Jumat, November 29, 2024
Top Mortar Gak Takut Hujan
Beranda blog Halaman 796

Ketahuan Ada ‘Main’ saat Program Flash Sale, 40 Karyawan Diberhentikan Tokopedia

0

Berempat.com – Beberapa hari lalu Tokopedia menyelenggarakan kampanye Flash Sale dalam rangka memperingati HUT ke-9. Namun, rupanya pada penyelenggaraan yang berjalan selama 15-17 Agustus 2018 tersebut terindikasi ada ‘main’ yang dilakukan oleh karyawan Tokopedia sendiri.

Karena itu, dalam pernyataannya Tokopedia langsung memecat 40 karyawannya yang ketahuan bermain pada kampanye Flash Sale tersebut. Puluhan karyawan tersebut diberhentikan pada 24 Agustus 2018 kemarin.

Head of Corporate Communications Tokopedia Priscilla Anais menegaskan, sejak pertama kali berdiri Tokopedia sudah memiliki filosofi pengembangan bisnis dengan mengedepankan kepercayaan. Oleh karena itu, pihaknya menilai bahwa kecurangan yang dilakukan oleh puluhan karyawan tersebut sudah menciderai integritas yang sudah dibangun Tokopedia.

“Setiap titipan kepercayaan adalah sebuah amanah yang harus dijaga bersama oleh seluruh Nakama (sebutan karyawan Tokopedia) tanpa terkecuali. Gagal menjaga kepercayaan artinya gagal menjaga integritas dan Tokopedia tidak memberikan ruang toleransi untuk individu yang menyalahgunakan kepercayaan dan/atau gagal menjaga integritas,” tutur Priscilla dalam keterangan resminya, Senin (27/8).

Mengutip dari Tech in Asia, kecurangan yang dilakukan oleh puluhan karyawan tersebut menyebabkan pengguna Tokopedia tidak bisa membeli produk yang dijual murah dalam program Flash Sale secara adil.

Dampak Asian Games, Omset UKM di SMESCO Naik 110 Persen

0

Berempat.com – Dampak perhelatan Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta tampaknya membawa angin segar bagi SMESCO Indonesia. Pasalnya, perhelatan Asian Games yang membawa banyak delegasi dari luar negeri tersebut bisa menaikkan omset Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di SMESCO hingga 110,8 persen atau setara 2-3 kali lipat dari biasanya.

“Adanya Asian Games mampu mendongkrak omzet dan penjualan dari produk UKM di Smesco Indonesia. Selama lima hari pelaksanaan Asian Games omzet tercatat naik tajam hingga lebih dari 110,8 persen atau 2-3 kali lipat,” ujar Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (LLP – KUKM) Emilia Suhaimi dalam keterangan resminya, Minggu (26/8).

Naiknya omset tersebut terjadi setelah LLP-KUKM berupaya membawa para kontingen peserta Asian Games 2018 mengunjungi SEMSCO Indonesia. Menurut Emilia, respon positif terhadap produk UKM di SMESCO Indonesia telah diberikan oleh atlet, official, maupun para pendukung negara masing-masing yang ikut berkunjung.

Emilia pun berharap, banyaknya delegasi atlet dan official peserta Asian Games yang berbelanja di SMESCO Indonesia dapat menjadi sarana promosi bagi produk UKM ke berbagai negara.

Namun, kendati omset SMESCO bisa naik Emilia tetap beranggapan masih perlu upaya bersama agar bisa meramaikan SMESCO selama perhelatan Asian Games 2018 ini. Pasalnya, menurut Emilia, kepedulian Dinas Koperasi dan UKM dari berbagai daerah masih belum optimal.

Kurangnya kepedulian tersebut dinilai Emilia terlihat dari kurang cekatannya dinas terkait dalam mempercepat sirkulasi produk UKM yang akan maupun sudah habis di SMESCO. Sehingga hal tersebut berdampak pada kurang optimalnya upaya promosi terhadap produk unggulan yang diminati pembeli.

“Dinas koperasi kurang sadar, padahal ini (SMESCO Indonesia) sangat membantu produk unggulan UKM dari daerahnya, tapi mereka kurang serius dan ogah-ogahan. Seolah-olah ini sebagai kerja tambahan bagi mereka, terutama dari Daerah Sulawesi Utara,” ungkap Emilia.

