Selasa, November 26, 2024
Top Mortar Gak Takut Hujan
Beranda blog Halaman 23

Forum Ekonomi Biru ASEAN Jadi Upaya Indonesia untuk Masa Depan Ekonomi Berkelanjutan

Dalam rangka mendukung Laos yang menjadi Ketua ASEAN pada tahun 2024, Indonesia menyelenggarakan Forum Ekonomi Biru ASEAN ke-2 di Vientiane, Laos, pada Sabtu (10/8). Forum ini merupakan langkah penting dalam penerapan Kerangka Kerja Ekonomi Biru ASEAN (ASEAN Blue Economy Framework – ABEF), yang telah disetujui oleh para pemimpin ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi ke-43 pada 5 September 2023.

Penyelenggaraan serangkaian kegiatan terkait Ekonomi Biru oleh Laos, dengan dukungan dari Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas serta koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, merupakan langkah positif untuk terus menjaga keberlanjutan prioritas Indonesia dan memastikan isu Ekonomi Biru terus menjadi topik pembahasan di ASEAN.

Rencana Matang untuk Implementasi Kerangka Kerja Ekonomi Biru

Pelaksanaan ABEF membutuhkan rencana yang matang, komprehensif, dan praktis. Oleh karena itu, sangat penting untuk meningkatkan kesadaran di antara negara-negara ASEAN tentang penerapan inisiatif Ekonomi Biru, serta mengeksplorasi potensi kemitraan dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan dan mitra wicara ASEAN. Upaya ini akan membantu menghasilkan hasil yang konkret dan signifikan dalam memajukan agenda Ekonomi Biru di ASEAN, yang saat ini berkontribusi hampir 30 persen terhadap skala ekonomi di kawasan.

Dalam pembukaan pelaksanaan Forum Ekonomi Biru ASEAN kedua, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas menyatakan bahwa ASEAN dapat memimpin pengembangan ekonomi biru secara global dengan memanfaatkan potensi laut dan sumber daya airnya. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan kemakmuran bersama dengan memperkuat kerja sama dan kolaborasi.

Forum ini kemudian dibagi menjadi tiga sesi utama berdasarkan strategi utama Ekonomi Biru ASEAN yaitu Konservasi Biru, Sains, Teknologi dan Inovasi Biru, serta Penciptaan Nilai Tambah dalam Sektor Prioritas.

“Kerja sama Blue Economy memiliki arti penting di kawasan ASEAN dan juga sub-regional dalam kerangka kerja sama IMT-GT. Kita perlu meningkatkan sinergi kedua inisiatif ini untuk memaksimalkan potensi Blue Economy. Pemerintah Daerah juga perlu dilibatkan dengan lebih baik,” tutur Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kemenko Perekonomian Netty Muharni yang turut hadir dalam forum tersebut. Beliau menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah memiliki berbagai inisiatif dalam Blue Economy yang dapat didukung, seperti pemanfaatan teknologi untuk keperluan pelacakan mangrove di Kalimantan.

Rekomendasi Praktis untuk Implementasi Ekonomi Biru

Forum ini menghasilkan sejumlah rekomendasi praktis terkait Ekonomi Biru yang dapat dipertimbangkan oleh ASEAN, antara lain pembentukan aliansi ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi regional untuk mendorong adopsi teknologi dalam ekonomi biru, melibatkan sektor swasta untuk mendorong komersialisasi teknologi, dan pembiayaan bersama dalam proyek percontohan serta penelitian dan pengembangan di sektor prioritas biru.

Hasil-hasil dari pertemuan tersebut kemudian dipresentasikan oleh Indonesia dalam pertemuan pertama ASEAN Task Force on Blue Economy (1st ACTF-BE) untuk menjadi rekomendasi dalam penyusunan ASEAN Blue Economy Implementation Plan.

Sebagai bagian dari kegiatan forum, peserta diajak melakukan kunjungan ke Nam Ngum 1 Hydropower Plant, sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang memanfaatkan arus Sungai Nam Ngum, salah satu anak sungai Mekong. PLTA ini mampu menyediakan sekitar 50 persen kebutuhan listrik Laos.

Duta Besar RI untuk Laos H.E. Grata Endah Werdaningtyas dalam acara kunjungan ini menyampaikan bahwa Sungai Mekong menjadi sungai yang menghubungkan kehidupan masyarakat di Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Tiongkok, karena banyak anak sungai dan aliran sungai yang lebih kecil mengalir dari berbagai negara tersebut.

Selanjutnya, untuk mengawal implementasi dari Kerangka Kerja Ekonomi Biru ASEAN juga dilaksanakan pertemuan pertama ASEAN Task Force on Blue Economy (1st ACTF-BE). Pertemuan ini akan dilaksanakan secara rutin untuk mengidentifikasi, mengawal, dan melaporkan inisiatif ekonomi biru di ASEAN dalam upaya menjadikan ekonomi biru sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru di kawasan.

