Keterbukaan dalam Mengakses Komunikasi Pendidikan Digital

0
409
(Ilustrasi: pexels/Helena Lopes)
Pojok Bisnis

Jakarta – Bersama Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Association of Academies and Societies of Sciences in Asia (AASSA), dan Inter Academy Partnership (IAP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan Webinar Internasional bagian 2 sebagai lanjutan dari Webinar Digital Scholarly Communication (DSC) yang bertajuk Access to DSC: Strategies, Applications and Impacts pada Rabu (28/4).

Webinar tersebut turut menghadirkan akademi dan lembaga terkait dengan masalah yang berkaitan tentang DSC antara lain Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro (President of AIPI), Prof. Yoo Hang Kim (President of AASSA), Dr. Hans Thulstrup (Directors of UNESCO Jakarta Office), serta beberapa akademisi perwakilan kampus Indonesia maupun luar Indonesia.

Webinar internasional yang diadakan pada hari itu merupakan sebuah bentuk rancangan program yang terdiri dari rangkaian tiga acara yang dijadwalkan pada 31 Maret, 28 April dan 19 Mei 2021. Serangkaian Webinar Internasional tersebut diadakan mengingat keprihatinan yang meluas dan berkembang terkait permasalahan DSC dalam kaitannya dengan masalah nasional dan regional tertentu.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam menyampaikan terkait permasalahan Digital Scholarly Communication, bagaimana harus menciptakan semacam inisiatif terkait kebijakan tentang keterbukaan sumber daya pendidikan dalam mengakses komunikasi pendidikan digital.

PT Mitra Mortar indonesia

Lebih lanjut, Nizam menyampaikan bahwa pentingnya sorotan pertumbuhan keterbukaan akses pendidikan terutama untuk menciptakan penggunaan ke ruang yang aman untuk mengakses situs pendidikan, seperti misalnya literatur ilmiah. Dengan penciptaan tersebut, Nizam menuturkan bahwa akan mendorong sumber daya pendidikan terhadap keterbukaan dan penguasaan teknologi dan informasi.

“Dengan terciptanya sebuah ruang yang aman untuk mengakses situs pendidikan, itu akan mendorong sumber daya pendidikan terhadap keterbukaan dan penguasaan teknologi dan informasi. Dimana akan menumbuhkan akses literatur ilmiah sebagai wujud kekayaan sumber daya akademis,” tutur Nizam.

Saat ini, Indonesia sendiri sudah memiliki dua situs untuk mengakses literatur ilmiah. Pertama, SINTA (Science and Technology Index) yang memberikan akses ke kutipan jurnal keahlian nasional maupun internasional yang terindeks SCOPUS. Kedua, GARUDA (Garda Rujukan Digital) dimana universitas di Indonesia dan berbagai lembaga pendidikan memublikasikan jurnal mereka.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan program penciptaan platform ini dirancang dengan harapan untuk meningkatkan peran ilmuwan dalam memberikan pengetahuan, saran dan pertimbangan terkait dengan penguasaan pengembangan dan penerapan teknologi dalam sumber daya akademis. Dengan keterbukaan dan penguasaan teknologi akan memungkinkan terciptanya akses keluasan literatur ilmiah.

“Kami berharap komunikasi dan publikasi ilmiah di masa depan akan memaksimalkan aksesibilitas dan kegunaan, mendukung berbagai kontribusi yang meluas, mendorong infrastruktur terbuka yang terdistribusi, membangun komunitas, mempromosikan penelitian berkualitas tinggi dan integritasnya, memfasilitasi evaluasi, mempromosikan fleksibilitas dan inovasi, dan meningkatkan efektivitas perseorangan atau lembaga,” jelas Satryo.

Sementara itu, President of AASSA, Prof. Yoo Hang Kim menyampaikan apresiasi terhadap rangkaian program DSC yang telah berjalan dua agenda dan berjalan secara luar biasa.

“Dan saya ingin berterima kasih kepada akademisi Indonesia yang menyelenggarakan seri webinar ini dengan sangat baik, meskipun mengalami kesulitan berat yang kita hadapi. Dan juga dukungan kepada para pembicara atas waktu dan tenaga serta persiapan yang cermat dalam menyampaikan materi. Saya harap webinar ini sebagai forum untuk bertukar ide dan juga pengalaman, baik pengalaman sukses bahkan pengalaman expert dalam dunia pendidikan,” pungkasnya.

DISSINDO
Top Mortar Semen Instan