Emilia pun berharap, di sisa waktu perhelatan Asian Games 2018 ini berlangsung terdapat peran dan komitmen pemerintah daerah yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Pasalnya, SMESCO Indonesia merupakan pintu masuk bagi pelaku usaha daerah agar dapat memperkenalkan dan memasarkan produknya sampai ke luar negeri.

BTN Beri Cash Back US$ 5 Bagi 1.000 Nasabah Pertama yang Buka Tabungan BTN Felas

0

Berempat.com – Pada Juni 2018 lalu Bank Tabungan Negara (BTN) telah merilis produk tabungan terbarunya untuk menghimpun dana murah, yakni Tabungan Felas. Menurut Direktur Consumer Banking BTN Budi Satria, Tabungan Felas punya kelebihan dibanding dengan tabungan sejenis dari bank lain.

Pertama, Budi memaparkan bahwa Tabungan Felas ini merupakan sahabat masyarakat yang ingin menabung dalam bentuk valas (valuta asing). Dan kedua, produk tersebut bebas dari biaya provisi.

“Dalam Tabungan BTN Felas kurs lebih tinggi dibanding bank lain dan ini menguntungkan bagi nasabah,” terang Budi di Surabaya beberapa waktu lalu.

Mulanya, Tabungan Felas ini sudah diperkenalkan di Batam dan kini Surabaya menjadi kota kedua. Budi memaparkan alasan dipilihnya Surabaya lantaran dinilai sebagai kota ekonomi terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.

“Selain itu, Surabaya punya komunitas masyarakat yang beragam, pengusahanya ada di berbagai sektor. Salah satu segmen yang menjadi sasaran bagi produk tabungan Felas,” imbuh Budi.

Dan sebagai upaya menarik minat masyarakat Surabaya, BTN memberikan promo cash back senilai US$ 5 dan 5 dolar Singapura bagi nasabah yang menabung dalam bentuk dolar Amerika dan dolar Singapura.

Saat ini, BTN menargetkan nasabah Tabungan Felas di Surabaya mencapai 10%. Karena itu, sebagai bentuk strategi, selain memberikan promo cash back, Bank BTN memaksimalkan jaringan ke banyak pengembang properti agar dapat menggali potensi nasabah yang ada.

Selain itu, Budi memaparkan bahwa BTN akan terus berinovasi. Salah satunya dengan melakukan transformasi digital banking. Ke depan, produk yang ada di BTN akan berbasis digital.

Bahkan, untuk Tabungan BTN Felas sendiri pun ke depannya akan dilengkapi dengan kartu atm, e-channel, dan informasi kurs real time. Dalam lima tahun pertamanya BTN akan membidik 50.000 nasabah dengan total saldo masing-masing mencapai 2.028.800 dalam kurs dolar Amerika maupun dolar Singapura.

Saat Menteri Ketenagakerjaan Dorong Mahasiswa Jadi Pengusaha, Bukan Pekerja

0

Berempat.com – Di dalam sebuah kesempatan berbicara di hadapan mahasiswa sebagai dosen tamu, Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri tampak lebih mendorong mahasiswa agar kelak menjadi pengusaha, bukan pekerja. Sebab, dalam kuliah tersebut Hanif menilai bahwa dengan menjadi pengusaha maka mereka bisa lebih responsif dalam menghadapi perubahan.

“Agar memberikan konstribusi signifikan kepada masyarakat dan negara, mahasiswa dan para alumni hendaknya dibekali skill dan kompetensi untuk bisa bersaing di pasar kerja atau memulai wirausaha, “ ujar Hanif dalam kuliah tamu bertema “Peran Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Masyakarat Berkeadaban yang Mandiri, Kreatif dan Berdaya Saing Global” di Universitas Nurul Jadid (Unja), Kab. Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (26/8).

Menurut Hanif, sebagai langkah awal agar Kabupaten Probolinggo bisa memperbanyak jumlah pengusaha, maka yang diperlukan adalah memperkuat keterampilan dan kompetensi sumber daya manusia yang dipunya. Dengan memperkuat dua hal tersebut Hanif yakin anak muda Probolinggo mampu bersaing di kemudian hari.

Alasan Hanif mendorong mahasiswa UNJA agar menjadi pengusaha lantaran masih sedikitnya jumlah pengusaha di Indonesia saat ini. Menurutnya, saat ini jumlah pengusaha di Indonesia baru mencapai 3,1% dari total jumlah penduduk yang berjumlah 263 juta jiwa. Jumlah yang kecil dibandingkan dengan negara tetangga.