Utang Luar Negeri Indonesia Naik 2,7% di Kuartal II, BI Pastikan Masih Terkendali

Bank Indonesia (BI) menginformasikan bahwa Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal II 2024 masih dalam kondisi terkontrol. Total ULN Indonesia tercatat sebesar USD 408,6 miliar atau setara dengan Rp 6.403 triliun (dengan kurs 1 USD = Rp 15.670).

ULN Indonesia menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), yang merupakan peningkatan dari 0,2% pada kuartal I 2024. “Peningkatan ini didorong oleh kenaikan utang luar negeri baik dari sektor publik maupun swasta,” ungkap Erwin Haryono, Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Kamis (15/8/2024).

Kontraksi Utang Luar Negeri Pemerintah

Sementara itu, utang luar negeri pemerintah mencatat penurunan pertumbuhan. Pada kuartal II 2024, posisi ULN pemerintah berada di angka USD 191,0 miliar, mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,8% yoy, melanjutkan tren dari kuartal sebelumnya yang sebesar 0,9% yoy.

Perkembangan ini terutama disebabkan oleh penyesuaian dalam penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik, yang dipengaruhi oleh tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.

Erwin juga menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang tepat waktu. Selain itu, pengelolaan ULN dilakukan secara pruden, terukur, opportunistik, dan fleksibel untuk mendapatkan pembiayaan yang efisien dan optimal.

“Sebagai salah satu instrumen pembiayaan APBN, penggunaan ULN diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dan belanja prioritas, sambil tetap memperhatikan keberlanjutan pengelolaan ULN,” tambahnya.

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah utamanya berada di Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (20,9% dari total ULN pemerintah), diikuti oleh Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,8%), Jasa Pendidikan (16,8%), Konstruksi (13,6%), serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,5%).

Posisi ULN pemerintah dinilai terkendali karena hampir seluruhnya berjangka panjang, dengan proporsi mencapai 99,99% dari total ULN pemerintah.

Utang Luar Negeri Swasta Tetap Stabil

Di sisi lain, ULN swasta juga tetap terjaga. Pada kuartal II 2024, posisi ULN swasta mencapai USD 196,5 miliar, tumbuh 0,3% yoy setelah pada kuartal I 2024 mengalami kontraksi sebesar 1,2% yoy.

“Pertumbuhan ini didorong oleh ULN perusahaan nonlembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang tumbuh 0,6% yoy, sementara ULN lembaga keuangan (financial corporations) masih mencatatkan kontraksi sebesar 0,9% yoy,” jelas Erwin.

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik dan Gas; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan kontribusi sebesar 79,1% dari total ULN swasta. ULN swasta juga didominasi oleh utang jangka panjang, yang mencapai 76,7% dari total ULN swasta.

Meski Kontraksi 4,3%, Penerimaan Negara Juli 2024 Tetap Menunjukkan Tren Positif

0

Penerimaan negara hingga Juli 2024 telah mencapai Rp1.545,4 triliun atau 55,1 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Namun, terdapat kontraksi sebesar 4,3 persen dibandingkan tahun lalu,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi APBN Kita yang diselenggarakan secara hybrid di Jakarta, Selasa (13/8/2024).

Kinerja Penerimaan Pajak Tetap Tumbuh Positif

Berdasarkan data tersebut, Menkeu mengungkapkan bahwa total penerimaan pajak hingga Juli 2024 mencapai Rp1.045,32 triliun atau setara 52,56 persen dari target APBN. Tren itu menunjukkan kinerja penerimaan negara lebih baik dan mencatatkan pertumbuhan positif dari realisasi sebelumnya.

Menkeu menjelaskan bahwa tren positif itu berasal dari penerimaan PPN dan PPnBM yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,34 persen secara bruto atau setara Rp 402,16 triliun, serta PBB dan pajak lainnya yang tumbuh sebesar 4,14 persen atau mencapai Rp 10,07 triliun.

Meski demikian, terdapat juga penerimaan pajak yang mengalami kontraksi seperti PPH Non-Migas dan PPH migas akibat pelemahan harga komoditas dan penurunan lifting minyak bumi.

“Ekonomi tumbuh meskipun ada beberapa institusi yang menyebabkan penerimaan netonya mengalami penurunan. Namun, dari sisi bruto pertumbuhannya cukup baik,” ungkap Menkeu.

Berdasarkan jenis pajaknya, Menkeu melaporkan mayoritas tumbuh positif seiring dengan aktivitas ekonomi yang terjaga. PPh 21 tumbuh positif yaitu sebesar 26,6 persen, PPh 22 impor tumbuh 5,6 persen, PPN impor tumbuh 4,5 persen, dan diikuti dengan pertumbuhan dari PPh OP, PPH 26, PPH final dan PPN DN. Di mana pertumbuhan ini menunjukkan kegiatan ekonomi yang terus bergerak.

