Sabtu, November 23, 2024
Top Mortar Gak Takut Hujan
Beranda blog Halaman 2

IKM Batik Didorong Lebih Maju, Pasar Dalam Negeri Jadi Andalan

Dalam rangka mendukung kemajuan industri batik, pemerintah terus meluncurkan berbagai inisiatif dan kebijakan yang dirancang untuk memperkuat ekosistem industri ini. Fokus utama diarahkan pada penguatan rantai pasok serta pembukaan akses pasar yang lebih luas, terutama bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM) batik. Kementerian Perindustrian, melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA), mengambil peran aktif untuk meningkatkan daya saing industri batik di pasar domestik.

Komitmen Belanja Pemerintah untuk Produk Lokal

Direktur Jenderal IKMA, Reni Yanita, menegaskan komitmen pemerintah dalam memprioritaskan belanja produk dalam negeri, khususnya hasil produksi IKM batik. Hal ini disampaikan saat membuka Pameran Industri Batik Nusantara (IBN) 2024 di Plasa Industri, Jakarta, pada 19 November 2024. Salah satu langkah nyata dari kebijakan ini adalah kerja sama dengan Kementerian Agama untuk memberdayakan IKM Batik Cap sebagai pemasok seragam Batik Haji.

Melalui Surat Keputusan Menteri Agama No. 1083 Tahun 2023 dan SK Dirjen PHU No. 366 Tahun 2023, hanya 81 IKM terpilih yang mendapatkan izin produksi seragam haji tahun 2024. Namun, dari jumlah tersebut, hanya 12 IKM yang berhasil memenangkan tender yang dilakukan oleh Bank Penerima Setoran (BPS). “Kami menyadari pentingnya dukungan pasar bagi IKM yang belum mendapatkan pesanan melalui tender. Oleh karena itu, pameran ini diharapkan menjadi solusi dengan mempertemukan mereka dengan mitra distribusi,” ujar Reni.

Pameran IBN 2024, yang berlangsung dari 19-22 November 2024, menjadi platform penting bagi sekitar 50 IKM batik. Selain memamerkan produk, acara ini juga menyelenggarakan sertifikasi Batikmark, business matching antara IKM batik dengan mitra distribusi, serta diskusi seputar penguatan ekosistem industri batik. Sebelumnya, pada Oktober, Ditjen IKMA telah membantu 14 IKM batik memperoleh sertifikat Batikmark, sebuah tanda yang menjamin kualitas dan otentisitas produk mereka.

Tantangan dan Peluang Industri Batik

Meskipun memiliki potensi besar, industri batik nasional menghadapi tantangan serius. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan penurunan ekspor batik sebesar 30% pada 2023 dibandingkan 2022. Tren ini berlanjut pada Triwulan II 2024, dengan kontraksi 33,72% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meski begitu, permintaan domestik yang terus meningkat menjadi harapan baru, terutama dengan meningkatnya penggunaan batik di kalangan generasi muda.

Untuk menjaga daya saing, Kemenperin terus mendorong sertifikasi Batikmark dan halal sebagai langkah menjaga kualitas produk. Selain itu, pengembangan pasar melalui program seperti penggunaan seragam batik untuk instansi pemerintah, termasuk KORPRI dan seragam jemaah haji, menjadi bagian dari strategi jangka panjang.

Dirjen IKMA menutup dengan optimisme bahwa dukungan terhadap IKM batik tidak hanya akan meningkatkan daya saing pasar dalam negeri, tetapi juga memperkuat posisi batik sebagai identitas budaya nasional. “Dengan sinergi dari berbagai pihak, kami yakin industri batik akan bangkit dan mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dengan produk berkualitas tinggi,” pungkas Reni.

Industri batik, sebagai simbol budaya Indonesia, tetap menjadi sektor strategis untuk dipertahankan dan dikembangkan, seiring dengan upaya pelestarian tradisi dan penggerak ekonomi lokal.

Pantau Pasar, Pemerintah Siapkan Strategi Stabilkan Harga Jelang Nataru

Untuk memastikan harga dan pasokan pangan strategis tetap terkendali, pemerintah mengambil langkah aktif dengan melakukan pemantauan langsung ke pasar. Langkah memantau harga di pasar semakin digencarkan menyambut Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru 2025. Data dari pemantauan tersebut menjadi landasan penting untuk menyusun strategi intervensi yang tepat dalam menghadapi kemungkinan gangguan harga atau kekurangan pasokan.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (NFA), I Gusti Ketut Astawa, menegaskan urgensi langkah tersebut saat mengunjungi Pasar Pandansari di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Senin (18/11/2024). “Hari ini kami bersama Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kaltim dan Kota Balikpapan, serta tim enumerator panel harga pangan, melihat langsung situasi di lapangan. Ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan untuk menjaga stabilitas menjelang Natal dan Tahun Baru,” ujarnya.