Untuk Malaysia saja, Hanif menyebut jumlah pengusahanya sudah mencapai 5% dan Singapura 7%.

Padahal, imbuh Hanif, syarat untuk bisa menjadi negara yang makmur ialah harus meningkatkan jumlah pengusaha. Bukan justru membuat mahasiswa terlalu berorientasi menjadi PNS atau pekerja selulusnya nanti. Sehingga nantinya mereka terlalu mengandalkan ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada.

“Artinya ada PR besar di republik ini bagaimana anak-anak muda ini didorong bukan sekedar punya skill untuk bekerja. Tetapi yang penting bagaimana punya skill untuk menciptakan lapangan kerja, “ tegas Hanif.

Bagi Hanif, agar bisa sukses menjadi pengusaha yang dibutuhkan hanyalah dua hal, yakni kreatif dan inovatif.

Sampai Agustus 2018, Program Satu Juta Rumah Baru Capai 58%

0

Berempat.com – Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memiliki agenda pada sebuah Program Satu Juta Rumah. Dalam keterangan, realisasi program tersebut baru mencapai 58% hingga 20 Agustus 2018 ini. Total sudah ada 582.638 unit rumah yang dibangun. Dari jumlah tersebut 68% di antaranya adalah rumah subsidi dan 32% yang non-subsidi.

Kendati baru mencapai 58% setelah melewati semester I-2018 ini, namun Kementerian PUPR optimis program tersebut dapat benar-benar terealisasi pada akhir tahun nanti.

“Saya optimis punya waktu 4,5 bulan lagi, InsyaAllah kita kalau rata rata 150 ribu (terbangun tiap bulan),” ujar Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid di Kementerian PUPR, Jakarta, beberapa hari lalu.

Khawali merasa optimis sebab dilihat dari trennya, setiap tahun realisasi terus meningkat. Pada 2015, misalnya, realisasi mencapai 699.770 unit. Kemudian naik menjadi 805.169 unit pada 2016. Dan 904.758 unit pada 2017.

Belajar dari Fenomena Bisnis Kue Artis yang Booming di Awal tapi Redup Kemudian

0

Berempat.com – Selain dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya, Indonesia saat ini juga dikenal sebagai negara yang mudah ikut-ikutan pada sesuatu yang sedang tren atau viral. Baik soal urusan fesyen, gaya hidup, hingga pemilihan bisnis.

Fenomena bisnis kue artis menjadi salah satu bukti nyata. Di awal kemunculannya pada 2017 silam, bisnis kue artis sangat viral dan cukup menyedot perhatian masyarakat Indonesia. Banyak yang lantas berburu produk kue-kue artis ini. Bahkan tak jarang antrean tampak mengular di toko-toko kue artis yang baru buka.

Namun, saat ini bisa dibilang fenomena tersebut mulai meredup. Tak ada lagi sesuatu yang banyak diperbincangkan atau viral dari bisnis kue para artis tersebut. Sama seperti nasib Es Kepal Milo yang mulanya begitu digandrungi tapi kini sepi peminat.

Meredupnya bisnis kue artis ini sendiri sempat diungkap oleh President of Industry Pastry Alliance Chef Rahmat Kusnendi di sebuah acara Blue Band Master pada April lalu. Menurutnya, saat ini bisnis kue artis telah sepi peminat.

“Kalau dilihat (secara kasar), (peminatnya) dari 100 persen, mungkin tersisa 30-40 persen,” ungkap Rahmat seperti dikutip dari Kompas.com.

Rahmat sendiri menyoroti beberapa kekurangan dari fenomena bisnsi kue artis yang sempat booming tersebut. Di antaranya seperti yang sejak awal mengincar para penggemarnya sebagai target pasar, minimnya inovasi, dan kurangnya pondasi yang kuat seperti tidak adanya pengetahuan mumpuni soal kue dan bisnisnya.

Mantan GM R&D and Production Bread Life ini juga menegaskan bahwa kebanyakan artis memperlakukan bisnis kuenya layaknya bisnis fesyen. Para artis hanya mengandalkan strategi pemasaran melalui media sosial dengan memajang foto yang menggoda. Padahal, menurut Rahmat, bisnis makanan tidak hanya dilihat dari foto tapi juga perlu dirasakan.