Perkembangan Penerimaan Bea dan Cukai

Selain penerimaan pajak, Menkeu juga menyampaikan penerimaan negara yang berasal dari bea dan cukai yang mencapai Rp 154,4 triliun atau setara 48,1 persen dari total target APBN 2024. Meski begitu, penerimaan bea dan cukai menunjukkan perkembangan yang bervariasi. Menkeu menyebut, bea masuk tumbuh positif sebesar 2,1 persen atau Rp 29,0 triliun dikarenakan nilai impor yang meningkat. Penerimaan bea keluar juga mengalami pertumbuhan tinggi sebesar Rp9,3 triliun atau tumbuh 58,1 persen secara year on year (yoy).

“Kontribusi terbesar berasal dari tembaga yang tumbuh 928 persen. Namun, untuk sawit, penerimaan masih menurun 60 persen karena harga CPO (Crude Palm Oil) turun 5,9 persen year on year dari US$865 menjadi US$814 per ton, dan volume ekspor turun 15,48 persen dari 24,01 juta ton menjadi 20,29 juta ton,” kata Menkeu.

Selain itu, penerimaan cukai juga mengalami pertumbuhan positif sebesar Rp116,1 triliun atau sebesar 0,5 persen atau secara keseluruhan setara dengan 47,2 persen dari target APBN 2024. Adapun pertumbuhan itu berasal dari penerimaan cukai HT yang tumbuh sebesar 0,1 persen, cukai EA tumbuh sebesar 21,8 persen, serta cukai MMEA (Minuman Mengandung Etil Alkohol) juga tumbuh sebesar 10,6 persen berkat perubahan tarif dan peningkatan produksi.

“Sementara, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga masih terjaga baik. Kita mendapatkan Rp338 triliun yang artinya 68,7 persen dari target, dibandingkan dengan tahun lalu yang sangat tinggi karena PNBP dari SDA baik yang migas maupun non-migas,” ujar Menkeu.

Pemerintah Siapkan Strategi Khusus untuk Dominasi Pasar Furnitur Non-Tradisional

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) gencar melakukan langkah strategis dalam memperluas pasar non-tradisional bagi produk furnitur Indonesia. Dengan potensi nilai tambah yang tinggi, subsektor industri ini memiliki peran penting dalam mendukung perekonomian nasional.

Sebagai salah satu langkah konkret, Kemenperin aktif berpartisipasi dalam Pameran IndexPlus Delhi 2024, ajang internasional terbesar di India yang fokus pada interior, arsitektur, dan desain. Pameran yang berlangsung dari 9-11 Agustus 2024 ini mencatatkan komitmen bisnis sebesar Rp17 miliar dari Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, di Jakarta pada hari Selasa (13/8).

Kehadiran Indonesia di Indonesia Furniture Pavilion melibatkan enam kolaborasi antara perusahaan dan desainer furnitur, yaitu Cocoon Asia dengan Handyanto Hardian, Chakra Naga Furniture bersama Chyntia Margareth, Wisanka dan Suskariyanto, Dekor Asia Jayakarya bersama Gege Noby, Satori Rattan dengan Zulyo Kumara, serta Nafarrel Furniture dan Vincentius Aldi Masella.

Strategi Pemerintah untuk Peningkatan Penguasaan Pasar

Untuk merespon tren industri furnitur dan menguasai pasar, pemerintah telah menyiapkan strategi yang fokus pada lima aspek utama: pertama, memfasilitasi ketersediaan bahan baku; kedua, meningkatkan keterampilan sumber daya manusia; ketiga, memperkuat riset pasar dan perluasan pasar; keempat, meningkatkan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk; serta kelima, menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mendorong investasi.

Pemerintah juga memberikan kemudahan kepada pelaku industri furnitur melalui kebijakan insentif perpajakan seperti tax allowance, serta menyederhanakan prosedur ekspor produk hilir dan impor bahan baku.

“Langkah-langkah ini mencerminkan dukungan pemerintah untuk memajukan industri dalam negeri yang mandiri dan kompetitif,” jelas Putu.

Pertumbuhan Industri Furnitur di Semester Pertama 2024

Pada semester pertama tahun 2024, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri furnitur mencapai 0,50%. Ini merupakan perkembangan positif, mengingat dua tahun sebelumnya industri ini mengalami penurunan.

“Pertumbuhan industri furnitur sempat turun menjadi 1,99% pada tahun 2022, lalu menurun lagi ke 2,04% pada tahun 2023. Namun, di semester pertama tahun 2024 ini, pertumbuhannya meningkat sebesar 0,50%. Meskipun fluktuatif, pada tahun 2021, industri ini pernah mencapai pertumbuhan 8,16%,” ujar Dirjen Industri Agro.

Pada periode yang sama, industri furnitur, termasuk furnitur logam dan plastik, menyumbang 1,1% terhadap PDB non-migas, dengan nilai ekspor mencapai USD1,02 miliar.

Menurut data dari Expert Market Research, nilai pasar furnitur global pada tahun 2023 adalah USD629 miliar dan diproyeksikan tumbuh sebesar 5% pada tahun 2024. Hal ini membuka peluang besar bagi furnitur Indonesia untuk masuk ke pasar global, termasuk di India.

