah kami latih. Sedangkan pelatihan yang sedang berjalan sebanyak  224 orang. Pada 23 Juli lalu telah dibuka pelatihan kerja sama dengan PT Inalum dan dengan Lembaga pemasyarakatan kelas I Medan Sumatera Utara,” papar Fahrurozi.

Sementara itu, untuk target 2019, Fahrurozi mengatakan BBPLK Medan akan menambah kapasitas pelatihan menjadi 4.192 orang. Jumlah tersebut bertambah sebanyak 912 orang atau naik 27,80 persen dari target 2018.

“Langkah-langkah yang kami lakukan untuk mencapai target pelatihan pada 2019 adalah kami telah melaksanakan program 3 R (Reorientasi, Revitalisasi, dan Rebranding),” terangnya.

Reorientasi, jelas Fahrurozi, artinya BLK dipetakan kembali sesuai dengan kebutuhan pasar di dalam maupun luar negeri. Dalam hal ini BBPLK medan fokus pada dua bidang kejuruan pariwisata dan konstruksi.

Sementara itu, revitalisasi merupakan penguatan program (kurikulum) pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja, peningkatan jumlah maupun kualitas instruktur serta peningkatan kapasitas sarana dan prasarana.

Rebranding dilakukan agar citra BLK menjadi lebih positif dan masyarakat semakin mengenal Balai Latihan Kerja (BLK) baik dari sisi kualitas maupun keberadaannya sehingga masyarakat lebih percaya dan mudah mengakses BLK,” ucap Fahrurozi.

Agar lulusan pelatihan bisa terserap ke dunia kerja, BBPLK Medan juga telah menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan, asosiasi, dan instansi pemerintah.

“Kami telah menjalin kerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN), BPJS Ketenagakerjaan, Kementerian Hukum dan HAM, Asosiasi Profesi Pariwisata, Asosiasi  Tenaga Insinyur Indonesia yang bergerak di bidang konstruksi maupun dengan Forum Penyuluh Narkotika Nasional dan dunia usaha lainnya. Kerja sama tersebut dilakukan dalam bentuk kerja sama penyelenggaraan pelatihan dan penempatan,” kata Fahrurozi.

Tawaran Spesial Berbagai Proyek Properti Menanti di Rumah.com DealJuara

0

Berempat.com – Salah satu portal properti daring di Indonesia, Rumah.com meluncurkan sebuah program bertajuk Rumah.com DealJuara. Program yang berlangsung 23 Juli-30 September 2018 tersebut memberikan banyak penawaran spesial bagi para pencari rumah idaman di lebih 15 proyek properti di Indonesia.

Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan menjelaskan, program ini bertujuan untuk memudahkan pencari rumah dengan memanfaatkan promo-promo menarik yang ditawarkan dari 15 pengembang yang berpartisipasi di Program DealJuara.

“Deal yang dapat dimanfaatkan dalam kesempatan ini antara lain banyak promo-promo menarik seputar DP. Hal ini kami sampaikan kepada masyarakat karena sesuai dengan hasil survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2017,  alasan utama mengapa orang belum punyaa atau membeli properti adalaah tidak punya uang untuk DP atau uang mukanya,” terang Ike dalam keterangan pers, Selasa (24/7).

Dalam program Rumah.com DealJuara ini, para pencari rumah bisa mencari berbagai properti yang diinginkan, mulai dari kisaran harga Rp 200 juta hingga Rp 1 miliar. Juga jenis properti yang mencakup rumah tapak hingga apartemen.

Sementara itu, General Manager Corporate Communications & CRM PT Metropolitan Land Tbk. Lily Nurlita mengungkapkan antusias dalam menyambut program Rumah.com DealJuara tersebut.

“Kami menyambut baik program DealJuara Rumah.com untuk melihat peluang penjualan properti dilakukan secara online. Dengan program DealJuara Rumah.com diharapkan terjadi pergeseran gaya bertransaksi termasuk transaksi pembelian properti,” ungkap Lily.