Kenaikan Harga Beras Premium Jadi Sorotan

Secara umum, hasil pemantauan menunjukkan stabilitas harga dan pasokan pangan di Balikpapan. Namun, harga beras premium mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Deputi Ketut menyebut bahwa tingginya harga ini kemungkinan besar disebabkan oleh preferensi masyarakat Balikpapan yang lebih menyukai beras premium. “Sebagai kota industri, banyak masyarakat di sini cenderung memilih beras premium dibandingkan beras medium,” jelasnya.

Untuk mengatasi situasi ini, pemerintah melalui NFA memutuskan untuk meningkatkan target distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Perum Bulog, dari 1,2 juta ton menjadi 1,4 juta ton. Beras SPHP, yang kualitasnya setara dengan beras premium, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus menekan kenaikan harga. Hingga 15 November 2024, realisasi distribusi beras SPHP telah mencapai 1,268 juta ton, melampaui angka tahun 2023 sebesar 1,196 juta ton. Dengan target yang baru, pemerintah optimis bahwa fluktuasi harga pangan dapat diminimalisir selama HBKN.

Harga Pangan Strategis yang Dipantau di Balikpapan

Dalam kunjungan ini, tim juga memantau harga pangan strategis lainnya. Berikut adalah data harga yang dihimpun:

  • Beras Medium: Rp 13.000-14.000 per kilogram.
  • Beras Premium: Rp 15.000-18.000 per kilogram.
  • Bawang Merah: Rp 34.000-43.000 per kilogram, dipasok dari Surabaya dan Bima.
  • Bawang Putih: Stabil di Rp 43.000 per kilogram.
  • Cabai Merah Keriting: Rp 28.000-30.000 per kilogram.
  • Cabai Rawit Merah: Rp 35.000 per kilogram.
  • Daging Ayam Ras: Rp 37.500 per kilogram.
  • Telur Ayam Ras: Rp 30.400-32.000 per kilogram atau Rp 1.900-2.000 per butir, dipasok dari Sulawesi.
  • Minyak Goreng Minyakita: Rp 18.000 per liter.

Langkah konkret ini adalah bentuk komitmen pemerintah untuk memastikan masyarakat dapat merayakan Natal dan Tahun Baru dengan aman dan nyaman, tanpa terbebani oleh kenaikan harga pangan yang signifikan.

7 Alasan Kewirausahaan adalah Jalan Terbaik untuk Gen Z

Kewirausahaan semakin menjadi pilihan populer di kalangan Gen Z, generasi yang lahir pada akhir 1990-an hingga awal 2010-an. Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z tumbuh di era yang sangat terhubung secara digital, dengan akses tanpa batas ke informasi, inovasi teknologi, dan peluang global. Banyak anak muda dari generasi ini yang memilih jalur kewirausahaan dibandingkan pekerjaan tradisional. Tapi, apa yang membuat kewirausahaan begitu menarik bagi Gen Z?

1. Keinginan untuk Mandiri

Gen-Z dikenal sebagai generasi yang menghargai kebebasan dan kemandirian. Mereka tidak ingin terlalu terikat pada rutinitas kantor dari pukul 9 pagi hingga 5 sore. Kewirausahaan memungkinkan mereka bekerja sesuai passion dan membangun sesuatu dengan tangan mereka sendiri. Dengan menjadi wirausahawan, Gen-Z bisa menentukan jam kerja, gaya kerja, dan bahkan siapa yang ingin mereka ajak bekerja sama.

2. Kemampuan Memanfaatkan Teknologi

Gen-Z adalah generasi digital native. Mereka tumbuh bersama internet, media sosial, dan teknologi canggih lainnya. Kewirausahaan modern memberikan ruang besar untuk memanfaatkan teknologi, mulai dari e-commerce, media sosial, hingga pemasaran digital. Tidak heran banyak wirausahawan muda yang sukses menjalankan bisnis hanya dari smartphone mereka!

Misalnya, banyak Gen Z yang sukses menjadi reseller online, content creator, atau bahkan mengembangkan aplikasi berbasis teknologi. Dengan modal teknologi dan kreativitas, peluang mereka untuk sukses dalam bisnis jauh lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya.

3. Mengejar Passion, Bukan Sekadar Gaji

Bagi Gen-Z, pekerjaan bukan hanya soal uang. Mereka ingin menjalani hidup yang bermakna dan mengejar hal-hal yang mereka cintai. Dengan berwirausaha, mereka bisa menciptakan bisnis yang sesuai dengan nilai dan minat mereka.