“Banyak orang yang beli kue si artis karena senang lagi tren tapi akhirnya beli cuma sekali dan berakhir musiman saja,” terang Rahmat sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia.

Terkesan memanfaatkan fenomena yang sedang tren sehingga ikut-ikutan untuk terjun ke bisnis kue juga tampak. Fenomena berbisnis ikut-ikutan ini juga sempat disinggung oleh seorang pengusaha yang sukses menjalankan 4 bisnis sekaligus, Yossa Setiadi.

Yossa melihat bahwa sudah ada yang salah dengan kebiasaan para pengusaha musiman di Indonesia ini. Makanya, ia sendiri merasa tak heran apabila di Indonesia setiap harinya banyak bermunculan pengusaha-pengusaha baru, tapi setiap hari banyak juga yang berguguran atau bangkrut.

“Demam batu akik, semua pada main batu akik. Demam ojol (ojek online) semua pada ojol. Pada dasarnya nanti akan ketemu titik bejana. Titik bejana itu kembali ke porsi awalnya,” ujarnya kepada Berempat.com di Jakarta beberapa waktu lalu.

Yossa pun memberi contoh bagaimana dulu seorang mitra pengemudi ojek daring bisa mendapatkan penghasilan Rp 16 juta per bulan. Namun, saat ini sudah jarang atau hampir tak ada yang bisa mendapatkan penghasilan seperti itu karena semakin banyaknya yang mengikuti.

Pemilik usaha Bawang Goreng Soy yang sudah mendistribusikan produknya ke hotel bintang 5 di Indonesia ini pun menegaskan perlunya perenungan sebelum memulai bisnis. Ia mengambil cara dari ‘Jurus 6 Detik’ dari Anthony Dio Martin.

“Apa benar-benar jika saya lakukan ini manfaatnya besar? Dari situ bisa sadar, oh ternyata memang kita bukan kelasnya. Dan kacaunya di Indonesia itu, (mudah) panas-panasnya itu,” tegas Yossa.

Mengenal Taylor Fine Good, Merek Tas Traveling Lokal yang Sudah Merambah Luar Negeri

0

Berempat.com – Barangkali bukan hal sulit untuk menemukan produk Taylor Fine Good (TFG) di beberapa situs e-commerce kenamaan Indonesia macam Blibli.com hingga Zalora. Tapi, tahukah Anda kalau TFG merupakan merek lokal asal Surabaya yang bahkan sudah mengekspor produknya ke Malaysia dan Thailand?

TFG sendiri didirikan oleh Edwin Yani Widjaja pada 2012 silam. Bermodalkan uang Rp 5 juta, ia memulai bisnisnya untuk memproduksi tas dan tali kamera. Kini, menurut penuturan Edwin, TFG memiliki produk dengan spesifikasi yang menyasar hipster traveler.

Karena fokus dan begitu spesifiknya pasar yang dituju, Edwin berharap produknya dapat dipakai oleh para traveler dengan kesan beda dan fashionable. “Produk TFG menyasar generasi milenial,” sebutnya dalam acara Media Gathering The Big Start Indonesia di Surabaya, beberapa waktu lalu.

Untuk pemasaran sendiri, produknya banyak dijual di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Harga untuk setiap produknya pun dipatok terjangkau, yakni Rp 150.000 untuk strap kamera dan Rp 300.000-Rp 500.000 untuk tas.

Menurut pengakuan Edwin, saat ini TFG telah memasarkan produknya, baik secara offline yang tersebar di 36 toko di Indonesia dan daring yang memanfaatkan keberadaan e-commerce. Begitu larisnya produk TGF ini, Edwin pun sampai berhasil mendapatkan omset per bulan yang mencapai di atas Rp 100 juta.

“Omset di atas Rp 100 juta tapi di bawah Rp 1 miliar ya,” sebutnya.

Namun, perlu diketahui bahwa sebelum bisa seperti sekarang ini, Edwin pernah kesulitan dalam menjual produknya. Apalagi, ia mengaku bukan berasal dari kalangan keluarga pebisnis. Edwin pun memulai TGF dengan menyasar para fotografer. Alasannya, karena produk tas dan tali kamera kebanyakan merupakan produk impor.

Tetapi, sayangnya, selama 2 tahun penjualannya tak menjanjikan. Edwin justru cenderung merugi. Bahkan, ia mengaku produknya yang ditaruh di toko-toko kamera tak pernah dipajang.

