Sosok Wakil Presiden Maruf Amin yang jarang terlihat tampil menghadapi berbagai persoalan bangsa yang komplek, mencuatkan berbagai tanya. Publik pun banyak menilai kinerja wakil presiden kurang maksimal dalam menghadapi situasi saat ini. Direktur Eksekutif IndoBarometer Muhammad Qodari mengatakan diamnya Maruf Amin bukanlah keinginannya, melainkan Maruf sebagai produk dari desain elite parpol yang mendukungnya jadi wapres. “Saya kira Pak Maruf Amin seperti ini adalah produk dari desain yang dibuat atau pilihan-pilihan yang dibuat oleh elite poltiik pada waktu itu, what you see is what you get, itu yang sesungguhnya terjadi,” ucap Qodari.
Menurutnya Maruf Amin sebetulnya orang yang vokal dalam berbagai masalah. Terlihat saat adanya kasus Ahok, Maruf Amin andil dalam mengeluarkan fatwa lantaran saat itu menjadi petinggi MUI. Menurutnya, Maruf Amin banyak diam lantaran tengah memenuhi ekspektasi elite parpol yang ingin Maruf Amin ini tidak terlalu menonjol di pemerintahan. “Saya kira Pak Maruf Amin sendiri di luar kepribadiannya, dan latar belakang tadi memang sebetulnya justru sedang berusaha memenuhi ekspektasi elite politik itu,” katanya.
Pengamat politik senior Siti Zuhro pun membandingkan membandingkan Ma’ruf Amin dengan Jusuf Kalla. Menurutnya, cara menghadapi pandemi sangat jauh berbeda dalam menangani segala situasi darurat dalam negeri. Namun sistem presidensial di Indonesia yang memiliki prioritas itu adalah presiden menjadi masalah tersendiri sehingga peran wakil presiden tidak menonjol. “Terutama ketika waktu berpasangan dengan Pak SBY, ada yang the real presidennya Pak JK lah jadi goreng ke politik kan, jadi kelihatan di depan. Pak Maruf Amin ini kelihatannya juga bukan tipe yang bermedia ria, tidak open terhadap media atau tidak terlalu welcome gitu ya,” katanya.
Akhir tahun lalu. Maruf Amin sempat menyinggung soal ekonomi syariah bakal digenjot, namun faktanya kontribusi bank syariah tidak begitu menyenangkan dalam situasi pandemi seperti saat ini. “Ekonomi syariah ternyata belum (realisasinya), dan kena pandemi Covid-19 ini ternyata enggak bisa digenjot, tapi kembali ke sosok Pak Maruf Amin, apakah dia happy berperan seperti itu, kalau dia happy ya dia ada pembiaran soal itu, tapi kalau Pak JK kan kayaknya risau kan gitu ya, karena ingin ikut mengeksekusi,” katanya.
Sementara itu terkait fenomena PP Muhammadiyah bakal menarik investasinya di Bank Syariah lantaran dianggap pengelolaan bank syariah yang kurang banyak memiliki andil dibanding tahun-tahun sebelumnya. “Itu juga menjadikan animo umat ya, karena yang menjadi nasabah umat Islam, apakah menimbulkan animo kepada masyarakat atau sebaliknya? Apalagi dengan respons dari Muhammadiyah kalau betul ingin menarik investasinya itu, lalu dirasakan (Wapres) memang tidak hadir,” ucap Siti Zuhro.
Seperti diketahui, selama menjadi wapres Ma’ruf lebih banyak menjalankan peran koordinasi beberapa sektor mulai dari UMKM, radikalisme, kemiskinan, reformasi birokrasi. Selain itu, Ma’ruf juga selalu menjalankan tugas yang ditugaskan oleh Presiden Jokowi, seperti rapat kabinet, menangani berbagai yang ditugaskan oleh presiden tapi sifatnya koordinatif, tapi bukan operasional yang menjadi tugas menteri.
Tidak menonjolnya Marif Amin, pernah mencuat pada 100 hari pemerintahan Jokowi-Maru Amin. Saat itu ia pun menjawab bahwa perannya sebagai wakil presiden, itu untuk medampingi presiden. “Jadi yang nonjol itu kan presiden, kalau wakil presidennya menonjol nanti ada matahari kembar,” ujar Ma’ruf di Kantor Wakil Presiden, Jakarta saat itu.