Contohnya, banyak Gen-Z yang membangun bisnis di bidang fesyen berkelanjutan, makanan sehat, atau startup teknologi yang membantu komunitas. Hal ini menunjukkan bahwa mereka lebih peduli pada dampak positif dari apa yang mereka lakukan.

4. Kemudahan Akses ke Pendidikan dan Jaringan

Saat ini, banyak sumber belajar gratis atau murah yang tersedia secara online, seperti YouTube, Coursera, dan platform lainnya. Gen-Z memanfaatkan ini untuk mengasah keterampilan mereka tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Selain itu, media sosial seperti LinkedIn, Instagram, dan Twitter memudahkan mereka membangun koneksi dengan mentor, investor, atau bahkan pelanggan.

Berbeda dengan era sebelumnya, di mana memulai bisnis membutuhkan modal besar, kini banyak bisnis yang bisa dimulai dengan modal kecil—atau bahkan tanpa modal sama sekali. Misalnya, bisnis jasa desain grafis atau digital marketing hanya memerlukan laptop dan koneksi internet.

5. Tantangan Ekonomi Membuat Mereka Beradaptasi

Generasi ini tumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi, termasuk pandemi COVID-19 dan resesi global. Situasi ini mendorong mereka untuk berpikir kreatif dan mandiri secara finansial. Kewirausahaan menjadi solusi yang relevan, karena mereka tidak hanya menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain.

6. Peluang untuk Membangun Brand Personal

Dalam era media sosial, membangun bisnis sering kali sejalan dengan membangun brand personal. Banyak Gen-Z yang memulai bisnis dari hobi atau aktivitas mereka, seperti menjadi content creator yang kemudian menjual produk mereka sendiri. Personal branding ini tidak hanya membantu mereka menjual produk, tetapi juga membangun komunitas loyal yang mendukung bisnis mereka.

7. Menciptakan Dampak Positif

Gen-Z adalah generasi yang peduli pada isu-isu global, seperti perubahan iklim, kesetaraan, dan keberlanjutan. Dengan menjadi wirausahawan, mereka merasa memiliki kendali lebih besar untuk menciptakan dampak positif. Misalnya, bisnis yang ramah lingkungan, mendukung produk lokal, atau berbasis pada pemberdayaan masyarakat.

Kewirausahaan adalah pilihan yang tepat untuk Gen-Z karena sesuai dengan nilai, kemampuan, dan gaya hidup mereka. Dengan memanfaatkan teknologi, semangat inovasi, dan keinginan untuk menciptakan perubahan, Gen-Z memiliki potensi besar untuk menjadi generasi wirausahawan yang menginspirasi.

Jadi, jika kamu adalah bagian dari Gen-Z, jangan takut untuk mencoba! Mulailah dari hal kecil, pelajari keterampilan baru, dan kembangkan ide-ide kreatifmu. Siapa tahu, bisnismu bisa menjadi langkah awal untuk mengubah dunia.

OJK: Kenaikan UMP Dapat Pacu Pertumbuhan Premi dan Kesadaran Asuransi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa rencana kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2025 dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan industri asuransi di Indonesia. Dengan peningkatan penghasilan pekerja, premi asuransi diharapkan mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, sebagian besar masyarakat Indonesia masih memandang asuransi sebagai kewajiban, bukan kebutuhan. Hal ini menjadi tantangan dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk berinvestasi dalam perlindungan finansial. “Kita harus mulai mengedukasi masyarakat bahwa asuransi merupakan kebutuhan. Literasi asuransi ini perlu dilakukan secara bertahap,” jelas Ogi saat ditemui di Gedung DPR RI pada Senin (18/11/2024).

Kenaikan UMP Jadi Momentum

Ogi juga menyebut bahwa kebijakan kenaikan UMP oleh pemerintah dapat menjadi salah satu faktor pendorong densitas asuransi di Indonesia. “Tentu saja, kenaikan UMP ini memberikan peluang,” ujarnya ketika dimintai komentar terkait dampak kebijakan tersebut.

Sebagai informasi, Menteri Ketenzagakerjaan, Yassierli, memastikan bahwa UMP akan mengalami kenaikan pada tahun 2025. Namun, Yassierli menambahkan bahwa pembahasan Peraturan Menteri terkait pengupahan masih berlangsung dan memerlukan harmonisasi produk hukum sebelum diterapkan.

Performa Positif Industri Asuransi

Meski kesadaran terhadap pentingnya asuransi masih perlu ditingkatkan, data menunjukkan bahwa penetrasi asuransi di Indonesia terus mengalami perkembangan. Berdasarkan laporan OJK, total aset asuransi komersial hingga September 2024 tercatat sebesar Rp922,48 triliun, tumbuh 3,81% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Angka ini jauh melampaui pertumbuhan aset pada Desember 2022 sebesar 1,97% yoy, Desember 2023 sebesar 1,6% yoy, dan September 2023 sebesar 0,13% yoy.