Edwin pun memutar otak. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk memasarkan produknya ke distro-distro. Dengan demikian, otomatis produknya lebih memosisikan diri sebagai bagian dari lifestyle. Dan rupanya pilihan Edwin tepat. Pasalnya, produknya langsung diminati.

Dan kini, produknya pun sudah dipasarkan bukan hanya di Indonesia, tapi juga sampai ke luar negeri.

Laptop Penunjang Editing Video Berdaya Tahan Baterai Hingga 10 Jam. Ada?

0

Berempat.com – Pabrikan laptop asal Taiwan, Acer telah mengenalkan dua produk teranyarnya di Indonesia, yakni Acer Swift 3 dan 5. Kedua laptop ini punya keunggulan pada tipisnya bodi yang dimiliki. Tapi, yang menjadi sorotan adalah klaim Acer yang menyebut bahwa Acer Swift 3 punya daya tahan baterai hingga 10 jam.

Product Manager Acer Indonesia Suryadi Hiuamanbrata bahkan menyebut, laptop tipis tersebut juga cocok digunakan untuk bermain gim. Hanya saja, gim di kelas kasual.

“Dari kelas kasual seperti Dota, Fortnite, ini masih oke. Tapi untuk the real gamers, kami punya lini produk Predator,” terang Suryadi di Jakarta, Jumat (24/8).

Namun, Suryadi memastikan bahwa Swift 3 cocok bagi pengguna yang membutuhkan kinerja grafik terbaik. Pasalnya, laptop ini diklaim mampu menunjang penggunanya dalam pengeditan video dan semacamnya.

Suryadi menyebut, Acer Swift 3 ini didukung dengan varian prosesor Intel Core, mulai dari i3, i5, hingga i7. Dan dilengkapi dengan kartu grafis Nvidia MX150. Selain itu, laptop ini hanya memiliki berat 1,6 kilogram yang tentunya ringan dibawa ke mana pun. Laptop ini begitu ringan karena hanya punya ketebalan 18,7 milimeter dan layar 14 inch.

Di Indonesia, laptop ini hadir dengan 4 pilihan warna, seperti merah, pink, biru, dan silvel. Untuk harga, laptop ini akan dipasarkan hingga Rp 13 juta-an sesuai dengan prosesor yang dipilih. Namun, dalam rangka Acer Day 2018, sampai dengan 18 September mendatang Swift 3 akan dibanderol mulai dari Rp 6 juta.

ASC XII Bakal Berlangsung, Indonesia Diharapkan Jadi Juara Umum

0

Berempat.com – Indonesia bakal mengikuti kejuaraan ASEAN Skills Competition (ASC) ke-XII di Bangkok, Thailand, yang berlangsung selama 31 Agustus – 2 September 2018. ASC sendiri merupakan kompetisi dua tahunan di bidang edukasi terbesar bagi kawasan Asia Tenggara. Tujuannya adalah untuk mempromosikan perkembangan keterampilan pekerja muda dari negara ASEAN, meningkatkan daya saing negara ASEAN, dan meningkatkan persaudaraan di antara negara ASEAN.

Delegasi Indonesia sendiri memberikan catatan apik pada ajang tersebut. Indonesia pernah juara umum pada 2012, tiga kali menjadi juara kedua (2006, 2010, 2016), dan dua kali menjadi juara ketiga (2008 dan 2014).

Dua tahun lalu Indonesia berstatus sebagai juara kedua setelah berhasil mengumpulkan 13 emas, 2 perak, dan 7 perunggu. Karena itu, di tahun ini Indonesia ditargetkan mampu meraih 15 emas. Di tahun ini, Indonesia akan mengirimkan 114 delegasi untuk berkompetisi di ASC. Dari jumlah tersebut, sebanyak 44 pemuda akan berkompetisi.

“Saya ingin pada pelaksanaan tahun ini kita benar-benar bisa optimal melampaui target 15 emas. Walaupun tidak mudah saya ingin kita menjadi juara umum,” ujar Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri saat acara pelepasan 114 Delegasi Indonesia untuk ASC di Hotel Ciputra, Jakarta, Sabtu (25/8).