Saat membuka Indonesia Furniture Pavilion di pameran IndexPlus pada Jumat (9/8), Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri, Ignatius Warsito, menjelaskan bahwa pasar India memiliki potensi yang sangat besar. Berdasarkan data IndexPlus, pasar konsumen India diperkirakan akan menjadi terbesar ketiga di dunia pada tahun 2027. Selain itu, 37% populasi India kini tinggal di daerah perkotaan, yang terus meningkat, mendorong pembangunan hunian dan sektor hospitality. Pasar furnitur India sendiri mencapai USD41 miliar, menjadikannya konsumen furnitur terbesar keempat di dunia.

Peningkatan bisnis pariwisata, kebutuhan pemukiman dan perkantoran, serta tren belanja online yang meningkat berkat teknologi industri 4.0, semuanya mendukung pertumbuhan pasar furnitur. Permintaan akan furnitur yang ramah lingkungan, fungsional, ergonomis, dan kustomisasi juga menjadi tren yang menarik.

“Potensi pasar yang besar dan tren dinamis ini diharapkan dapat menjadi perhatian bagi seluruh pelaku industri furnitur, termasuk para desainer yang berperan besar dalam menciptakan desain furnitur yang menarik dan sesuai dengan pasar,” kata Warsito.

Produk Olahan Tuna dan Cakalang Indonesia Kini Bebas Bea Masuk di Jepang

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa kabar baik dengan memastikan produk olahan tuna dan cakalang dari Indonesia dapat masuk ke pasar Jepang tanpa dikenai bea masuk.

Hal ini diwujudkan melalui penandatanganan perjanjian protokol perubahan Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA). Naskah perjanjian tersebut ditandatangani secara virtual oleh Menteri Perdagangan RI dan Menteri Luar Negeri Jepang pada 8 Agustus 2024, menandai keberhasilan upaya KKP selama ini.

Rincian Produk Bebas Tarif ke Jepang

Produk-produk yang termasuk dalam kesepakatan tersebut mencakup empat pos tarif, yaitu Skipjack dan bonito lainnya dalam kemasan kedap udara (HS 1604.14.010), tuna dalam kemasan kedap udara (HS 1604.14.092), Skipjack dan bonito lainnya yang direbus dan dikeringkan (HS 1604.14.091), serta produk lainnya (HS 1604.14.099).

“Bulan kemerdekaan ini menjadi momentum istimewa bagi kami. Harapannya, hal ini akan meningkatkan ekspor produk-produk tersebut ke Jepang serta menarik minat investasi di sektor perikanan Indonesia,” ujar Budi Sulistiyo, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (13/8/2024).

Budi menjelaskan bahwa terdapat persyaratan tambahan untuk produk dengan kode HS 1604.14.091 dan HS 1604.14.099, yaitu ukuran panjang bahan baku minimal 30 cm. Saat ini, KKP dan Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (MAFF) Jepang tengah menyelesaikan prosedur operasional melalui sertifikat barang yang telah disepakati bersama.

“Indonesia mengusulkan penggunaan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI) untuk memenuhi persyaratan ini. SHTI sendiri telah disesuaikan dengan Japan Catch Documentation Scheme (JCDS),” jelas Budi.

Pembebasan Tarif Lainnya untuk Produk Perikanan Indonesia

Selain empat pos tarif tersebut, Budi juga menyampaikan bahwa Indonesia telah berhasil mendapatkan pembebasan tarif 0% untuk 67 pos tarif produk perikanan lainnya ke pasar Jepang. Produk ini termasuk yellowfin tuna beku, fillet tilapia segar, fillet swordfish beku, kerang, olahan lobster, dan rajungan beku asal indonesia. Kesepakatan ini akan mulai diimplementasikan setelah proses ratifikasi di parlemen kedua negara.

“Penandatanganan pada tingkat menteri dari kedua negara telah dilakukan. Kami berharap perjanjian ini dapat segera efektif,” tambah Budi.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, telah mencanangkan tahun 2024 sebagai tahun Tuna. Melalui branding seafood Indonesia yang aman, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, diharapkan sinergi dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan dapat semakin memperkuat akses pasar dan memberikan manfaat yang besar, baik bagi masyarakat Indonesia maupun masyarakat global.

Mengenal Berbagai Sumber Pasif Income yang Bisa Kamu Coba

Pernahkah kamu membayangkan bisa mendapatkan penghasilan tanpa harus bekerja keras setiap hari? Inilah keajaiban dari pasif income! Kali ini, Berempat.com akan membahas berbagai sumber pasif income yang dapat membantu kamu meningkatkan pendapatan dan mengamankan masa depan finansialmu.

Apa Itu Pasif Income?