Premi asuransi komersial juga mengalami pertumbuhan signifikan, mencapai Rp245,22 triliun atau meningkat 5,77% yoy. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan Desember 2022 (1,21% yoy), Desember 2023 (1,46% yoy), dan September 2023 (1,49% yoy).

Jika dirinci, sektor asuransi umum dan reasuransi menjadi motor penggerak utama industri dengan pertumbuhan sebesar 9,78% yoy, mencapai nilai Rp109,78 triliun. Di sisi lain, premi asuransi jiwa tercatat sebesar Rp135,64 triliun, meningkat 2,73% yoy.

Kenaikan UMP dan pertumbuhan industri asuransi yang terus membaik memberikan optimisme bahwa literasi asuransi yang digencarkan oleh OJK dapat memberikan dampak signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini sekaligus menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional melalui penguatan sektor keuangan.

MinyaKita Tembus Rp 18.000/Liter, Kemendag Siap Tindak Pengecer Nakal

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan bahwa harga MinyaKita, minyak goreng bersubsidi, dijual melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah. Situasi ini ditemukan di 821 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Bahkan, 32 wilayah di Indonesia bagian timur menjadi fokus utama intervensi karena harga MinyaKita melampaui Rp 18.000 per liter.

Menurut Bambang Wisnubroto, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting (Bapokting) Kemendag, harga MinyaKita mengalami kenaikan 1,05 persen menjadi Rp 17.058 per liter, padahal HET ditetapkan sebesar Rp 15.700 per liter. “Kenaikan ini membawa harga MinyaKita ke kisaran Rp 17.058 per liter,” jelas Bambang dalam pernyataannya pada Senin (18/11/2024), seperti dikutip dari Antara.

Tak hanya MinyaKita, minyak goreng curah juga mengalami lonjakan harga menjadi Rp 17.119 per liter. Bambang menjelaskan bahwa harga minyak curah sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak sawit mentah (CPO).

Dari data Kemendag, total 188 kota mengalami kenaikan harga minyak goreng. Minyak curah menjadi penyumbang utama kenaikan di 146 kabupaten/kota, diikuti MinyaKita di 82 wilayah, dan minyak premium di 79 kabupaten/kota.

Fokus Pengawasan dan Penindakan

Sebagai langkah responsif, Direktorat Jenderal Pengawasan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kemendag bekerja sama dengan Satgas Pangan POLRI untuk mengawasi pasar dan menindak tegas pelanggaran terkait HET. Hal ini sesuai dengan aturan dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 18 Tahun 2024.

“Khusus untuk MinyaKita, kami akan mengambil langkah tegas terhadap pengecer yang menjual di atas HET. Dalam beberapa minggu ke depan, kami akan melakukan pengawasan intensif untuk memberikan efek kejut ke pasar agar harga kembali sesuai aturan,” tegas Bambang.

Distribusi yang Panjang Jadi Pemicu

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag, Moga Simatupang, menyebut bahwa kenaikan harga MinyaKita yang menembus Rp 17.000 per liter disebabkan oleh rantai distribusi yang panjang. Banyak pengecer diketahui tidak membeli langsung dari distributor resmi.

“Rantai distribusi yang panjang membuka peluang terjadinya transaksi antar pengecer, yang akhirnya menaikkan harga di tingkat konsumen. Permintaan yang tinggi terhadap MinyaKita juga menjadi faktor penyebab,” jelas Moga.

Meskipun distribusi MinyaKita telah diatur dalam Permendag 18/2024, tantangan dalam pengendalian rantai pasok ini menuntut pengawasan lebih ketat agar harga minyak goreng bersubsidi tetap terjangkau bagi masyarakat.

Apa yang Akan Hits di Dunia F&B Tahun 2025? Ini Prediksinya!

Industri makanan dan minuman (F&B) terus berkembang mengikuti perubahan gaya hidup dan preferensi konsumen. Tahun 2025 diperkirakan menjadi masa yang penuh peluang bagi para pelaku bisnis F&B, terutama dengan berbagai inovasi dan kebutuhan baru yang muncul. Salah satu tren yang diprediksi akan terus naik adalah makanan berbasis nabati atau plant-based food. Semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya pola makan sehat dan keberlanjutan lingkungan, sehingga produk seperti pengganti daging, susu nabati, dan makanan vegan lainnya diperkirakan semakin diminati. Hal ini tidak hanya menjadi pilihan bagi mereka yang berkomitmen pada gaya hidup vegan, tetapi juga bagi konsumen umum yang ingin mencoba alternatif makanan yang lebih ramah lingkungan dan sehat.

