Dalam franchise ada istilah franchise fee dan royalty fee, apa arti dari masing-masing istilah tersebut dan apa perbedaannya?
Franchise fee dapat didefinisikan sebagai biaya pembelian hak franchise untuk jangka waktu tertentu. Franchise Fee yang dibayarkan kepada Franchisor dapat dikatakan sebagai “penghargaan” atas pengalaman Franchisor menjalankan format bisnis yang diduplikasi dengan sistem franchise.
Terlebih format bisnis yang ditawarkan telah dapat dibuktikan kesuksesannya. Franchise Fee hanya dibayarkan satu kali di awal masa perjanjian franchise, sehingga kadang orang banyak menyebutnya sebagai one time fee.
Sedangkan Royalty Fee didefinisikan sebagai kontribusi bagi hasil dari pendapatan Franchisee (biasanya dari penjualan) atas penggunaan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) milik Franchisor dalam menjalankan bisnis. Royalty Fee umumnya dibayarkan setiap bulan dan dihitung berdasarkan besaran pendapatan Franchisee. Dengan demikian, terlepas Franchisee sedang mengalami untung atau rugi, Franchisee tetap wajib membayar Royalty Fee sebagai konsekuensi atas penggunaan HAKI milik Franchisor.
Perlu dipahami juga bahwa yang termasuk dalam kelompok HAKI adalah Merek, Paten, Hak Cipta, Rahasia Dagang, Desain Industri, Varietas Tanaman Unggul dan Desain Sirkuit Terpadu. Franchisee dalam menjalankan bisnis, setidaknya menggunakan merek dari Franchisor, bahkan selain merek kadang ada juga yang menggunakan paten atau hak cipta milik Franchisor. Atas dasar inilah Franchisee dikenai kewajiban untuk membayar Royalty Fee.
Meskipun Franchisee diwajibkan untuk membayar Royalty Fee ketika dalam keadaan untung maupun rugi, namun di balik itu, Franchisor pun berkewajiban untuk membantu Franchisee untuk meningkatkan pendapatannya. Franchisor wajib memberikan training, konsultasi, bimbingan, saran, serta kiat-kiat sukses agar Franchisee dapat meninggkatkan jumlah pendapatannya.
Apabila pendapatan Franchisee meningkat, maka besaran royalty yang akan diterima oleh Franchisor juga akan meningkat karena umumnya royalty dihitung menggunakan persentase terhadap pendapatan Franchisee.
Bayangkan seandainya Franchisee dikenakan royalty sebesar 3% atas pendapatan 100 juta Rupiah, maka Royalty yang diterima Franchisor sebesar 3 juta Rupiah. Bayangkan seberapa besar potensi Royalty Fee yang dapat diraih oleh Franchisor seandainya memiliki banyak Franchisee yang sukses.
Oleh karena itu, sebagai Franchisor sebaiknya berorientasi atas suksesnya franchise atau dengan bahasa lebih konkritnya, Franchisor sebaiknya lebih berorientasi pada peningkatan pendapatan Franchisee-nya agar royalty yang dibayarkan oleh Franchisee juga semakin besar.
- Apabila saya ingin memfranchisekan bisnis saya, bagaimana cara untuk menentukan franchise fee dan royalty fee kepada Franchisee saya nantinya?
Untuk menentukan besaran franchise fee dan royalty fee ada 3 pendekatan yang dapat Anda gunakan:
- Market Oriented
Pendekatan market oriented dilakukan dengan membandingkan indeks Franchise Fee dan Royalty Fee dari industri sejenis menggunakan data yang dikeluarkan oleh asosiasi atau lembaga tertentu yang berkaitan tentang franchise. Misalnya dengan menggunakan data berikut, seperti yang dikeluarkan oleh Franchise Direct untuk perbandingan besaran royalti untuk beberapa franchise restoran di USA :
- Customer Oriented
Pendekatan customer oriented dilakukan dengan memprediksi kemampuan calon customer di wilayah tertentu, misal untuk regional Jakarta akan lebih mahal dibanding Yogya karena mayoritas daya beli berbeda, baik untuk calon Franchisee maupun untuk konsumen bisnis kita. Oleh karena itu, nilai Franchise Fee dan Royalty Fee akan bervariasi bergantung wilayahnya.
