Banda Aceh – Direktur HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Achsanul Habib mencatat bahwa sebanyak 1.155 pengungsi asal Myanmar, dalam hal ini etnis Rohingya datang ke Aceh selama 2020 sampai 2022.
“Ada sembilan kali kejadian pendaratan kapal imigran Rohingya ke Aceh pada periode 2020-2022 dengan total 1.155 orang,” katanya di Banda Aceh, Rabu (4/1).
Data tersebut disampaikannya pada rapat kerja Komisi I DPR Aceh terkait investigasi terkait kedatangan pengungsi Rohingya ke Aceh secara virtual, di Banda Aceh.
Ia merinci sebanyak 1.155 pengungsi Rohingya ke Aceh itu dari sembilan kejadian dalam tiga tahun tersebut, yakni pada Juni 2020 sebanyak 99 orang, dan September 2020 sekitar 296 jiwa ke Lhokseumawe.
Kemudian, pada Juni 2021 sebanyak 81 orang ke Kabupaten Aceh Timur, Desember 2021 sekitar 105 orang ke Lhokseumawe.
Lalu, pada Maret 2022 sebanyak 114 orang ke Kabupaten Bireuen, November 2022 dengan dua kali kejadian sebanyak 229 orang ke Kabupaten Aceh Utara.
Terakhir, pada 25 Desember 2022 sebanyak 57 orang ke Kabupaten Aceh Besar dan juga ada 174 orang ke Kabupaten Pidie pada 26 Desember (hari peringatan tsunami Aceh).
“Melihat dari kedatangannya, dapat kita simpulkan bahwa mereka datang saat Pemerintah Indonesia berfokus pada hal lain (hari libur), mereka memanfaatkannya, kebetulan Aceh wilayah paling dekat dengan laut Andaman,” katanya.
Dalam kesempatan ini, ia juga menegaskan bahwa secara nasional sebenarnya saat ini terdapat 12.616 pengungsi luar negeri di Indonesia (belum termasuk dua gelombang terakhir ke Aceh pada Desember 2022), dan yang tertinggi bukanlah lah dari Myanmar, melainkan Afghanistan dan Somalia.
“Dalam catatan kami pengungsi paling banyak ada dari Afghanistan, Somalia, dan Rohingya, serta sejumlah etnis lain dengan total 51 kebangsaan yang berada di Indonesia,” katanya.
Ia menyebutkan, berdasarkan catatan Kemenlu, dari 12.616 pengungsi luar negeri di Aceh saat ini tertinggi dari Afganistan sebanyak 6.994 orang, kemudian Somalia 1.301, Myanmar 856, Irak 591 dan lainnya 2.874 jiwa.
“Di Indonesia tempat yang paling banyak domisili pengungsi di kisaran Jabodetabek. Dan mengapa Afghanistan dan Somalia paling banyak, ini sebuah krisis mereka tiba di Indonesia dengan status pengungsian, tapi bukan menjadikan Indonesia sebagai tujuan akhirnya,” demikian Achsanul Habib.