Saat ini, Lily mengaku bahwa Metland juga sedang menjalankan program Yuk Punya Rumah dengan berbagai tawaran kemudahaan, mulai dari subsidi DP s.d 12.5%, diskon s/d 30%, hingga hadiah langsung berupa Logam Mulia.

“Kami pun membantu untuk meringankan biaya BPHTB dan biaya-biaya lainnya. Khusus transaksi di DealJuara Rumah.com akan mendapatkan tambahan voucher belanja hingga Rp 5 Juta,” tambah Lily.

Selain developer, Rumah.com juga menggandeng BNI Syariah sehingga memudahkan pencari rumah untuk mengajukan KPR. Selain itu, Bank BNI Syariah memberikan penawaran-penawaran menarik bagi pencari rumah yang memesan melalui DealJuara.

“Dengan peluncuran program DealJuara ini, kami berupaya mendorong masyarakat untuk mewujudkan cita-cita mereka dalam menemukan dan memiliki rumah idaman mereka,” ujar Country Manager Rumah.com Marine Novita.

Arus Masuk Modal Ekonomi Digital Indonesia Bisa Capai US$ 3 M per Tahun

0

Berempat.com – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyebut bahwa industri perusahaan rintisan (startup) berbasis digital di Indonesia setara dengan negara-negara gabungan di Uni Eropa. Thomas Lembong sendiri mengaku terkejut dengan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Pasalnya, empat tahun lalu arus masuk modal di sektor tersebut tak sebesar sekarang.

“Ini sangat mendadak, terus terang empat tahun yang lalu inflow ke sektor ini boleh dibilang hampir nol,” ungkap Tom dalam HUT ke-15 Crowe Indonesia di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (24/7).

Mantan Menteri Perdagangan ini pun memprediksi arus masuk modal ke sektor ekonomi digital di Indonesia bisa mencapai US$ 2-3 miliar per tahun. Angka tersebut dinilai cukup besar untuk memberikan sumbangan total arus masuk modal asing ke Indonesia.

“Itu setara Rp 30-40 triliun per tahun. Sekarang sudah mencakup 15-20% dari total foreign direct investment kita setiap tahun,” tutur Tom.

Tom sendiri menyebut bahwa pertumbuhan sektor e-commerce di Indonesia mencapai 20-25% per tahun. Angka itu juga jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi RI yang hanya sekitar 5%.

Selain itu, Tom juga sempat menyinggung bahwa di Indonesia sudah memiliki 4 perusahaan rintisan yang berlabel Unicorn, yakni Go-Jek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka. Keempat perusahaan berbasis digital itu mempunyai valuasi lebih dari US$ 1 miliar.

Jumlah unicorn di Indonesia, sebut Tom, sama seperti jumlah unicorn di Uni Eropa. Sebab itu, Tom pun yakin industri ekonomi digital Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain, bahkan negara Eropa.

“Jadi ini cocok banget untuk masyarakat kita yang ternyata sangat suka, fasih, atau nyaman dengan gadget. Kalangan muda yang sangat kreatif yang juga sangat teknologi,” tukas Tom.

Dana Desa Dinilai Mampu Entaskan Pengangguran

0

Berempat.com – Sejak tahun 2015 penggunaan dana desa dinilai berdampak positif pada kehidupan masyarakat, yakni mengentaskan pengangguran terbuka secara merata. Bali menjadi salah satu wilayah yang merasakan dampak positif tersebut. Pasalnya, tingkat pengangguran di Pulau Dewata ini menjadi yang terendah se-Indonesia.

“Provinsi Bali sudah memberikan dana desa sebesar Rp 1 miliar tiap desa melalui Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara atau Gerbang Sadu Mandara, yang membuat tingkat pengangguran di Bali menduduki angka terendah,” ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Bali Ketut Lihadyana dalam keterangan pers, Selasa (24/7).