Untuk menentukan besaran Franchise Fee dan Royalty Fee dengan pendekatan ini, Franchisor perlu melakukan riset terlebih dahulu di wilayah yang akan dimasuki untuk mendapatkan gambaran karakteristik masyarakat. Dari hasil riset inilah ditetapkan nilai Franchise Fee dan Royalty Fee berdasarkan daya beli masyarakatnya.
- Cost Oriented
Pendekatan cost oriented dilakukan dengan menghitung seluruh biaya yang dibutuhkan oleh Franchisor. Biaya yang dibutuhkan oleh Franchisor meliputi biaya pengembangan sistem franchise, promosi paket franchise hingga support kepada Franchisee-nya. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian secara kualitatif dan kuantitatif untuk menentukan Franchise Fee dan Royalty Fee dengan menggunakan pendekatan cost oriented ini.
Proses perhitungan Franchise Fee dan Royalty Fee dengan pendekatan ini, dimulai dengan melakukan studi kelayakan terhadap model bisnis yang akan diduplikasi. Model bisnis yang akan diduplikasi dengan sistem franchise ini, dihitung secara menyeluruh investasi yang dibutuhkannya.
Seluruh biaya investasi yang dikeluarkan untuk membangun model bisnis ini akan dikembalikan melalui pendapatan usaha dari Franchisee. Apabila potensi pendapatan Franchisee cukup besar, maka dapat dikatakan model bisnis ini layak diduplikasi.
Lalu sebagai sebuah organisasi bisnis, Franchisor juga perlu dihitung kelayakannya, sehingga seluruh investasi yang dikeluarkan oleh Franchisor juga perlu dihitung. Pendapatan untuk mengembalikan investasi Franchisor didapat dari besaran Franchise Fee dan Royalty Fee yang diterima dari Franchisee
Oleh karena itu, mungkin tidak cukup hanya dengan memiliki 1 atau 2 Franchisee saja untuk mengembalikan investasi Franchisor. Dengan demikian berarti Franchisor perlu memiliki target jumlah Franchisee minimum yang harus dimiliki agar investasinya dapat dikembalikan.
Simulasi besaran Franchise Fee, Royalty Fee dan target jumlah Franchisee inilah yang dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan angka yang paling optimal. Angka optimal di sini maksudnya adalah dimana besaran Franchise Fee dan Royalty Fee yang dibebankan kepada Franchisee, masih cukup memberikan keuntungan yang menarik bagi calon Franchisee; serta memberikan jumlah pendapatan yang juga menarik bagi Franchisor, agar target minimum jumlah Franchisee yang harus dimiliki oleh Franchisor masih realistis untuk dicapai.
Berdasarkan penjelasan di atas, ketiga pendekatan dapat digunakan dalam menentukan besaran Franchise Fee dan Royalty Fee. Namun hal paling penting yang perlu diingat oleh Franchisor adalah jangan tamak dalam menarik Franchise Fee dan Royalty Fee.
Franchisor yang terlalu rakus membebankan Franchise Fee dan Royalty Fee kepada Franchisee-nya hanya akan membuat bisnis tersebut sulit berkembang. Jadi sebaiknya berorientasilah pada kesuksesan Franchisee Anda, niscaya bisnis Anda juga akan jauh lebih besar apabila Franchisee Anda sukses.
Oleh: Wahdu Fakhrozy
Franchise Academy Network
Podomoro City Ruang Kantor GSA Blok B/8DH.
Jl. S Parman. Jakarta Barat 11460