Berempat.com – Fenomena bermunculannya akselerator maupun inkubator sejalan dengan tumbuhnya startup atau perusahaan rintisan yang pesat saat ini. Startup sendiri saat ini telah berperan sebagai pendorong inovasi dalam perekonomian dunia. Hal itulah yang kemudian mendorong berdirinya akselerator dan inkubator startup yang memposisikan diri sebagai pendukung para wirausahawan yang berusaha keras untuk mengeluarkan bisnis-bisnis baru.
Jumlah akselerator dan inkubator saat ini sudah meningkat pesat hampir lima kali lebih banyak dibandingkan satu dekade lalu. Namun, peningkatan pesat tersebut pun membawa mereka pada persaingan ketat dalam hal program yang diusung. Hal tersebut sebagaimana studi baru bertajuk “Revisiting the market for innovation” yang dilakukan oleh institusi Roland Berger setelah menyurvei sekitar 200 akselerator dan inkubator dari seluruh dunia.
“Akselerator dan inkubator tidak lagi dapat berkembang hanya dengan menawarkan ruang kantor atau program mentoring dan sejenisnya,” ujar Anne Bioulac salah satu Mitra di Roland Berger dalam rilis yang diterima Berempat.com, Sabtu (26/1).
“Mereka hanya dapat bertahan jika mereka menonjol di antara kerumunan. Salah satu cara terbaik untuk melakukan ini adalah dengan secara konsisten mengkhususkan diri dalam satu industri atau teknologi dan memiliki model bisnis internasional,” imbuhnya.
Sejauh ini, menurut temuan Roland Berger, akselerator dan inkubator yang berdiri berkonsentrasi pada fungsi yang klasik, seperti pembinaan (96%), lokakarya (90%) dan penyediaan ruang kantor (86%). Hanya sekitar setengah dari mereka yang memberikan akses kepada startup ke teknologi khusus.
Sementara 54% dari lembaga yang disurvei mengkhususkan diri dalam industri tertentu, hanya 35% fokus pada bidang teknologi tertentu seperti Internet of Things, big data atau kecerdasan buatan. Dengan perbandingan internasional, lembaga-lembaga di Amerika Serikat (65%) sudah paling fokus pada industri individu, diikuti oleh Eropa (59%) dan kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (57%).
Akselerator dan inkubator juga dapat melakukan lebih banyak untuk menginternasionalkan bisnis mereka: hanya kurang dari setengah dari mereka yang disurvei yang mengejar strategi internasional, berekspansi ke pasar lain atau memasuki kemitraan baru.
“Penawaran baru, seperti inkubator perusahaan atau program yang dijalankan oleh dana modal ventura, mewakili kompetisi tambahan untuk akselerator dan inkubator. Dan mengingat tingginya tingkat likuiditas di pasar keuangan, startup tidak tergantung pada investasi dari penyedia semacam ini,” ujar Anne Bioulac.
Pemain lama industri, dana modal ventura, dan lembaga pemerintah, di sisi lain, semuanya adalah pelanggan potensial bagi penyedia yang sudah mapan.
“Akselerator dan inkubator menawarkan keahlian substansial. Ini berarti mereka dapat mendukung keputusan investasi dengan cara-cara penting di pasar yang sangat dinamis dan sangat buram,” imbuh Bioulac.
Dengan demikian, mereka dapat semakin beroperasi sebagai penghubung antara startup, incumbents, investor, dan akademisi, serta menjadikan diri mereka sebagai platform untuk melakukan transfer teknologi.