Pasif income adalah jenis penghasilan yang kamu dapatkan secara berkelanjutan dengan sedikit atau tanpa usaha aktif setelah usaha awal dilakukan. Contohnya, jika kamu berinvestasi di properti atau saham, kamu bisa mendapatkan pendapatan dari sewa atau dividen tanpa harus bekerja setiap hari.

Mengapa Pasif Income Penting?

Pasif income bisa menjadi kunci menuju kebebasan finansial. Dengan pendapatan yang terus mengalir, kamu bisa lebih fokus pada hal-hal yang kamu sukai, mengurangi stres finansial, dan bahkan pensiun lebih awal.

Berbagai Sumber Pasif Income yang Bisa Kamu Coba

Berikut ini beberapa sumber pasif income yang populer dan bisa kamu coba:

1. Investasi Saham dan Dividen

Salah satu cara paling umum untuk mendapatkan pasif income adalah melalui investasi saham. Kamu bisa membeli saham perusahaan yang menawarkan dividen secara teratur. Dividen ini akan menjadi penghasilan pasif yang masuk ke rekeningmu, biasanya setiap kuartal. Pilihlah saham dari perusahaan yang memiliki track record baik dan pertumbuhan yang stabil.

2. Properti dan Sewa

Investasi properti bisa menjadi sumber pasif income yang menguntungkan. Kamu bisa membeli properti seperti rumah atau apartemen, lalu menyewakannya kepada orang lain. Pendapatan dari sewa ini bisa menjadi sumber penghasilan pasif yang cukup besar, terutama jika kamu memiliki beberapa properti.

3. Reksa Dana dan Obligasi

Reksa dana dan obligasi adalah pilihan investasi yang lebih aman dibandingkan saham. Reksa dana adalah dana yang dikelola oleh manajer investasi yang menginvestasikan uangmu ke berbagai aset. Sementara itu, obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah, yang memberikanmu bunga tetap selama jangka waktu tertentu. Kedua instrumen ini bisa memberikan penghasilan pasif yang stabil.

4. Bisnis Online dan Afiliasi

Jika kamu memiliki keahlian dalam bidang tertentu, kamu bisa mencoba bisnis online atau menjadi afiliasi. Misalnya, kamu bisa membuat blog atau kanal YouTube yang menghasilkan uang dari iklan atau penjualan produk afiliasi. Setelah kontenmu cukup banyak dan memiliki audiens, kamu bisa mendapatkan penghasilan tanpa harus terus-menerus membuat konten baru.

5. Royalti dari Karya Kreatif

Jika kamu adalah seorang seniman, musisi, penulis, atau pembuat konten kreatif lainnya, kamu bisa mendapatkan pasif income dari royalti. Misalnya, jika kamu menulis buku, kamu bisa mendapatkan royalti dari penjualan buku tersebut. Hal yang sama berlaku untuk musik, fotografi, dan karya seni lainnya.

6. Peer-to-Peer Lending

Peer-to-peer lending adalah metode di mana kamu meminjamkan uang kepada orang lain melalui platform online, dan mendapatkan bunga dari pinjaman tersebut. Meskipun ada risiko gagal bayar, banyak platform yang menawarkan asuransi atau proteksi untuk mengurangi risiko.

7. Aplikasi Cashback dan Reward

Ada banyak aplikasi dan platform yang menawarkan cashback atau reward untuk aktivitas sehari-hari seperti belanja, membayar tagihan, atau bahkan hanya berjalan kaki. Dengan memanfaatkan aplikasi ini, kamu bisa mendapatkan sedikit pasif income dari aktivitas yang biasa kamu lakukan.

Tips Memulai Pasif Income

Sebelum terjun ke dunia pasif income, ada beberapa tips yang perlu kamu perhatikan:

  • Lakukan Riset Mendalam: Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan investasi. Pelajari setiap pilihan dengan baik dan pahami risikonya.
  • Diversifikasi: Jangan menaruh semua telurmu dalam satu keranjang. Cobalah beberapa sumber pasif income untuk meminimalkan risiko.
  • Mulai dari yang Kecil: Jika kamu baru memulai, cobalah investasi kecil-kecilan terlebih dahulu sebelum beralih ke yang lebih besar.
  • Konsisten dan Sabar: Pasif income tidak bisa dihasilkan dalam semalam. Dibutuhkan waktu dan konsistensi untuk melihat hasil yang signifikan.

Pasif income bisa menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan pendapatan dan mencapai kebebasan finansial. Dengan berbagai pilihan yang tersedia, kamu bisa memilih sumber pasif income yang sesuai dengan minat dan kemampuanmu.

Harga Emas Tembus Level Tertinggi Bulan Ini, Apa Penyebabnya?

0

Pada perdagangan hari Senin, harga emas mengalami peningkatan lebih dari 1%, mencapai puncak tertinggi sejak 2 Agustus. Kenaikan ini didorong oleh minat investor terhadap aset safe haven menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat minggu ini.