Selain itu, makanan fungsional diprediksi menjadi salah satu kategori yang sangat berkembang. Konsumen kini tidak hanya mencari rasa enak, tetapi juga manfaat kesehatan dari apa yang mereka makan. Makanan yang mengandung bahan-bahan seperti kunyit, jahe, probiotik, hingga adaptogen seperti ginseng mulai menarik perhatian. Produk ini biasanya dikemas dengan klaim membantu meningkatkan imunitas, memperbaiki kualitas tidur, atau mendukung kesehatan pencernaan. Tren ini menjadi relevan terutama setelah pandemi, di mana masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan melalui konsumsi makanan bergizi.

Teknologi dan Personalisasi dalam Bisnis F&B

Teknologi juga akan memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan bisnis F&B pada tahun 2025. Kehadiran teknologi seperti artificial intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) memungkinkan restoran dan produsen makanan untuk menawarkan pengalaman yang lebih personal bagi konsumen. Sebagai contoh, layanan pesan-antar makanan berbasis AI dapat merekomendasikan menu berdasarkan preferensi pelanggan, riwayat pembelian, bahkan kebutuhan diet khusus. Selain itu, dapur berbasis cloud atau cloud kitchen diprediksi tetap menjadi pilihan populer karena efisiensi biaya dan kemampuan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan tanpa memerlukan lokasi fisik yang besar.

Di sisi lain, produk siap saji berkualitas tinggi juga akan mendapatkan tempat di hati konsumen. Masyarakat perkotaan yang sibuk mencari solusi makanan yang praktis tetapi tetap bergizi. Ini membuka peluang bagi pengusaha untuk mengembangkan produk makanan beku atau makanan siap santap dengan cita rasa yang premium. Kemasan inovatif yang menjaga kualitas produk sekaligus ramah lingkungan juga menjadi nilai tambah yang diincar oleh konsumen.

Tren Keberlanjutan dan Eksplorasi Rasa Baru

Dengan meningkatnya perhatian pada keberlanjutan, banyak konsumen yang mulai memprioritaskan produk F&B yang ramah lingkungan. Hal ini tidak hanya berlaku pada bahan makanan, tetapi juga pada kemasan. Bahan-bahan biodegradable dan pengemasan yang minim limbah menjadi daya tarik utama, terutama bagi generasi muda yang lebih peduli terhadap dampak lingkungan dari gaya hidup mereka.

Selain itu, eksplorasi rasa dari berbagai budaya juga akan menjadi tren yang menarik. Kuliner internasional seperti masakan Timur Tengah, makanan khas Afrika, dan cita rasa dari daerah yang kurang dikenal mulai mendapat tempat di pasar F&B. Konsumen modern yang suka bereksperimen dengan rasa baru akan menjadi target utama untuk tren ini. Tidak hanya rasa global, keberagaman cita rasa lokal juga tetap menarik, terutama jika dikemas dengan cara yang modern dan Instagrammable.

Tidak hanya dari sisi produk, model bisnis berbasis komunitas juga diprediksi akan terus berkembang. Brand F&B yang mampu membangun hubungan emosional dengan pelanggannya cenderung memiliki daya tarik lebih besar. Hal ini bisa dilakukan melalui media sosial, event komunitas, atau program loyalitas yang unik. Keterlibatan pelanggan dalam proses pengembangan produk, seperti melalui polling atau feedback langsung, menjadi salah satu strategi untuk menciptakan hubungan yang lebih dekat.

Tahun 2025 akan menjadi era di mana inovasi, teknologi, dan kesadaran akan keberlanjutan menjadi kunci sukses dalam bisnis F&B. Pelaku usaha yang mampu beradaptasi dengan perubahan tren, menawarkan pengalaman yang personal, dan memperhatikan aspek keberlanjutan akan memiliki peluang besar untuk berkembang. Apakah Anda siap mengambil bagian dalam revolusi ini?

Harga Pangan Bergerak Dinamis, Beras dan Telur Naik, Cabai dan Daging Turun

Badan Pangan Nasional (Bapanas) merilis laporan terbaru tentang fluktuasi harga pangan di tingkat pedagang eceran nasional pada Minggu pagi (17/11/2024). Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas yang diperbarui pukul 08.30 WIB, sejumlah komoditas menunjukkan kenaikan harga, sementara sebagian lainnya mengalami penurunan. Laporan ini menjadi gambaran dinamika pasar pangan di Indonesia yang dipengaruhi oleh pasokan dan permintaan.