Sementara itu, Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sima Sari Dana Kesiman Petilan di Kecamatan Denpasar Timur, I Gusti Ketut Sima menyebut pihaknya memanfaatkan dana desa untuk berbagai kegiatan.

Sejak Desember 2017, Sima mengklaim dana desa dipakai untuk pengelolaan sampah bersama bank sampah, membuka unit toko, PAUD, hingga pengolahan air minum dalam kemasan.

Sebagai informasi, dana desa mengalami peningkatan setiap tahun sejak disalurkan pertama kali tahun 2015. Alokasi dana desa pada 2015 sebesar Rp 20,67 triliun, lalu naik menjadi Rp 46,98 triliun di tahun 2016, dan Rp 60 triliun untuk tahun 2017 dan 2018.

Intiland Yakin Relaksasi Aturan LTV Perumahan dari BI Bisa Beri Dampak Positif

0

Berempat.com – Salah satu perusahaan pengembang properti, PT Intiland Development Tbk. (DILD) memberikan apresiasi terhadap Bank Indonesia (BI) terkait relaksasi aturan rasio nilai kredit terhadap aset (loan to value/LTV) di sektor perumahan. Pasalnya, pelonggaran aturan tersebut diyakini dapat membawa angin segar serta dampak positif bagi industri properti Tanah Air. Apalagi saat ini suku bunga tengah meningkat.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono mengatakan, aturan tersebut dapat memberikan fleksibilitas bagi konsumen untuk menetapkan uang muka kredit.

“Kami mengapresiasi kebijakan tersebut karena bisa menjadi stimulus untuk pertumbuhan pasar properti. Konsumen tentunya sangat terbantu dengan keluarnya aturan tersebut,” ujar Archied dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/7).

Kendati demikian, sampai dengan semester I-2018 Archied mengakui secara umum pasar properti belum bergerak secara normal. Namun, Intiland akan terus memantau setiap perubahan yang terjadi pada industri properti, baik secara makro maupun sektoral. Langkah tersebut dinilai penting untuk memperkirakan dampak perubahan dan menyiapkan strategi yang tepat untuk mengantisipasinya.

“Kami akan bekerja sama lebih jauh kembali dengan pihak perbankan selaku pemberi kredit untuk memberikan penawaran menarik bagi konsumen, sekaligus dalam rangka meningkatkan kinerja penjualan tahun ini,” ungkap Archied lebih lanjut.

Sebelumnya, BI resmi mengumumkan aturan relaksasi LTV pada 29 Juni lalu dan akan mulai berlaku pada 1 Agustus 2018. Adapun relaksasi LTV tersebut mengandung 3 poin, yakni pelonggaran rasio LTV untuk kredit properti dan rasio FTV (financing to value) untuk pembiayaan properti; pelonggaran jumlah fasilitas kredit atau pembiayaan melalui mekanisme inden; dan penyesuaian pengaturan tahapan dan besaran pencairan kredit atau pembiayaan.

Pelonggaran LTV tersebut diambil sebagai langkah BI dalam meningkatkan daya beli masyarakat di tengah langkah BI mengetatkan ekonomi.

Archied sendiri mengungkapkan bahwa Intiland optimis dalam menyambut semester II tahun ini. Apalagi, pada semester I-2018 Intiland telah membukukan peningkatan pendapatan penjualan (marketing sales) sebesar 40% atau menjadi Rp 1,3 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, Intiland hanya mencatatkan pendapatan penjualan sebesar Rp 919 miliar.

Archied pun mengungkapkan, peningkatan pendapatan penjualan tersebut masih ditopang oleh penjualan dari proyek baru, seperti pengembangan terpadu Fifty Seven Promenade dan dari penjualan unit-unit properti hunian.

“Kondisi pasar properti secara umum masih cukup berat dan menantang. Namun, sepanjang triwulan kedua tahun ini kami masih membukukan penjualan cukup baik pada produk hunian, seperti perumahan dan apartemen,” ujar Archied.