Rilis data inflasi ini akan menjadi indikator penting bagi investor emas dalam menilai kebijakan suku bunga yang mungkin diambil oleh Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

Menurut laporan dari CNBC, Selasa (13/8/2024), harga emas di pasar spot meningkat lebih dari 1%, mencapai USD 2.458,25 per ons pada pukul 15.29 GMT. Sementara itu, harga emas berjangka AS mencatat kenaikan sekitar 1%, menjadi USD 2.497,40 per ons.

Jim Wycoff, seorang analis senior di Kitco Metals, berkomentar, “Yang kita saksikan saat ini adalah adanya dukungan harga yang dipicu oleh tren bullish pada grafik emas, yang menarik minat pembelian teknis.”

Ia menambahkan, “Selain itu, ada permintaan safe haven akibat meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah.”

Situasi Geopolitik Mempengaruhi Harga Emas

Di Gaza selatan, pasukan Israel melanjutkan operasinya di dekat kota Khan Younis pada hari Senin. Hal ini terjadi di tengah desakan internasional untuk mencapai kesepakatan guna menghentikan pertempuran dan mencegah konflik yang lebih luas dengan Iran dan sekutunya.

Di tempat lain, pasukan Ukraina berhasil menerobos perbatasan Rusia pada hari Selasa lalu, mengambil alih beberapa wilayah di barat Kursk, Rusia, yang menunjukkan kelemahan dalam pertahanan perbatasan Rusia.

Investor juga akan memperhatikan data harga produsen AS yang akan dirilis pada hari Selasa dan angka harga konsumen pada hari Rabu untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang inflasi.

Gubernur Fed, Michelle Bowman, dalam pernyataannya pada hari Sabtu, tampak lebih lunak dibandingkan dengan sikap biasanya yang agresif. Dia mencatat adanya beberapa kemajuan dalam pengendalian inflasi dalam beberapa bulan terakhir.

Pasar memprediksi peluang sekitar 49% untuk penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh Federal Reserve pada bulan September, menurut alat FedWatch dari CME Group.

Tren dan Prediksi Harga Emas

Emas dikenal sebagai lindung nilai yang efektif terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, terutama di tengah suku bunga yang rendah. Menurut TD Securities, “Dari sudut pandang apa pun, emas kini menjadi komoditas yang menarik perhatian pasar. Meskipun optimisme tinggi, posisi dana makro mungkin sudah maksimal tanpa adanya resesi dalam waktu dekat.”

Sebelumnya, harga emas diperkirakan akan mencapai puncaknya pada kuartal keempat 2024, didukung oleh harapan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan dukungan berkelanjutan dari arus masuk Exchange Traded Funds (ETF) serta pembelian oleh bank sentral. Dalam situasi geopolitik yang tidak stabil, harga emas diperkirakan akan terus mendapat dorongan signifikan.

Ewa Manthey, seorang ahli strategi komoditas di ING, menyatakan bahwa meskipun emas mengalami penurunan pada awal pekan akibat aksi jual ekuitas global yang dipicu oleh kekhawatiran resesi di AS, potensi emas untuk kembali menguat tetap besar.

“Emas, yang biasanya menjadi aset yang dicari saat ketidakpastian meningkat, sempat mengalami penurunan tajam pada hari Senin, kemungkinan karena likuidasi untuk menutupi margin call pada aset lain,” jelas Manthey, seperti dikutip dari Kitco.com pada Senin (12/8/2024).

Meski mengalami penurunan, Manthey optimis bahwa harga emas akan kembali naik, didukung oleh ketidakpastian geopolitik yang berkelanjutan dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.

Sepanjang tahun 2024, harga emas telah meningkat sekitar 15%, menjadikannya salah satu komoditas dengan kinerja terbaik tahun ini. Kenaikan ini didorong oleh pembelian bank sentral, konsumen di Asia, dan ekspektasi akan kebijakan moneter yang lebih longgar dari Fed.

Tinjau Proyek Infrastruktur di IKN, Airlangga Hartarto Tekankan Efektivitas dan Koordinasi

Pada hari Senin (12/08), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, melaksanakan kunjungan ke Ibu Kota Nusantara (IKN). Dalam kunjungan ini, beliau turut hadir dalam Sidang Kabinet Paripurna pertama yang diadakan di IKN. Seusai rapat tersebut, Menko Airlangga bersama Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono, dan sejumlah pejabat lainnya dari Kemenko Perekonomian, menginspeksi perkembangan proyek infrastruktur vital di IKN.

“Pembangunan infrastruktur yang berhasil akan mendukung berbagai kegiatan Kemenko Perekonomian dan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara,” ujar Menko Airlangga.

Inspeksi Menko Airlangga ke Proyek Infrastruktur Penting

Selama kunjungannya, Menko Airlangga mengevaluasi beberapa lokasi penting, termasuk Kantor Kemenko 02 (Kemenko Perekonomian), Rumah Dinas Menko Perekonomian, dan Rumah Susun untuk Aparatur Sipil Negara (ASN). Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan bahwa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Kemenko Perekonomian di IKN dibangun dengan baik, dan memastikan kesiapan Kemenko Perekonomian dalam menjalankan tugas-tugas koordinasinya ketika berpindah ke IKN.