Adapun ke-44 pemuda Indonesia akan mengikuti 22 kejuruan dari 26 kejuruan yang dipertandingkan. 22 kejuruan tersebut di antaranya Welding, IT Software Solution for Business, Electronics, Web Design and Development, Electrical Installations, Bricklaying, Cabinet Making, Fashion Technology, Automobile Technology, Restaurant Service, Cooking, Mechatronics, Mechanical Engineering Desing-CAD, Graphic Design Technology, Refrigeration and Air Conditioning, IT Network Systems Administration, Beauty Therapy, Hair Dressing, Industrial Automation, Mobile Robotic, Joinery, dan Car Painting.

Dan agar bisa mencapai target, Hanif pun meminta agar delegasi Indonesia dapat bertanding serius dan penuh kebanggaan. Selain itu, Hanif juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu menyiapkan para delegasi terbaik untuk bisa mewakili Indonesia di ASC 2018.

“Saya ingin berterima kasih kepada para pakar, akademisi, Apindo, Kadin, perusahaan, para stakeholder yang sudah bersinergi bekerja keras bersama menyiapkan kader-kader terbaik bangsa untuk mengikuti ASC ke-12 di Bangkok,” ungkap Hanif.

Di Balik Kisah Terpilihnya KiosTix Sebelum Diputus Kontrak INASGOC

Berempat.com – Kiostix secara resmi tak lagi mengurusi penjualan tiket Asian Games 2018 setelah Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC) mengonfirmasi hal tersebut. Dalam konferensi pers, Deputi II bidang administrasi INASGOC Francis Wanandi memastikan bahwa INASGOC telah memutus kontrak KiosTix pada Jumat (24/8).

“Kami memindahkan kepada vendor berbeda. Dari KisoTix ke blibli (tiket.com), dan loket.com,” ujar Francis dalam konferensi pers di Jakarta.

Sebelumnya, penunjukkan Loket.com dilakukan INASGOC untuk melengkapi kongsi penjualan tiket Asian Games 2018 yang sudah dipegang oleh Kiostix dan Blibli. Namun, tak lama berselang rupanya Kiostix tak lagi tergabung dalam kongsi tersebut.

Memang, buruknya kemampuan KiosTix soal urusan pendistribusian dan penjualan tiket Asian Games 2018 menjadi sorotan publik. Mulai dari situs yang tak bisa diakses sebab server yang down, muncul kasus tiket ganda, pembeli yang tak menerima kode voucher meskipun telah mentransfer nominal sesuai harga dan telah mendapatkan konfirmasi, hingga menyebabkan antrean panjang saat penukaran e-voucher dengan tiket fisik.

Sebetulnya, ditunjuknya Kiostix sebagai pengelola tunggal tiket Asian Games 2018 cukup dipertanyakan. Pasalnya, sebuah vendor harus benar-benar siap untuk bisa mengelola tiket sendirian untuk event sebesar Asian Games 2018 yang tentu dapat menarik animo masyarakat yang besar. Sementara itu, kemampuan KiosTix dalam mengelola tiket dengan animo yang cukup besar pernah sangat mengecewakan.

Tak memuaskannya layanan Kiostix pernah dirasakan penggemar sepak bola tanah air saat Tim Nasional Indonesia berhasil lolos ke semifinal AFF Cup 2016 silam. Saat itu, PSSI memberikan jatah kepada Kiostix untuk mendistribusikan 27 ribu tiket. Namun, sayangnya, Kisotix justru tak sanggup optimal dalam melayani pembelian tiket. Situs yang tak bisa diakses sebab server down selama berhari-hari menjadi pemicunya. Kendala yang sama dengan saat ini.

“Animonya sangat luar biasa, kami menghadapi traffic yang luar biasa. Sebenarnya kami siap (menjual), tapi kami tak bisa menghadapi kendala akses yang ini luar biasa. Seperti antrean yang panjang, jadi harus menunggu,” kilah Head of Sales Kiostix Andika Putra saat itu sebagaimana dikutip dari Goal.com.

Lantaran hal tersebut, PSSI pun sampai harus turun tangan dan menjual tiket secara offline di markas Kostrad.

Bila melihat ketidakmampuan Kiostix saat harus mengelola 27 ribu tiket kala itu, maka sudah semestinya INASGOC tak boleh begitu saja menyerahkan sepenuhnya penjualan tiket Asian Games 2018 kepada KiosTix sendirian. Sebab dilihat dari jumlah pembeli tiket, sudah pasti akan berkali-kali lipat lebih banyak dibanding saat semifinal AFF Cup 2016. Bila mengurus tiket untuk semifinal AFF Cup 2016 saja sudah kepayahan, apalagi untuk mengurusi event sebesar Asian Games 2018?