Kenaikan Harga Beras dan Sayuran

Harga beras premium naik 0,65% atau sebesar Rp100 menjadi Rp15.550 per kilogram. Selain itu, beras medium turut mengalami kenaikan sebesar 0,52% atau Rp70, kini dihargai Rp13.560 per kg. Tidak ketinggalan, beras SPHP Bulog juga menunjukkan tren kenaikan, meskipun tipis, sebesar 0,08% atau Rp10, menjadi Rp12.570 per kg.

Di kategori sayuran, bawang putih bonggol mencatat kenaikan sebesar 0,56% atau Rp230 sehingga harganya kini Rp41.170 per kg. Namun, tren berbeda terlihat pada bawang merah, yang turun 1,33% atau Rp500 menjadi Rp36.970 per kg. Harga cabai merah keriting juga turun cukup signifikan, sebesar 1,99% atau Rp570, menjadi Rp28.070 per kg. Penurunan serupa terjadi pada cabai rawit merah, yang melemah 1,67% atau Rp700 menjadi Rp41.220 per kg.

Fluktuasi Harga Daging, Ayam, dan Telur

Di sektor protein hewani, daging sapi murni mencatat penurunan signifikan sebesar 2,52% atau Rp3.400, dengan harga kini berada di angka Rp131.500 per kg. Sementara itu, daging ayam ras turun tipis 0,03% atau Rp10 menjadi Rp36.030 per kg. Di sisi lain, telur ayam ras mengalami kenaikan sebesar 1,23% atau Rp350 menjadi Rp28.740 per kg, menunjukkan tren positif untuk komoditas ini.

Minyak Goreng dan Komoditas Lainnya

Minyak goreng kemasan sederhana mencatat kenaikan harga sebesar 0,44% atau Rp80 menjadi Rp18.420 per kg, meskipun harga minyak goreng curah justru turun tajam 2,71% atau Rp460 menjadi Rp16.530 per kg. Sementara itu, gula konsumsi naik 0,33% atau Rp60 menjadi Rp18.010 per kg.

Komoditas lain yang juga mencatat pergerakan adalah tepung terigu. Tepung terigu curah mengalami penurunan sebesar 1,68% atau Rp170 menjadi Rp9.950 per kg, sementara tepung terigu non-curah turun 1,60% atau Rp210 menjadi Rp12.880 per kg. Di sisi lain, jagung di tingkat peternak naik 1,51% atau Rp90 menjadi Rp6.040 per kg, dan garam halus beryodium juga naik 0,87% atau Rp100 menjadi Rp11.640 per kg.

Laporan ini menunjukkan bahwa harga pangan nasional terus bergerak secara dinamis. Beberapa komoditas mencatat kenaikan, sedangkan lainnya mengalami penurunan. Kondisi ini mencerminkan pengaruh fluktuasi pasokan dan permintaan di pasar. Bapanas memastikan pemantauan terus dilakukan guna menjaga stabilitas harga serta mencegah lonjakan yang dapat memberatkan masyarakat. Total, laporan ini menggarisbawahi pentingnya pengelolaan stok dan distribusi untuk menjaga keseimbangan pasar.

Pasokan Susu Lokal Jadi Kunci Sukses Program Makan Bergizi Gratis 2025

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop) Budi Arie Setiadi menegaskan kepada Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) bahwa mereka tidak perlu cemas mengenai penyerapan susu lokal. Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang akan diluncurkan pada Januari 2025, membutuhkan pasokan susu dalam jumlah besar untuk melayani 15 juta penerima manfaat.

“Tidak ada alasan untuk khawatir soal pasar. Dengan adanya program MBG, kebutuhan susu meningkat signifikan. Sekarang justru tantangannya adalah memastikan produksi susu dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut,” ujar Budi Arie dalam keterangannya pada Jumat (15/11).

Pemerintah telah menyatakan komitmennya untuk mendukung penyerapan susu lokal, khususnya dari koperasi susu. Namun, Budi Arie mengingatkan pentingnya menjaga kualitas susu agar tetap kompetitif di pasar.

“Fokus kita bukan hanya memastikan produk terserap, tetapi juga memastikan kualitas susu dan harganya mampu bersaing,” tambahnya.

Tantangan Produksi Susu Lokal

Berdasarkan data GKSI, produksi susu segar di Indonesia mencapai 1,23 juta liter per hari, sedangkan kebutuhan program MBG mencapai sekitar 3 juta liter per hari. Artinya, ada celah produksi yang harus segera diatasi oleh peternak dan koperasi dengan meningkatkan produktivitas.

Namun, upaya ini menghadapi sejumlah kendala. Salah satu tantangan terbesar adalah penurunan populasi sapi perah akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Sebelum wabah, jumlah sapi perah mencapai 239.196 ekor, tetapi kini tinggal 214.878 ekor.