Dari hasil inspeksi yang dilakukan, terlihat bahwa dari empat tower yang direncanakan untuk Kantor Kemenko 02, Tower 4 telah mencapai 90% penyelesaian. Pembangunan tower tersebut akan segera dilengkapi dengan furniture dan peralatan kerja. Sementara itu, tiga tower lainnya masih dalam proses pembangunan dan mencapai sekitar 50% penyelesaian.

Menko Airlangga juga memeriksa kondisi rumah dinas untuk dirinya. Ia melihat bahwa pembangunan rumah dinas tersebut sudah selesai dan selanjutnya akan dilengkapi dengan furniture dan perlengkapan lain sebelum dapat ditempati.

Komitmen Menko Airlangga dalam Penyelesaian Tepat Waktu

Melihat perkembangan tersebut, Menko Airlangga menekankan pentingnya penyelesaian tepat waktu untuk semua infrastruktur yang sedang dibangun. Ia berharap bahwa seluruh infrastruktur yang diperlukan bisa diselesaikan sesuai jadwal, sehingga Kemenko Perekonomian dapat menjalankan tugasnya dengan optimal di IKN.

Dengan tersedianya infrastruktur yang memadai, Kemenko Perekonomian diharapkan dapat meningkatkan efektivitas koordinasi dan pengawasan, yang merupakan tanggung jawab utama mereka, serta memberikan dampak positif terhadap pengembangan ekonomi Indonesia di IKN. Menko Airlangga Hartarto juga menambahkan bahwa kehadiran infrastruktur yang lengkap akan mendukung transisi Kemenko Perekonomian ke IKN dan memastikan bahwa kinerja kementerian tetap efisien dan produktif.

Dengan komitmen dan dedikasi yang tinggi, Kemenko Perekonomian berupaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan efisien di IKN. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk terus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi nasional, serta memastikan bahwa IKN menjadi pusat pemerintahan yang modern dan berkelanjutan.

7 Langkah Cerdas Mengelola Uang Pesangon Setelah Pensiun

Setelah bertahun-tahun bekerja keras, masa pensiun akhirnya tiba. Ini adalah waktu untuk menikmati hidup tanpa tekanan rutinitas harian. Namun, masa pensiun juga datang dengan tantangan baru, salah satunya adalah mengelola uang pesangon dengan bijak. Uang pesangon ini adalah hasil kerja keras bertahun-tahun yang bisa menjadi penopang keuangan di masa tua. Jadi, bagaimana sebaiknya uang pensiun ini digunakan? Berikut beberapa saran yang bisa dipertimbangkan.

1. Menyusun Anggaran Kebutuhan Harian

Langkah pertama yang penting adalah membuat anggaran kebutuhan harian. Hitung berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk hidup sehari-hari, termasuk biaya makan, listrik, air, kesehatan, dan kebutuhan lainnya. Dengan anggaran yang jelas, Anda bisa mengetahui berapa banyak uang pesangon yang perlu disisihkan untuk memenuhi kebutuhan dasar ini.

2. Investasi yang Aman dan Menguntungkan

Uang pesangon sebaiknya tidak hanya disimpan begitu saja di rekening bank. Pertimbangkan untuk menginvestasikan sebagian dari uang tersebut. Pilihan investasi yang aman seperti deposito berjangka, obligasi pemerintah, atau reksa dana pasar uang bisa menjadi pilihan. Investasi ini menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada hanya menyimpan uang di tabungan, tetapi dengan risiko yang relatif rendah.

3. Menyiapkan Dana Darurat

Masa pensiun bisa penuh dengan kejutan, termasuk kebutuhan mendadak seperti perbaikan rumah atau biaya kesehatan. Sisihkan sebagian dari uang pesangon untuk dana darurat. Idealnya, dana darurat ini setidaknya bisa mencakup kebutuhan hidup selama 6 hingga 12 bulan. Dengan adanya dana darurat, Anda tidak perlu khawatir jika terjadi hal-hal yang tak terduga.

4. Mengurangi Utang atau Kewajiban Finansial

Jika masih memiliki utang, seperti cicilan rumah atau pinjaman lainnya, sebaiknya pertimbangkan untuk melunasinya menggunakan uang pesangon. Bebas dari utang akan membuat keuangan Anda lebih ringan dan mengurangi beban pikiran di masa pensiun.

5. Merencanakan Hiburan dan Kegiatan Produktif

Pensiun bukan berarti harus berhenti menikmati hidup. Gunakan sebagian uang pesangon untuk merencanakan kegiatan yang Anda sukai, seperti traveling, hobi, atau bahkan memulai usaha kecil. Namun, pastikan semua ini dilakukan dalam batas anggaran yang telah ditetapkan agar keuangan tetap stabil.