Sementara itu, di pihak KiosTix pun semestinya sudah bisa mempersiapkan diri lebih baik saat ditunjuk menjadi pengelola tiket Asian Games 2018. Namun, sepertinya hal tersebut tak dilakukan. Pasalnya, selain situs yang kembali sulit diakses, ruwetnya proses penukaran tiket juga masih diterapkan.

Karena semestinya, sudah tak perlu lagi ada penukaran ke dalam bentuk tiket fisik untuk pembelian tiket secara daring. Panitia seyogianya cukup melakukan scaning pada barcode tiket daring yang dipegang pembeli. Namun, teknologi scanning barcode itu sepertinya tak diterapkan oleh KiosTix.

Karena itulah, sempat muncul pertanyaan, bagaimana bisa pengelolaan tiket Asian Games 2018 hanya diserahkan kepada satu vendor saja dan membuat INASGOC menafikan banyak perusahaan ticketing besar dalam tender macam Rajakarcis dan Tiket.com untuk turut andil di awal.

Pernyataan yang Kontradiktif

Kisah terpilihnya KiosTix sebagai vendor tunggal pengelolaan tiket Asian Games 2018 sendiri sebetulnya cukup menarik. Dalam konferensi pers saat pemutusan kontrak KiosTix, Francis menyebut bahwa KiosTix sebetulnya bukan pilihan pertama. Di awal, Francis mengaku bahwa INASGOC sudah memilih Yosong, perusahaan asal Korea yang menjadi vendor tiket Olympic Winter dan Asian Games Incheon.

“Mereka ini secara sistem bagus karena sudah terbukti sistemnya di olimpaide, sudah digunakan,” ujar Francis.

Namun, Francis menyebut bahwa Yosong secara tiba-tiba memilih mundur. Saat itulah Kiostix menjadi pilihan INASGOC. Dalam keterangannya, Francis seolah menyebut bahwa KiosTix tak punya cukup kesiapan dalam sisa waktu menuju Asian Games 2018 sehingga terjadilah kendala seperti saat ini.

“Perusahaan seperti KiosTix itu untuk menyiapkan selama dua bulan itu terlalu pendek,” jelasnya.

Dipilihnya KiosTix pun, menurut Francis, lantaran pihak KiosTix berani memberi minimum garansi yang besar.

“Dulu itu, ada parameter-parameternya, ada sistem menjual hak kepada pihak ketiga. Kami minta garansi minimal yang harus dijaminkan. Itu salah satu faktornya, memang ada sisi komesil. Mereka berani memberi minimum garansi yang besar,” dia menjelaskan.

Menilik dari penjabaran Francis dalam proses penunjukkan KiosTix, agaknya terlalu kontradiktif dengan pernyataan Direktur Ticketing Panitia Pelaksana Asian Games 2018 Sarman Simanjorang saat konferensi pers bulan Juni lalu.

“Perlu diketahui sejak 2016, sudah ada 11 perusahaan ticketing yang sudah mendaftar, tapi akhirnya yang menang adalah KiosTix. Setidaknya ada beberapa kireteria yang dipenuhi KiosTix, yakni dari segi IT atau kemanan, cakupan distribusi yang luas dan kemampuan perusahaan itu sendiri dalam mengatur tiket,” jelas Sarman kala itu sebagaimana dikutip dari Tribunnews.

Dalam pernyataan tersebut Sarman seolah sangat yakin bahwa INASGOC telah memilih vendor yang tepat. Pasalnya, KiosTix diyakini memiliki kecakapan dari segi IT dan keamanan, serta kemampuan perusahaan dalam mengatur tiket. Tentu, keyakinan tersebut agaknya mesti dievaluasi bila melihat kemampuan KiosTix dalam mengelola tiket AFF Cup 2016 silam.

Dan kelalaian INASGOC dalam memberikan kepercayaan tunggal kepada KiosTix pun akhirnya terjawab saat ini. Kendati mulanya INASGOC memilih memecah lebih dulu pengelolaan tiket Asian Games 2018 dengan memasukkan BliBli dan Loket, namun pada akhirnya INASGOC memilih memutus kontrak KiosTix kemudian.