Menkop Budi Arie menyadari perlunya langkah strategis untuk mengatasi persoalan ini. “Kami akan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mendukung para peternak. Bahkan, saya berencana menyampaikan permasalahan ini langsung kepada Presiden Prabowo Subianto agar kebijakan yang mendukung peternak segera diterapkan,” jelasnya.

Momentum Kebangkitan Koperasi Susu

Menurut Menkop, program MBG bisa menjadi titik balik bagi kebangkitan koperasi susu di Indonesia. Ia mengajak seluruh pihak, khususnya koperasi, untuk memanfaatkan peluang ini dengan meningkatkan produktivitas dan memperluas inovasi produk.

“Koperasi harus aktif dalam hilirisasi. Produk turunannya seperti keju, yogurt, dan mozzarella memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hilirisasi ini akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi anggota koperasi,” ujar Budi Arie.

Sekretaris GKSI, Unang Sudarma, juga menyampaikan sejumlah tantangan yang dihadapi peternak sapi perah, seperti sulitnya menjaga kesegaran susu karena keterbatasan fasilitas pendingin, lambatnya regenerasi peternak, serta menurunnya minat generasi muda untuk beternak.

“Masalah utama lainnya adalah kurangnya jumlah sapi perah. Ini menjadi hambatan besar dalam meningkatkan produksi,” ungkap Unang. Ia berharap pemerintah dapat memberikan dukungan konkret untuk mengatasi persoalan tersebut.

Menkop Budi Arie menutup dengan optimisme bahwa melalui kerja sama yang erat antara pemerintah, koperasi, dan peternak, kebutuhan susu nasional dapat dipenuhi tanpa harus bergantung pada impor. “Ini adalah peluang besar untuk bersama-sama meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan koperasi susu di Indonesia,” pungkasnya.

Langkah Sederhana Menghitung Pendapatan Bersih bagi Usaha Rintisan

Mengelola keuangan adalah salah satu aspek penting dalam menjalankan bisnis, terutama bagi Anda yang baru merintis usaha. Salah satu komponen utama yang perlu dipahami adalah menghitung pendapatan bersih. Pendapatan bersih adalah uang yang benar-benar tersisa setelah semua pengeluaran dikurangi dari pendapatan total. Angka ini penting karena mencerminkan apakah bisnis Anda untung atau rugi, sekaligus menjadi dasar untuk mengambil keputusan finansial.

Secara umum, pendapatan bersih dapat dihitung dengan rumus:
Pendapatan Bersih = Pendapatan Total – Total Pengeluaran.
Untuk memastikan Anda menghitungnya dengan benar, mari kita bahas komponen-komponen utama yang terlibat.

Menghitung Pendapatan Total

Pendapatan total adalah semua uang yang diterima bisnis Anda dalam periode tertentu. Jika Anda menjual produk atau jasa, pendapatan total berasal dari hasil penjualan sebelum biaya apa pun dikurangi.

Sebagai contoh, jika Anda menjual 150 produk dengan harga Rp100.000 per unit, pendapatan total Anda adalah:
150 x Rp100.000 = Rp15.000.000.
Namun, pastikan untuk mencatat semua sumber pendapatan, termasuk dari penjualan tambahan, kerja sama, atau bonus lain.

Menentukan Total Pengeluaran

Total pengeluaran mencakup semua biaya yang Anda keluarkan untuk menjalankan bisnis. Biaya ini biasanya terdiri dari:

  1. Biaya Operasional: seperti listrik, sewa tempat, atau gaji karyawan.
  2. Biaya Produksi: bahan baku, alat, atau tenaga kerja untuk membuat produk.
  3. Biaya Pemasaran: iklan digital, media sosial, atau promosi offline.
  4. Pajak: jumlah yang harus dibayar ke pemerintah berdasarkan pendapatan bisnis.
  5. Pengeluaran Lainnya: seperti biaya perbaikan alat, transportasi, atau kebutuhan mendadak lainnya.

Misalnya, jika total pengeluaran Anda terdiri dari biaya operasional sebesar Rp5.000.000, biaya produksi Rp3.000.000, biaya pemasaran Rp1.000.000, dan pajak Rp500.000, maka total pengeluaran adalah Rp9.500.000.

Menghitung Pendapatan Bersih

Langkah terakhir adalah mengurangi total pengeluaran dari pendapatan total. Jika pendapatan total Anda adalah Rp15.000.000 dan total pengeluaran Anda Rp9.500.000, maka:
Pendapatan Bersih = Rp15.000.000 – Rp9.500.000 = Rp5.500.000.