6. Pendidikan dan Bantuan untuk Keluarga

Banyak orang yang ingin menggunakan uang pesangon untuk membantu anak atau cucu, misalnya dengan membiayai pendidikan mereka. Ini adalah niat yang mulia, tetapi pastikan Anda sudah merencanakan keuangan diri sendiri terlebih dahulu. Jika setelah itu masih ada kelebihan dana, membantu keluarga tentu bisa menjadi pilihan yang baik.

7. Konsultasi dengan Ahli Keuangan

Jika merasa bingung atau khawatir salah langkah, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan ahli keuangan. Mereka bisa membantu Anda menyusun rencana keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan jangka panjang Anda. Dengan begitu, uang pesangon dapat dikelola dengan cara yang paling menguntungkan dan aman.

Masa pensiun seharusnya menjadi waktu yang tenang dan menyenangkan. Dengan pengelolaan uang pesangon yang tepat, Anda bisa menikmati masa tua tanpa harus khawatir tentang masalah keuangan. Kuncinya adalah membuat perencanaan yang matang, berinvestasi dengan bijak, dan selalu menjaga keseimbangan antara menikmati hidup dan menjaga kestabilan finansial.

Pensiun adalah awal dari babak baru dalam hidup, dan dengan perencanaan yang baik, babak ini bisa menjadi yang paling indah.

Pertumbuhan Industri Pengolahan Stabil, Pemerintah Fokus Perbaiki Iklim Usaha

Industri pengolahan terus menjadi pilar utama dalam mendorong perekonomian nasional, dengan kontribusi sebesar 18,52 persen pada triwulan II 2024, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di angka 18,26 persen. Atas kontribusi ini, sektor pengolahan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan tersebut, dengan menyumbang 0,79 persen.

Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas

“Pada triwulan II-2024, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencapai 4,63 persen (y-on-y), sedikit menurun dari triwulan I-2024 yang tercatat sebesar 4,64 persen,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Senin (12/8).

Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas didorong oleh meningkatnya permintaan baik dari dalam maupun luar negeri. Misalnya, industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan 5,53 persen, yang dipicu oleh peningkatan permintaan domestik selama Idulfitri dan Iduladha, serta panen raya padi yang meningkatkan pasokan.

Selain itu, industri logam dasar tumbuh sebesar 18,07 persen berkat meningkatnya permintaan ekspor produk besi dan baja, serta konsumsi baja di dalam negeri. Industri kimia, farmasi, dan obat tradisional juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,01 persen seiring dengan naiknya permintaan dari pasar domestik dan internasional.

Tantangan di Sektor Tekstil dan Alas Kaki

Namun, sektor tekstil dan pakaian jadi mengalami kontraksi sebesar 0,03 persen (y-on-y), akibat menurunnya produksi yang dipengaruhi oleh lonjakan impor produk tekstil. Agus juga menyoroti perlambatan di industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki yang hanya tumbuh 1,93 persen (y-on-y), yang disebabkan oleh penurunan produksi alas kaki di beberapa provinsi, termasuk Banten, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta, akibat penurunan permintaan.

Menperin menyatakan bahwa industri manufaktur tetap menjadi tulang punggung ekonomi nasional, namun performanya sangat tergantung pada kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif. Ia menekankan pentingnya koordinasi yang tepat sasaran untuk mengatasi tantangan yang ada.

Perlambatan Terlihat pada PMI Manufaktur dan IKI

Perlambatan sektor industri juga tercermin pada Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang pada Juli 2024 turun ke level 49,3, masuk ke fase kontraksi setelah 34 bulan sebelumnya berada di zona ekspansi.

“Presiden Joko Widodo dalam Sidang Kabinet pagi ini menyatakan bahwa kontraksi PMI manufaktur perlu diwaspadai karena beberapa negara di Asia juga mengalaminya, dengan penurunan terbesar pada sisi output,” tambah Agus.

Dalam sidang yang berlangsung di Ibu Kota Nusantara (IKN), Presiden mengingatkan bahwa tingginya impor bahan baku akibat fluktuasi rupiah dan serbuan produk impor dapat melemahkan permintaan domestik. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya penggunaan bahan baku lokal serta perlindungan terhadap industri dalam negeri, sambil menjajaki pasar-pasar ekspor nontradisional.

Selain itu, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Juli 2024 turun menjadi 52,4 dari 52,5 pada bulan sebelumnya, dipengaruhi oleh penurunan pesanan baru dan masih terkontraksinya variabel produksi. “Ini mencerminkan menurunnya optimisme pelaku industri, salah satunya disebabkan oleh ketidakpastian hukum,” tambahnya.

Menperin optimistis bahwa sektor manufaktur dalam negeri masih memiliki peluang untuk bangkit dengan dukungan kebijakan probisnis, seperti penyediaan bahan baku, harga gas industri yang kompetitif, dan kebijakan substitusi impor yang tegas. “Koordinasi yang sesuai aturan dan komitmen dari semua pihak akan memastikan perlindungan bagi industri dalam negeri,” ujarnya.