Pendapatan bersih sebesar Rp5.500.000 ini adalah keuntungan bersih yang bisa Anda gunakan untuk mengembangkan bisnis, menambah modal, atau menyisihkan untuk dana darurat.

Mengapa Pendapatan Bersih Penting?

Pendapatan bersih bukan hanya angka di laporan keuangan; ini adalah indikator kesehatan bisnis Anda. Dengan memahami cara menghitungnya, Anda dapat mengetahui seberapa efisien bisnis berjalan dan membuat keputusan strategis, seperti mengurangi pengeluaran atau meningkatkan harga produk.

Sebagai pemilik bisnis baru, memahami dasar-dasar seperti pendapatan bersih akan membantu Anda mengelola keuangan dengan lebih bijak. Dengan perhitungan yang tepat, Anda bisa memastikan bisnis Anda berada di jalur yang benar untuk berkembang.

Dorong Ekspor, Industri Tekstil Kini Fokus pada Keberlanjutan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu daya saing industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di tengah tantangan seperti masuknya produk impor ilegal. Salah satu strategi utama yang diusung adalah penerapan prinsip industri keberlanjutan yang sejalan dengan tren manufaktur ramah lingkungan.

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi, menyoroti pentingnya isu keberlanjutan bagi industri TPT nasional untuk mendorong ekonomi sirkular dan inovasi. “Industri TPT dapat memanfaatkan potensi keberlanjutan, mulai dari pengembangan desain, spesifikasi produk, hingga pemenuhan standar industri,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (16/11).

Komitmen pada Standar Mutu dan Industri Hijau

Industri TPT diminta untuk terus meningkatkan kualitas produk melalui penerapan standar mutu, manajemen kualitas, serta prinsip industri hijau. Standar ini menjadi bukti komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan industri nasional yang berkelanjutan. Pembinaan pemerintah meliputi pemilihan bahan baku ramah lingkungan, efisiensi energi, pengelolaan limbah, serta pengurangan emisi gas rumah kaca. Selain itu, aspek manajerial seperti kebijakan strategis, tanggung jawab sosial, dan ketenagakerjaan juga menjadi perhatian utama.

Untuk mendukung langkah ini, Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Tekstil (BBSPJI Tekstil) Bandung menggelar seminar bertajuk Sustainable Textile for Environmental, Social, and Governance (ESG) Implementation. Seminar ini diikuti oleh 70 perwakilan industri TPT dan menandai akhir dari kolaborasi tahun 2024 antara BBSPJI Tekstil Bandung dan Korea Institute of Industrial Technology (KITECH).

Kerja sama teknis dengan KITECH mencakup pengembangan infrastruktur, konsultansi, seminar, pertukaran teknologi, serta beasiswa pelatihan. Pada 2024, program pertukaran teknologi telah berlangsung dua kali, di Ansan, Korea Selatan, dan Bandung, Indonesia. Kedua kegiatan tersebut disertai seminar kolaborasi yang menghadirkan ahli dari Korea Selatan, termasuk dari lembaga riset seperti KITECH Textile Innovation R&D Department dan Korea Apparel Testing & Research Institute (KATRI).

“Kegiatan ini memungkinkan kedua pihak bertukar informasi terkini tentang isu global di sektor TPT. Dengan memahami karakteristik industri di Indonesia, rencana kolaborasi dapat disusun untuk memenuhi kebutuhan industri lokal,” tambah Andi.

Mendorong Ekspansi Pasar Ekspor

Kemenperin juga mendorong pelaku industri TPT untuk memperluas pasar ekspor, termasuk ke negara-negara nontradisional yang potensial. “Korea Selatan, misalnya, kini menjadi tujuan ekspor terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Jepang, dengan nilai ekspor mencapai USD492,77 juta pada 2023,” ungkapnya.

Selain itu, Kemenperin terus mengupayakan pengembangan infrastruktur lokal untuk mendukung pengujian dan sertifikasi produk agar sesuai dengan standar buyer internasional. Hal ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada lembaga swasta luar negeri.

Kepala BBSPJI Tekstil Bandung, Cahyadi, menambahkan bahwa pihaknya membuka peluang kerja sama internasional untuk mempercepat pengembangan kapasitas kelembagaan. “Kami terus melengkapi infrastruktur mutu untuk mempermudah industri dalam melakukan pengujian produk di dalam negeri,” katanya. BBSPJI Tekstil juga berperan sebagai penyedia layanan industri yang membantu menjamin kualitas produk melalui pengujian, inspeksi, verifikasi, dan sertifikasi.

Dengan langkah ini, BBSPJI Tekstil diharapkan dapat mendukung peningkatan ekspor dan memperkuat daya saing industri TPT Indonesia di pasar global.